This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 29 Agustus 2013

Generasi Pembaca


Generasi Pembaca
Generasi Pembaca

Baik ekspedisi ke negeri jauh atau eksporasi mandiri adalah konsep bagaimana memperluas space of learning untuk mempelajari berbagai ilmu kehidupan. Yaitu ilmu kehidupan yang tidak dikotomis antara ilmu dunia dan akhirat, tapi semua pengetahuan yang menjadi syarat pengelolaan bumi ini dengan ruh Qur’an. Dan Muhammad al-Fatih adalah model ideal tentang integralisasi pengetahuan tersebut dalam diri seorang pemuda muslim. Juga model ideal tentang bagaimana sebuah generasi baru disiapkan untuk misi besar selama delapan abad dengan konsep pengetahuan yang multidisipliner.

Namun ruang luas itu adalah bahan mentah. Adanya tidak menjamin ilmu terakses. Kesempatan mengakses pendidikan terbaik, di negara terbaik, di institusi terbaik bukan juga ukuran perkembangan pemikiran. Karena inti pengembangan pemikiran bukan pada ruangnya, bukan juga pada kelimpahan referensinya, tapi dalam aktivitas yang menjadi sifat pertama umat ini dalam Qur’an, yaitu membaca.

Dizamannya, Imam Syafi’i dan Hanbali hanyalah dua contoh anak muda yang berlama-lama menunggu dihalaman kantor lokal pemerintahan, setiap hari, memungut lembaran-lembaran administrasi bekas yang halaman belakangnya bisa digunakan untuk menampung catatan pelajaran. Terkadang mengukir tulang belulang untuk berjuang mengkaji ulang pengetahuan. Itulah sumber pembelajaran mandiri mereka. Membaca dalam keterbatasan. Menabung pengetahuan dalam waktu yang panjang. Maka keduanya menjadi madzhab termapan hingga saat ini dari 4 madzhab yang paling terkenal.

Semesta ini diatur melalui hukum dan kaidah yang konstan dan universal, sebagaimana hukum cahaya ataupun gravitasi. Membaca adalah kaidah yang pertama kali Allah ajarkan. Kaidah itu bukanlah rumus ajaib umat Islam, tapi ia adalah kaidah yang juga konstan dan universal. Ia adalah syarat kebangkitan umat manapun, untuk agama apapun. Kaidah ini pernah mengantarkan generasi muslim zaman Abbasiyyah memimpin peradaban, sebagaimana mengantarkan generasi berpengetahuan Eropa menaklukan dunia, dan seperti juga mengantarkan generasi pembaca Amerika memimpin pengetahuan.

Di zaman keemasan Islam ataupun masa kedigjayaan Eropa, faktor kelimpahan referensi signifikan berperan. Sehingga institusi pendidikan yang menimbun referensi menghegemoni domain pengetahuan. Sedang di zaman ini, kendala referensi dan sarana relatif tidak ada. Sumber pembelajaran melimpah di perpustakaan, di toko buku, dan di internet. Di tengah kelimpahan ini, tingkat buta huruf di seluruh negeri muslim mencapai 40%.  Yaitu negeri-negeri yang Nabinya membebaskan tawanan perang dengan tebusan mengajari baca-tulis anak-anak muslim.

Ini saja sudah menjadi masalah bersama negeri-negeri muslim, karena keterputusan umat dari sumber bacaan adalah awal kemunduran pemikiran yang terekspresikan dalam budaya.

Namun krisis yang lebih akut adalah buta huruf generasi muda muslim akan ilmu-ilmu dasar kehidupan. Boleh jadi mampu membaca, menguasai kaidah matematika sejak kecil, mungkin menyelesaikan sarjana hingga doktoral, atau bahkan mengajar di universitas, namun aktivitas membaca berakhir seperti berakhirnya status kemahasiswaan. Sehingga mereka berlindung atas kegagapan menjawab persoalan zaman dibalik kenyamanan spesialisasi.

Kadang gagap politik sehingga tidak mampu memberi pilihan dan sikap secara rasional, atau gagap jurnalistik sehingga tidak mempunyai standar menimbang antara fakta dan opini, atau bisa jadi bingung untuk sekedar menjalani hidup harian yang paling sederhana soal kesehatan, gizi, anak, ibadah, psikologi suami-istri.

Membaca memang bukan tujuan, karena ia adalah alat menjadi berpengetahuan. Seperti juga diskusi, kuliah resmi di kelas, self learning melalui dokumenter-dokumenter yang banyak tersedia di Internet, ataupun studi lapangan. Semuanya adalah seperangkat alat dan proses berpengetahuan. Tapi tetap, membaca adalah inti aktivitas menjadi berpengetahuan yang belum bisa tergantikan.

Membaca tidak sama dengan memiliki buku atau duduk di perpustakaan atau bergelar akademik, walaupun ketiganya adalah lompatan besar bagi negeri yang indeks membacanya 0,001 kata UNESCO. Yaitu dari 1000 hanya seorang yang membaca. Tapi membaca adalah proses peningkatan kapasitas diri tanpa akhir. Karena kematangan spesialiasi dan keluasan wawasan tidak didapatkan melalui berbagai cara cepat dan training instan. Kemampuan ilmiah adalah akumulasi bacaan panjang yang sistematis. Pendidikan akademis adalah akselerator dan tools yang efisien, namun yang menjadi prioritas utama generasi muda tradisi ilmiah membaca.

Tantangan eskternal tradisi membaca ini selalu ada, bisa jadi pemerintah lemah memotivasi, atau salah strategi atau budaya menonton orang tua dan keluarga yang mendominasi rumah, hingga faktor kompetitor buku yang menghabiskan waktu. Tapi semua itu bukan kendala utama terlebih bukan kerangka berfikir generasi muda muslim  yang melihat sebab masalah dari luar.

Karena membaca adalah identitas diri. Setiap akumulasi buku yang dibaca akan tampak dalam pola pikir yang mempengaruhi sikap dan gaya hidup. Maka bagi mereka, membaca bukan sekedar hobi di waktu luang, yang akan mudah ditinggalkan saat waktu padat, tapi ia bagian dari siklus hidup seperti makan dan tidur. Sehingga sebanyak apapun tanggung jawab keluarga, proyek kerja, padatnya rapat, atau menumpuknya tugas dakwah, waktu untuk membaca selalu ada. Ia ada bukan dari sisa kegiatan, bukan juga sekedar dialokasikan, tapi selalu disusupkan, di ruang belajar, kereta, saat menunggu bus, di perjalanan, bahkan saat bekerja, seperti Ninomiya Sontoku, Sang Filsuf, Moralis, ekonom, ahli pertanian yang patungnya menjadi simbol kebanggaan tradisi membaca Jepang.

Paris, 3 Juni 2013
Majalah Intima Edisi Juni 2013
Muhammad Elvandi, Lc.

Jumat, 23 Agustus 2013

Pesona Langit Mesir, Kupinta Maaf Darimu..

23 Agustus 2013
Oleh : Mohamad Khaidir



Begitu banyak artikel dan berita-berita dari berbagai media yang cukup membuat shock para penggiat Dakwah Islam, yang ingin menwarkan Islam sebagai solusi peradaban. Saudara-saudara seperjuangan di Mesir justru harus menghadapi kenyataan yang bgitu pahit, di awali dengan di kudetanya Presiden DR.Moh.Mursi yang terpilih secara sah melalui demokrasi oleh militer. Pahitnya kenyataan ini membentuk senyawa asam yang membuat hati para pejuang Agama Allah tersungkur kecewa. Bukan sekedar kecewa biasa, penistaan terhadap terhadap demokrasi harus kemudian di hadapi di depan mata tanpa sempat terpikirkan untuk membalas.
Demokrasi memang menjadi hal yang kontroversial  di kalangan para penggiat Harakah Islamiyah karena demokrasi memang produk barat, tempat lahirnya imprealisme. Namun kata-kata Perdana Menteri Turki Erdogan tentang demokrasi sangat menginspirasi untuk kemudian kembali mengasah kemampuan think and action agar menelaah terlebih dahulu perjuangan dakwah.  Inti perkataan dari Erdogan adalah agar demokrasi bisa menjadi salah satu alternatif dan sarana menuju kejayaan dan kegemilangan peradaban Rabbani yang pernah dibangun oleh Rasulullah S.A.W  serta para sahabat dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun.



Tidak sampai disitu saja, ketika teman-teman Ikhwanul Muslimin menggelar aksi besar-besaran untuk menolak kudeta serta mendukung DR.Moh.Mursi , mereka harus mendapat ujian yang begitu berat sekali lagi. Dimulai penembakan masa demonstrasi yang sedang shalat sampai tindakan-tindakan  represif lain yang dilakukan oleh militer Mesir. Mendengarnya saja cukup menguras hati, apalagi kemudian merasakannya. Bukankah Mukmin itu ibarat satu tubuh seperti apa yang disampaikan oleh Baginda Rasulullah S.A.W ?.

Atas nama kemanusiaan, para demonstran Pro-Mursi dinistakan dengan cara dibantai justru oleh militer Mesir sendiri. Ironi negeri Piramid yang mencengangkan dunia. Dibakar, ditembaki, sampai-sampai Masjid pun ikut di bumi hanguskan (Na’udzubillah).

Sekitar setahun yang lalu, tepatnya awal Tahun 2011, penulis menyempatkan diri mengikuti aksi mengutuk pemerintahan dzolim Husni Mubarak yang saat itu masih menjadi Presiden Mesir. Aksi kami ini di koordinatori oleh Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) region  Sulawesi A. Kepemimpinan Husni Mubarak yang sangat semna-mena terhadap rakyatnya menjadi tuntutan utama. Sangat jelas tindak penyimpangan yang dilakukan oleh Husni Mubarak, menindak tegas setiap oknum yang anti terhadap kepemimpinannya. Namun kini tuntutan tersebut hanya isapan jempol belaka. Berita terbaru, dibebaskan dan terbebas dari tuduhan korupsi. Demi tanah Mesir tempat berjuang Nabiyullah Musa’alaihissalam, haruskah kedzoliman kembali merajalela ? Sungguh pertolongan Allah akan datang di saat yang tepat.



Maafkan kami Rakyat Mesir, Palestina, Suriah, Bangladesh, yang tengah berjuang melawan tirani kedzoliman. Kami begitu santai akan kenyamanan ini, jarang menghadapi kondisi-kondisi tertekan, begitu santai menjalani hidup ini sehingga produktifitas generasi mudah kami kalah jauh. Kalaupun ada yang cerdas, mungkin hanya cerdas berteori saja dan sedikit aksi nyata.

Pesona langit Mesir begitu mencengangkan kami, namun kami hanya mampu meminta maaf. Tak sekompleks permasalahan di negeri kalian, tak seperti pemahaman Islam generasi muda kalian, selalu saja kami seperti itu, paham akan suatu fiqih tapi mencoba menutupi-nya dengan pembenaran-pembenaran yang sebenarnya bertentangan. Pembenaran atas nama logika, merasa mengetahui segalanya padahal kapasitas kami masih jauh dari ilmuan. Ada-ada saja ulah kami, terus menerus mengerjakan dosa dan kemaksiatan. Sadarnya hanya sebentar saja, setelah itu dilakukan lagi. Padahal pola kegiatan yang menjadi karakter kami ini secara nyata akan mereduksi diri kami. Fluktuasi iman yang menjerumuskan.

Kupinta maaf darimu, seluruh negeri dari empat penjuru mata angin, yang muslimnya tengah menghadapi kepongahan sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme.  Generasi kami tidak setangguh seperti generasi muda kalian. Generasi kami adalah generasi yang tidak menyeimbangkan fikir dan dzikir, selalu saja seperti ini, sangat jauh dari ke-idealan seorang Pembaharu. Berkoar-koar mengkritisi setiap regulasi tanpa menawarkan solusi yang konkrit. Di hadapan penduduk bumi kami begitu berwibawa, namun di kalangan penduduk langit tidak seperti itu, apalagi di hadapan Allah.

Pada setiap luka jihad fi sabilillah yang tengah menganga namun aromanya harum semerbak sampai ke syurga, kami memohon maaf. Di kelompok-kelompok liqo' kami, hanya kemalasan yang kami tunjukkan. Datang tak tepat waktu, tak serius setor hafalan, dan sejuta alasan lainnya. ketidaksiplinan pada jama'ah, lebih suka menuntut dan mengkritisi qiyadah, jarang me-muhasabah diri sendiri.

Begitupun ketika memegang amanah sebagai pejabat publik, kami lebih senang berfikir dengan logika publik dan idealisme pun sedikit demi sedikit terkikis rapi. dimana idealisme seorang aktifis yang menginginkan perubahan? Apakah ia semakin redup di tengah derasnya arus peperangan ideologi? Bukankah ideologi yang dipelajari adalah ideologi yang paling terbukti sepanjang sejarah? Ideologi yang bersumber dari Qur'an dan Hadits. Atau memang kalian masih ragu wahai ikhwah? Mengapa ragu? Saksikanlah keberanian anak-anak muda Mesir. Putra-putri para qiyadah ikhwan begitu berani menerjang timah panas !! Apakah hal semacam itu tidak menggugah nurani kalian?

Saksikan keberanian yang menghempaskan segala keraguan yang dimiliki oleh seluruh kader ikhwan. Para Mujahidin Suriah tengah dibantai dengan senjata biologis !! Masihkah diam dan bisa tersenyum?! anak-anak Suriah pun tengah dibantai !! Myanmar, Afghanistan, Palestina, Bangladesh, dan negeri Muslim lainnya tengah bergejolak, tunggulah giliran Indonesia. Atau logika anda masih menyangkal kebenaran yang begitu jelas ini? Penindasan terhadap Muslim telah begitu jelas dan nyata. Ideologi yang paling mulia ini tengah dibumi hanguskan oleh musuh-musuh Allah. Dan yang pasti mereka adalah Sahabat Iblis. Mari bersiap-siaga sebagai generasi muda yang berideologi Islam. Baca dan resapi makna Surah Al-Imran Ayat 200.

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.   (Qs. Al-Imran :200)

*Penulis adalah Ketua Umum Forum Pemuda Kreatif Kota Palu (FPKP) dan Trainer di GEMPITA.