This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 11 September 2014

Jangan Remehkan Masjid Kampus

Palu, Menjelang Dzuhur, 7 September 2014
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.

Ilustrasi. (panoramio.com)
Ilustrasi. (panoramio.com)


dakwatuna.com - Langit terasa gelap, begitupun warna dan auranya, masih juga menggelayuti hati. Beda ketika ia telah berkomitmen dengan keimanan dan ketakwaannya, hatinya akan terus bercahaya di kondisi segelap apapun. Maghrib baru saja berlalu, aku gas motorku dengan perlahan melintasi jalan yang tak kunjung habis, menuju sebuah rumah di dekat bukit, rumah yang tak asing lagi bagi kami para aktivis dakwah kampus Universitas Tadulako. Rumah berwarna putih dengan pekarangan yang sangat luas, ada beberapa pohon mangga tumbuh di pekarangan itu. Pintu masuk ke rumah sederhana itu terletak di bagian selatan dengan pintu yang hanya bisa dimasuki motor dan pintu bagian barat yang besar dan bisa di masuki mobil. Pagar yang menjadi batas pekarangan pun hanya pagar kayu sederhana yang berwarna putih. Beberapa kayu sudah tampak lapuk tetapi masih bisa melindungi pekarangan luas dan rumah sederhana itu dari hewan-hewan ternak yang ingin masuk. Perlahan kuparkir motor di depan pintu bagian barat, kudorong pelan-pelan pintu pagar lalu masuk ke dalamnya. Motor yang kupakai hanyalah motor tua namun memiliki banyak sejarah perjuangan sejak dari masa jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Motor tua yang tahun ini genap berusia kurang lebih sebelas tahun, dengan segala kisah suka maupun duka. Motor tua produk Jepang yang sudah kuanggap bagai kuda perang. Dipakai sebagai kendaraan menjalankan kegiatan-kegiatan organisatoris dan pergerakan mahasiswa. Mengantar sang pemilik motor untuk mengisi mentoring, mengisi training, menghadiri undangan, dan menghadiri forum-forum diskusi pemuda. Aku berjalan melintasi pekarangan lalu mengucapkan salam sesampainya di teras rumah itu.

Saat itu masih tahun 2012, amanah sebagai ketua lembaga dakwah kampus masih berada di pundakku. Kulihat sosok Bapak yang tak lagi muda dan sudah berumur, rambutnya sudah memutih, matanya agak sayup namun masih mampu menatap tajam lawan bicaranya. Dari jauh telah tampak aura kebijaksanaan. Bapak DR. Ir. Hamid Nur, MS namanya. Beliau berprofesi sebagai guru besar dan anggota dewan senat di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Universitas Tadulako dan juga salah satu pembina kami di Lembaga Dakwah Kampus. Beliau duduk di beranda rumahnya sambil tersenyum ramah kepadaku, mengajakku untuk duduk di sampingnya. Detik yang beralun-alun tak membuatku gelisah karena aliran petuah-petuah ini begitu alami. Petuah-petuah khas aktivis pra-reformasi yang sudah merasakan asam garam dan pahit kecut dinamika kemahasiswaan di zaman orde baru. Saat di mana kebebasan berekspresi benar-benar dikekang dengan dalih kesejahteraan bisa terwujud karena ekonomi yang berdikari. Terlalu tinggi ekspektasi pemerintah di zaman orde baru, tidak realistis, justru yang terjadi adalah kesenjangan sosial yang semakin berjarak di tambah lagi kebebasan bisa saja dibungkam dengan teror ideologi dan teror timah panas.

Petuah-petuah yang disampaikan oleh orang tua yang sangat kami hormati ini berisi tentang visi dan misi besar, ada sejuta bahkan tak terhitung jumlah manfaat dari gagasan ini. Tentang dua hal yang tak bisa dipisahkan seumur hidup, tentang dua suar cahaya di kampus bumi kaktus yang akan terus berdampingan mengantar masyarakat intelektual ini menuju puncak peradaban.

Beberapa saat jantungku langsung berdegup kencang, darah mengalir semakin cepat, sempat merinding kudengar ide-ide ini. Begitu banyak ide yang langsung terbersit buru-buru kukumpulkan dan kuramu dalam satu konsep komprehensif di dalam kepalaku. Saat darahku semakin banyak terpusat di kepala karena berpikir, menganalisa, dan coba mengingat setiap untaian kata dari pembina lembaga kami ini. Ide-ide klasik dan mulai terlupakan oleh sebagian besar aktivis dakwah ini membuat emosiku mengalir bagai air namun terkontrol, mataku sempat terbelalak, badanku panas dingin namun bukan gejala demam, adrenalinku terpacu, tubuhku pun sepertinya gemetaran menahan aliran ide-ide yang ingin segera diaktualisasikan dalam program kerja dan kerja nyata. Sesekali kutengok BlackBerry-ku untuk mengecek recent updates dari BlackBerry Messenger. Saat itu aktivis yang punya smartphone masih sangat sedikit, entah harganya terlampau mahal atau masih kurangnya kesadaran dakwah via informasi dan media yang multi ple effect-nya luar biasa. Nasihat-nasihat dari pembina lembaga kami ini sangat luar biasa, mengingat beliau juga dulunya adalah seorang aktivis dakwah kampus juga. Beberapa short message service (SMS) masuk namun aku tak menghiraukannya. Derasnya aliran gagasan ini membuat kularut di dalamnya, untuk menganalisa, mengambil hikmah, dan tidak sabar untuk segera bergerak di lapangan.

Lanjut kisah, karena begitu derasnya aliran ide emas ini, hatiku dan jiwaku ingin menitikkan air mata, tak tahu apakah aku berhak gembira, berhak kecewa, atau biasa-biasa saja mendengarnya. Ternyata aku memang tetap harus menunjukkan ekspresi untuk menunjukkan antusiasme. Aku tak dapat menyangkalnya, ide inilah yang kemudian milestone perubahan ketika Rasulullah SAW membangun contoh peradaban ideal di Kota Madinah Al-Munawarah. Gagasan inilah yang menjadi kunci kemenangan para panglima-panglima besar Islam ternama di zamannya sebut saja Khalid bin Walid, Shalahuddin Al-Ayyubi, Sultan Muhammad Al-Fatih, dan Thariq Bin Ziyad. Para tokoh-tokoh yang tak pernah memisahkan urusan agama dan negara, urusan Islam dan pemerintahan, serta menyadari bahwa Dakwah dan Masjid adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan juga.

Sejenak, aku kembali mengingat-ingat dan menyegarkan kembali memori daya pikir. Flashback sejenak pengalaman yang kudapat ketika mengunjungi beberapa Lembaga Dakwah Kampus yang turut diperhitungkan eksistensinya di tingkat nasional. Mampu menjadi penggerak unit dakwah lain yang tergabung dalam Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK). Lembaga Dakwah Kampus yang mampu menjadi pusat inspirasi dan motivasi gerakan mahasiswa di daerah manapun. Sebut saja Lembaga Dakwah Kampus Jamaah Nurul Huda Universitas Sebelas Maret Solo, Lembaga Dakwah Kampus Keluarga Mahasiswa Islam Institut Teknologi Bandung, dan Lembaga Dakwah Kampus Salam Universitas Indonesia. Lembaga Dakwah Kampus yang selalu mengurusi Dakwah sambil mengurusi Masjid, tidak pernah menabrakkan antara urusan pembenahan internal strukturnya dan pelayanan terhadap jamaah masjid kampus, selalu mengutamakan urusan dakwah kampus dan masjid kampus tanpa memihak.

Dengan sepenuh kejujuran dan kacamata yang bebas dari segala prasangka, hal ini belum di perhatikan di Lembaga Dakwah Kampus di Kampus Bumi Kaktus ini. Padahal inilah Jalan menuju Tadulako Madani yang sering dikoar-koarkan tanpa memahami substansi sebenarnya. Dakwah Kampus dan Masjid Kampus tidak boleh sama sekali terpisah!! Bila ingin Kampus madani tak hanya sekedar mimpi, camkan hal ini!! Inilah jalan menuju kampus madani, menuju tadulako madani. Benahi dan beraksi dengan segera setelah membaca tulisan ini. Dengan perlahan, memperhitungkan dan mematangkan proses, step by step, slow but sure, dengan keyakinan dan azzam yang terpancang sambil menatap ke depan dengan penuh optimisme. Dari hati yang terdalam, serial menuju tadulako madani ini akan terus berlanjut, sambil terus mencoba menjadi teladan akan ucapan, karena perjuangan adalah pelaksanaan dari kata-kata yang terucap maupun tertulis. Sambil terus menantikan dan mencari ghirah sesungguhnya dari para pejuang dakwah kampus.

Apalah Artinya Setangkai Mawar Putih Tanpa Iman Sejati

Palu, Menjelang Dzuhur, 5 September 2014
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.

Ilustrasi. (Shaylah Schmidt)
Ilustrasi. (Shaylah Schmidt)

dakwatuna.com – “Apalah artinya setangkai mawar putih tanpa iman sejati”. Sebuah komentar yang langsung merangsang nalar imajinasi penulis untuk mengambil hikmah dan segera menyampaikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tulisan. Padahal awalnya ini hanyalah senda gurau dengan salah seorang sahabat penulis yang berasal dari Batam. Mawar putih adalah bunga yang sangat indah dipandang mata, menyejukkan tatapan, memberi kesan romantis apapun yang bersanding dengan mawar putih tersebut. Menimbulkan prasangka pada khalayak ramai bahwa yang memiliki mawar putih tersebut perasaannya tengah berbunga-bunga. Padahal itu hanyalah mawar putih dengan berbagai prasangka dan kesan, dengan keindahan rupa dan tampilannya. Jarang orang-orang ingin mencari tahu apa saja komponen penyusun mawar putih tersebut, apakah komponen-komponen penyusun keindahan mawar putih tersebut juga indah rupa dan tampilannya? Apakah komponen-komponen penyusun keindahan mawar putih tersebut juga memiliki prasangka dan kesan sama seperti mawar putih?

Sepertinya sebagian besar orang-orang hanya ingin menikmati keindahan mawar putih tersebut. Padahal di tangkai mawar putih itu juga tersimpan duri yang bisa membuat jari terluka dan berdarah, duri yang bisa menjadi berbahaya bila di pegang tangkainya, duri yang dengan ketajamannya bisa membuat pemegang mawar putih akan berhati-hati dalam memegangnya. Itulah kecenderungan manusia yang akan melihat tampilan luar saja, karena itulah fitrah manusia yang sesungguhnya sebagaimana firman Allah SWT. :

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta beda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (QS. Ali-‘Imran : 14).”

Tetapi di akhir ayat ini Allah SWT menyampaikan bahwa di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, untuk mengingatkan kita bahwa segala keindahan di dunia ini termasuk keindahan mawar putih adalah kesenangan dan keindahan yang bersifat sementara saja. Keindahan dan kesenangan yang sesungguhnya adalah di sisi Allah SWT., hanya saja selama di dunia Allah belum memperlihatkan kepada hamba-Nya untuk menguji dan menyeleksi siapa di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar pantas mendapatkan kesenangan dan keindahan tersebut.

Bila berbicara mengenai keindahan, kita bisa tengok sejenak keindahan kacang kastor. Kacang kastor adalah sebuah kacang yang tak kalah indah dari setangkai mawar putih. Kacang yang kecil dan berbentuk bulat lonjong, warna coklat dengan motif bintik-bintik coklat muda. Tetapi tahukah kita di balik keindahan kacang kastor tersebut ternyata kacang kastor tersebut mengandung racun yang dapat menyebabkan kematian. Di balik keindahannya, ternyata kacang kastor tersebut pernah menyebabkan kasus keracunan sampai kematian di dua puluh lima negara bagian di Amerika Serikat.

Bunga belladona dan akar hemlock pun sangat indah dipandang mata. Bunga belladona dengan warna hitam keunguan pada buahnya, seperti anggur. Tetapi bunga belladona ini tak memiliki rasa seperti buah anggur, sebaliknya bunga belladona mengandung racun yang dapat mematikan manusia dalam waktu yang singkat. Begitupun keindahan akar hemlock dengan bunga-bunga putih kecil yang tumbuh di pucuknya, ternyata akar hemlock ini juga dapat menyebabkan kematian yang seketika apabila manusia mengkonsumsinya. Gejala yang dialami apabila mengkonsumsi akar hemlock ini adalah kejang-kejang, mual dan muntah, bahkan yang dapat bertahan hidup dari dahsyatnya racun akar hemlock ini biasanya akan mengalami amnesia atau hilang ingatan. Apalah arti semua keindahan tersebut kalau ternyata ujung-ujungnya adalah menyengsarakan.
Apalah artinya setangkai mawar putih tanpa iman sejati. Kata-kata tersebut sepertinya dapat mewakili analogi tentang keindahan yang di puja-puji oleh manusia tetapi sesungguhnya tidak berarti apa-apa. Apalah gunanya paras yang elok, postur tubuh yang ideal, tetapi tidak dibarengi dengan iman yang kokoh serta perilaku yang baik. Padahal begitu mulia kedudukan dan kemuliaan seseorang bukan dengan tampilan luarnya tetapi dengan keimanan dan ketakwaannya.

Sebuah kisah inspiratif tentang jangan meremehkan penampilan luar, coba saya kutip dari negeri sakura, Jepang. Di suatu daerah di Jepang ada sebuah toko kuliner yang menjual kuliner khusus kalangan menengah ke atas atau orang-orang yang berduit. Suatu ketika, tidak seperti biasanya, toko kuliner yang sering didatangi oleh kalangan menengah ke atas itu, kedatangan seorang pembeli yang penampilannya biasa saja, tampak sekali dari tampilannya kalau orang ini tergolong kurang mampu. Karena melihat itu, karyawan toko kuliner tersebut berniat untuk melayani pembeli yang satu ini tidak dengan pelayanan terbaik. Melihat kejadian itu, sang pemilik toko kuliner langsung turun tangan untuk melayani pembeli yang berasal dari kalangan kurang mampu tersebut. Ia siapkan packing terbaik untuk produknya, kemudian sang pemilik toko kuliner memberikan langsung produk makanannya kepada pembeli tersebut. Dengan pelayanan terbaik, sang pemilik toko kuliner tersebut memberikan pelayanan terbaiknya, lalu diakhiri dengan salam penghormatan khas Jepang, yaitu membungkukkan badan. Hanya saja kali ini berbeda, sang pemilik toko melakukan salam hormat kepada pembeli yang kurang mampu tadi membungkukkan badan dengan derajat yang berbeda seakan-akan pembeli tadi adalah orang yang paling istimewa. Karyawan toko kuliner keheranan kemudian bertanya kepada pemilik toko kuliner tadi tentang mengapa ia sangat mengistimewakan konsumen yang sepertinya kurang mampu tadi. Dengan jawaban yang lugas, sang pemilik toko kuliner menjawab bahwa yang datang tadi adalah konsumen yang sangat istimewa. Kalaulah pelanggan mereka dari kalangan menengah ke atas membeli produk dengan pengorbanan yang sedikit, maka konsumen yang kurang mampu tadi tentunya melakukan pengorbanan yang begitu besar agar dapat membeli produk yang biasanya hanya di konsumsi kalangan menengah ke atas. Maka konsumen yang kurang mampu itu adalah konsumen yang sangat istimewa yang harus dilayani dengan sangat baik dan diberi penghormatan. Sungguh kisah yang sangat inspiratif tentang jangan meremehkan penampilan luar seseorang.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Raudhatul Muhibbin wan Nuzhatul Musytaqin keindahan itu ada dua macam, yaitu keindahan lahir dan keindahan batin. Keindahan batin adalah kekasih yang dicintai karena dzatnya seperti ilmu, akal, kemurahan hati, keberanian dan sebagainya. Keindahan batin inilah yang menjadi fokus pandangan Allah SWT dalam mencintai hambanya. Sebagaimana di sebutkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah SAW. Bersabda :

“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada rupa dan harta kalian, tetapi Allah SWT. memandang hati dan amal kalian.” (H.R. Muslim dan Ibnu Majah).

Keindahan batin ini, lanjut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, akan menghiasi penampilan lahir, meskipun lahirnya tidaklah cantik. Orang yang indah batinnya sama dengan mengenakan pakaian keindahan, kemuliaan sekaligus kewibawaan, dan itu tergantung pada seberapa kuat sifat-sifat itu tertanam di dalam ruhnya. Orang mukmin memperoleh kemuliaan dan kewibawaannya berbanding lurus dengan tingkat keimanannya. Orang yang melihatnya akan merasa segan, dan orang yang berinteraksi dengannya, maka ia akan mencintainya.
Keindahan batin yang ada pada manusia hendaknya menjadi fokus perhatian dalam pembenahan diri kita (diri penulis juga), bukan hanya memperhatikan keindahan lahir saja. Karena yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah persoalan ketakwaannya. Keimanan sejati lah yang harus kita kejar, seberapa percaya kita betapa tidak berartinya keindahan lahir semata. Betapa mulianya seseorang di hadapan Allah SWT dengan hati dan amalnya yang merupakan keindahan batin.

Apalah artinya setangkai mawar putih tanpa iman sejati. Teruntuk para pecinta sejati, muliakanlah dirimu di hadapan Allah dengan keindahan batin. Teruntuk para pejuang dakwah, angkatlah derajatmu dengan membenahi hati dan amalmu. Semoga kelak Allah SWT mengumpulkan kita semua di akhirat dalam keadaan wajah yang berseri-seri karena keimanan kita. Semoga kelak Allah SWT memberikan hidayah kepada insan yang belum menyadari keutamaan keindahan batin dari pada keindahan lahir. Semoga kelak Allah SWT berkenan dengan rahmat-Nya memberikan kepada kita nikmat yang bisa membuat nikmat di surga tak ada artinya lagi, nikmat keindahan sejati, memandang Sang Pencipta langit, bumi, alam semesta, serta keindahan itu sendiri, memandang wajah Allah SWT tanpa terhalang suatu tabir apapun. Insya Allah.

Selasa, 09 September 2014

Masih Soal Menuju Kampus Madani

Palu, Ba'da Ashar, Di Ruang Tamu, 4 September 2014
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.

Ilustrasi. (Foto: inet)
Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com - Secarik kertas sederhana kutemukan di tumpukan berkas clearing akademik. Kertas itu hanya berukuran kecil, ujung-ujungnya pun sudah robek sedikit demi sedikit karena lipatan-lipatan kecil. Kuingat kembali di beberapa tahun yang lalu, kertas ini pernah menjadi sangat berguna. Karena kami lupa membuat absen rapat yang rapi. Mungkin karena sebentar lagi kami akan menghadapi musyawarah besar Mahasiswa Pencinta Mushallah (MPM) Al-Iqra’, sibuk mempersiapkan laporan pertanggungjawaban pengurus periode itu. Saat itu, penulis masih menjabat sebagai Ketua Umum MPM Al-Iqra’ Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Sulawesi Tengah. Kertas itu nampaknya kusut, namun beberapa tulisan di kertas itu masih dapat terbaca. Kertas itu berisikan absen rapat pengurus MPM Al-Iqra’ sebelum periode kami berakhir. Tampak nama-nama pengurus yang sempat hadir di rapat terakhir kami berjumlah sembilan orang.

Jangan lihat dari betapa sederhananya kertas yang kami deskripsikan di awal paragraf tulisan ini. Sebab, banyak hal-hal yang semoga bisa menginspirasi kita semua dari kertas sederhana ini. Hari itu Kamis 15 Desember 2011, beberapa saat setelah Shalat Ashar di Mushallah Al-Iqra’ Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, kami Pengurus MPM Al-Iqra’ Periode 2010-2011 mengadakan Rapat yang sebenarnya mengundang seluruh Pengurus. Harapan besar sebagian besar pengurus MPM Al-Iqra’ dapat hadir di rapat tersebut. Dan ternyata yang hadir pada saat itu hanya sembilan orang. Ada kekecewaan yang sempat terbersit dalam relung hati karena ini adalah rapat koordinasi yang amat penting, namun realitanya adalah kami harus kemudian lebih banyak bersabar akan setiap alasan. Sebagai manusia yang punya hati sudah sewajarnya merasakan kekecewaan yang begitu mendalam. Namun, jangan sampai kekecewaan ini berlarut-larut apalagi sampai menghadang laju gerak menuju cita-cita mulia kami, menuju kampus yang madani.

Muncul di benak penulis bahwa orang yang berdakwah pasti punya alasan dan tujuan mengapa ia harus berdakwah, begitupun yang tidak berdakwah pasti punya alasan juga mengapa sampai saat ini masih memilih untuk tidak bergabung dalam barisan dakwah ini.

Terkadang ada beberapa alasan yang harus dimaklumi, tetapi pada dasarnya dakwah adalah pergerakan yang ketika kita terlambat sedikit saja maka akan mengurangi kontribusi kita terhadap dakwah. Dari hati yang terdalam ingin berkata, “Duhai para pejuang dakwah, betapa ruginya engkau melewatkan dengan percuma kesempatan menuju surga. Duhai para pewaris Nabi, betapa ruginya engkau tak sepenuh hati mengemban amanah ini. Duhai para agen perubahan, betapa beruntungnya orang-orang yang maksimal dalam beramal.”

Saat itu kami mempunyai begitu banyak masalah, tetapi sekali lagi kami berprasangka baik kepada Allah SWT. Sebagaimana Hadits Qudsi yang sering kita dengar dan baca bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Seharusnya masalah bukan untuk dihindari, tetapi dihadapi dan diselesaikan dengan segera meskipun pasti akan menyisakan sedikit luka bathin. anggap saja kalau ada organisasi yang tidak mempunyai masalah maka sesungguhnya organisasi tersebut sedang bermasalah. Sering pula tentunya kita mendengarkan tentang bagaimana rumus untuk menghadapi masalah. Rumusnya adalah Hadapi, Hayati, dan Nikmati (HHN). Rumus HHN ini kali pertama penulis dapatkan ketika mengikuti training of mentor saat masih menjadi mahasiswa baru.

Melanjutkan cerita, pada saat itu, dengan sisa-sisa semangat yang ada kami terus bergerak menjalankan program kerja dan terus saling mengingatkan dalam kebaikan. Bahwa di MPM bukan sekedar Program kerja biasa yang akan meluluhlantahkan sum-sum tulang belakangmu, bahwa program kerja di MPM tidak harus di evaluasi dengan idealisme yang begitu tinggi sampai melupakan kemanusiaan. Bukankah agama Islam adalah agama yang paling menghargai nilai-nilai kemanusiaan? Bukankah Dakwah ini mengajarkan kita tentang menjadi teladan sebelum menyampaikan? Bukankah Dakwah ini membimbing kita tentang menyentuh hati sebelum menyampaikan?

Masih melanjutkan kisah tentang menuju kampus madani, pada saat itu tak serius seperti rapat biasanya, kami mencoba berdinamisasi agar suasana rapat menjadi enjoy. Agar beban dakwah yang memang sangat berat ini kami bagi ke pundak-pundak seluruh pengurus MPM, minimal agar ia terasa ringan. Dan agar amanah tersebut terasa menjadi semakin ringan, kami menikmati setiap amanah yang dibebankan kepada kami. Bahkan tak jarang di periode kepengurusan ini kader-kader maupun penguruslah yang kemudian meminta amanah. Mungkin ada kesadaran implisit yang memahami bahwa kami bukan sekedar The Agent Of Change lebih dari itu, kami adalah The Agent Of Allah.

Terkadang kami begitu bingung ketika idealisme kami bertentangan dengan realitas yang ada. Di satu sisi kami ingin mematuhi setiap kesepakatan rapat, serta isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Tetapi pada akhirnya pun kami semakin menyadari bahwa ada kondisi dimana Dakwah sejatinya memang berlandaskan Syariat Islam di atas segala-galanya. Bahwa Al-Quran dan As-Sunnah adalah pedoman hidup dan tindakan.

Ini hanya sekadar goresan kecil dari tinta nurani penulis yang semoga semakin menginspirasi dan memotivasi kita semua sebagai orang yang sangat dibangga-banggakan oleh Allah dan juga orang yang namanya disebut-sebut oleh para malaikat karena banyak berkumpul dalam rangka mengingat Allah. Berkumpul dalam rangka menuntut ilmu, berhimpun dalam rangka melanjutkan tugas para Nabi dan Rasul yang mana tidak semua orang menyadari bahwa tugas ini adalah kewajiban setiap insan manusia. Maka tugas kami adalah menyadarkan mereka tentang kemuliaan tugas ini.

Beda zaman, beda pula masalah yang di hadapi. Tetapi hal ini jangan sampai menjadi argumen utama kita untuk menolak masukan dari para senior dan para pendahulu.

Karena terkadang kita harus membuka kembali lembar sejarah Rasulullah SAW dan para sahabat, generasi setelah sahabat, orang-orang shalih serta sejarah dari para pendahulu. Agar kita dapat mengambil hikmah dari setiap kisah. Agar kita dapat mengambil ibrah dari sejarah tersebut, sehingga ke depan kita tidak akan terjatuh dalam lubang kesalahan yang sama dan bertindak dengan lebih waspada.

JAS MERAH Kata Bung Karno!! Jangan sekali-kali melupakan sejarah!!Karena visi tidak dibangun dalam waktu yang singkat, karena dakwah adalah pekerjaan membangun sebuah peradaban, karena dakwah kampus adalah tentang pewarisan visi dan misi, perlahan tapi pasti menuju kejayaan dan kemenangan, Ini masih tentang menuju kampus yang madani.

Senin, 08 September 2014

Tetaplah Berjamaah!

Palu, Ba'da Ashar, 2 September 2014
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.



Iring-iringan kendaraan bermotor melintasi kota berduyun-duyun di hari Ahad sore. Di Kota tempat penulis mengukir gagasan sederhana ini, Kota Palu Sulawesi Tengah. Memberi kesan yang melihatnya bahwa mereka benar-benar kompak dalam hal kendaraan, seragam, dan beberapa atribut lain. Nampaknya bukan hanya satu komunitas kendaraan bermotor yang berkumpul di taman kota pada sore hari itu. Ada komunitas dengan kendaraan yang sederhana saja, ada pula komunitas dengan kendaraan bermotor yang agak mewah khusus kalangan menengah ke atas. Mereka sudah bersiap-siap di tempat seperti biasa yang mereka sepakati bersama, bersiap melakukan tour keliling kota di iringi beberapa polisi lalu lintas. Selain untuk mensosialisasikan tentang cara berkendara yang baik kepada masyarakat, juga membuktikan solidaritas mereka sebagai sesama rider.

Komunitas rider tersebut ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya berkendara secara tertib dan taat pada peraturan-peraturan lalu lintas. Mereka menyadari bahwa kalau upaya ini di lakukan secara individualis saja, maka pengaruhnya mungkin tak terlihat bahkan tak terasa sama sekali. Maka mereka melakukannya secara bersama-sama, secara berramai-ramai agar muncul euforia tersendiri pada pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan. Ada juga sekelompok anak muda yang berhimpun dalam komunitas sepeda. Dengan penuh percaya diri mereka ingin menyampaikan nilai-nilai tentang hidup sehat. Dengan bersepeda maka akan mengurangi polusi dan sisi positif lainnya adalah menyehatkan badan dan sekali lagi mereka tak akan mampu untuk menyebarkan nilai-nilai positif ini apabila hanya di lakukan secara individu. Mereka memilih untuk berhimpun dalam suatu komunitas agar apa yang ingin mereka sampaikan dapat tersebar dengan luas.

Ada lagi sekelompok anak muda yang berhimpun dalam kelompok pecinta alam. Menyebarkan nilai-nilai positif tentang bagaimana kemudian manusia yang memang pada dasarnya harus menghargai dan melestarikan lingkungan.  Nilai yang ingin di sampaikan oleh kelompok pecinta alam ini sangat kontras dengan pemahaman para penganut paham kapitalis tentang bagaimana memandang alam dan lingkungan sekitar. Paham kapitalis memberi keleluasaan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan alam dengan sebebas-bebasnya tanpa di sertai tanggung jawab moral dan sosial. Mungkin hal ini juga yang mengakibatkan banyak perusahaan-perusahaan di sekitar kita mengelola dan memanfaatkan alam  dengan sewenang-wenang. Sehingga yang terjadi adalah eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali dan tidak bertanggungjawab karena bertindak dengan tujuan pemenuhan profit semata serta mengabaikan nilai-nilai etika dan moral. Inilah paham ekonomi kapitalisme.

Kembali ke komunitas pecinta alam tadi, mereka adalah sekelompok anak muda yang mempunyai hobi menyusuri sungai, mendaki gunung, hiking, joging, climbing, yang tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka mencintai alam dan melestarikan lingkungan. Sedikit mirip dengan konsep Islam tentang bagaimana cara pandang manusia terhadap alam dan lingkungan dan sekitarnya. Islam mengajarkan melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah, bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi. Khalifah adalah pemimpin, mulai dari memimpin dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, sampai memimpin alam semesta. Alam pun adalah wewenang manusia untuk mengelola dan memanfaatkannya, Allah SWT adalah pemilik alam semesta ini dan manusia di beri hak untuk mengelola dan memanfaatkannya. Tentunya karena alam semesta ini adalah kepunyaan Allah SWT. , maka harus di kelola berdasarkan aturan-aturan dari Allah, yaitu Syariat Islam. Di kelola dengan kebebasan yang bertanggungjawab. Betapa indah Islam mengatur tentang cara pandang manusia terhadap alam. Adapun sekelompok anak muda pecinta alam tadi begitu sadar bahwa untuk memberikan kesadaran kepada orang-orang di sekitarnya tentang bagaimana mencintai alam dan melestarikan lingkungan tidak bisa di lakukan hanya secara individualis. Butuh kerja sama, butuh kelompok, dan butuh wadah. Maka kelompok komunitas kendaraan bermotor, komunitas bersepeda, dan komunitas pecinta alam tadi, memilih untuk bekerja secara Berjama’ah.

Sejatinya, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dasar negara kita pun, yaitu Pancasila mengajarkan hal yang serupa. Sebagai makhluk individu, manusia harus memperhatikan apa-apa saja yang terkait dengan kebutuhan hidupnya. Imam Al-Ghazali menyimpulkan tentang lima kebutuhan dasar manusia, yakni agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Pada saat yang sama manusia juga harus mampu menjadi makhluk sosial yang peduli akan sesama, peduli kepada lingkungan sekitarnya. Dan konsekuensi logisnya adalah manusia membutuhkan manusia lain dalam beberapa aktifitas sosial.

Dalam buku “Guru Adalah Ustadz Adalah Guru”, Saiful Falah menganalogikan tentang betapa seorang manusia tidak akan bisa mengerjakan segala sesuatunya sendirian kecuali butuh bantuan manusia yang lain. Saiful Falah ber-analogi seperti ada dua buah gelas yang kosong, yang satunya di isi setengah terlebih dahulu. Kemudian, gelas yang sudah terisi setengah tadi di isi lagi dengan air sampai penuh. Bahkan air tersebut tertumpah ke meja dan ke lantai. Air yang tertumpah ke meja, bila ada kertas di meja tersebut, pastilah air akan merusak kertas tersebut. Air yang tertumpah sampai ke lantai akan menyebabkan lantai licin, tinggal menunggu waktu saja orang-orang akan jatuh di sebabkan oleh lantai yang licin tersebut. 

Gelas tadi di ibaratkan sebagai daya tampung manusia atas setiap masalah yang di hadapinya. Setiap manusia pasti memiliki batas daya tampung atas setiap masalah yang di hadapinya, apabila masalah tersebut terus tertampung dalam dirinya, maka tunggu saja masalah tersebut akan menimbulkan masalah baru dan merugikan orang lain sepanjang masalah tersebut tidak pernah di-sharing. Butuh gelas lain agar air yang tertampung dalam gelas kita bisa terakomodasi. Manusia butuh tempat sharing atau curahan hati agar setiap masalah yang di hadapi terasa sedikit lebih ringan dan mampu di hadapi. Gelas yang menjadi tempat berbagi air tadi hendaknya bukan gelas yang di penuhi air juga, karena masalah bisa menjadi semakin runyam apabila partner sharing kita juga seseorang yang memiliki segudang masalah. Dan pada intinya, manusia tidak dapat hidup sendiri. Butuh sahabat, butuh orang lain, butuh kelompok, butuh wadah, butuh komunitas, agar hidupnya dapat di jalani dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana hakikat manusia sesungguhnya, Sabda Rasulullah SAW.: “Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi sesamanya..”.

Inilah fitrah manusia yang harus di sadari oleh para pejuang dakwah. Inilah kaidah yang harus di pahami oleh para pewaris tugas Nabi dan Rasul. Tentang pilihan untuk berjama’ah dalam hidupnya. Begitu banyak keutamaan-keutamaan yang di peroleh apabila perjuangan yang panjang dan melelahkan ini di kerjakan secara bersama-sama, secara berjama’ah. Keistimewaan berdakwah di dalam Jama’ah begitu banyak. Kita coba lihat bagaimana yang terjadi di Masjid Nabawi di masa Rasulullah SAW. Pemandangan mana yang lebih indah kita saksikan ketika kaum muslimin melaksanakan Shalat secara berjama’ah. Ada Suhail dari Romawi, Salman dari Persia, Bilal dari Habasyiyah, mereka semua di ikat dalam persaudaraan berdasarkan aqidah. Di ikat dengan indah oleh ukhuwah islamiyah, betapa indahnya bergabung dan bekerja dalam jama’ah daripada secara sendiri-sendiri. ‘Umar bin Khaththab ra pernah berkata : “Tidak ada Islam melainkan dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan imamah (kepemimpinan) dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.”

Sebagai pejuang dakwah, kita pun harus memahami tujuan sebenarnya dari berjama’ah ini. Tentang mengapa dakwah ini harus membentuk sebuah kesatuan barisan, keselarasan gerak, dan keseragaman tujuan. Dalam Buku Menuju Jama’atul Muslimin, Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, M.A. menjelaskan tentang tujuan-tujuan umum bagi jama’atul muslimin yaitu :

1.      Supaya manusia menyembah Rabb yang Mahasatu
2.      Menjalankan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar
3.      Menyampaikan Dakwah Islam kepada semua manusia
4.      Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia
5.      Menaklukkan Roma, ibu kota Italia
6.      Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar.

Masih dalam buku Menuju Jama’atul Muslimin, Nabiyullah Ibrahim as menyadari persoalan ini kemudian memohon kepada Allah SWT agar di anugerahi seorang penerus yang termasuk dalam golongan orang-orang shaleh yang akan menjadi suatu jama’ah pengemban dan pembela Dakwah-Nya. Firman Allah SWT. :

“Ya Rabbi, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk ke dalam himpunan orang-orang yang Shaleh. (Q.S. Ash-Shaffat : 100).”

Rasulullah SAW mengungkapkan pentingnya jama’ah ini bagi keberhasilan dakwah, dan menyatakan bahwa jama’ah inilah yang akan menentukan eksis atau tidaknya dakwah islam. Ini di ungkapkan beliau dalam munajatnya kepada Allah pada perang Badar sebagaimana di riwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab ra. Pada waktu perang Badar, Nabi SAW menghadap kiblat , kemudian menjulurkan tangannya seraya berdoa kepada Rabb-nya :

“Ya Allah, jika kelompok dari orang-orang Islam ini hancur, maka Engkau tidak akan di sembah di muka bumi.”

Wahai para pejuang dakwah, taatilah Rabbmu dan teladanilah para Nabi dan Rasul dengan mengambil langkah tegap untuk berjama’ah. Insya Allah engkau takkan berada dalam kesesatan selama Jama’ah Dakwah senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pahamilah ini lalu ambil langkah yang pasti, ajak orang-orang di sekitarmu untuk turut serta mengambil langkah ini. Langkah yang akan membimbingmu, membimbing kita semua berada dalam jalan kebenaran, jalan yang di ridhai Allah SWT., jalan yang telah di ambil para Nabi dan Rasul, jalan yang telah di ambil para pendahulu. Yakinlah dengan sebenar-benarnya keyakinan, keyakinan yang menghujam nurani, laksana kokohnya akar menunjang batang, ranting, dan daun. Tetaplah Berjama’ah!

Wahai para pejuang dakwah, jangan sampai tingginya gelombang sekularisasi, liberalisasi, dan ideologi-ideologi lain membuatmu pesimis membersamai ideologi yang mulia ini, ideologi yang di wariskan oleh para Nabi dan Rasul, dan dengan keoptimisan dan kemantapan hati kita menjadi pewaris tugas para Nabi dan Rasul. Jangan sampai realitas keummatan membuatmu pesimis dalam mengemban tugas yang mulia ini. Karena engkau adalah orang-orang yang telah di pilih oleh Allah SWT untuk bergabung dalam barisan Jama’atul Muslimin. Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu! Teruslah berada dalam Jama’ah! Tetaplah Berjama’ah!

Selasa, 02 September 2014

Istana Putih dan Getar Hati Pemimpin

Palu, Di Ruang Tengah, Menjelang Sore, 28 Agustus 2014
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.


Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Istana putih berdiri tegar di depan sektor perkebunan kelapa sawit, atapnya menjulang tinggi ke langit seakan-akan ingin memecah awan. Namun istana putih ini bukanlah istana putih Persia dengan kemegahannya di masa lalu. Di posisi dataran yang tinggi, di istana putih itu tersedia jalan yang lebar agar dapat menjangkau dan memasukinya. Jalan menuju ke istana putih terbuat dari pavin-pavin yang disusun secara rapi dan disesuaikan ketinggiannya. Agar mobil-mobil mewah nan angkuh bisa lewat. Mobil-mobil mewah nan angkuh yang dulu ketika masa kampanye pemiliknya sering turun ke lapangan, bersosialisasi dengan masyarakat, sering melakukan kegiatan bakti sosial di tengah-tengah masyarakat. Namun ketika mendapatkan kursi di parlemen, mobil mewah nan angkuh itu sepertinya tak pernah lagi melewati jalan yang berlubang. Mobil mewah nan angkuh itu mungkin tak sudi lagi melewati jalan yang becek karena takut kemewahannya akan terkotori oleh noda becek. Mobil mewah nan angkuh itu melaju dengan kecepatan yang tak memungkinkan rakyat untuk menegur dan menyapa yang berada di dalam mobil. Mobil mewah nan angkuh itu mungkin tak lagi membuka kaca jendelanya karena terburu-buru menuju rapat dan urusan formal lainnya. Terus menuju istana putih tanpa pernah menyempatkan waktu untuk singgah sebentar sekadar duduk-duduk di warung kopi, sekadar nongkrong di pinggir jalan sambil mendengarkan keluhan rakyat, sekadar singgah di warung makan sederhana tempat para masyarakat bertukar pikiran. Terus melaju meluncur menuju istana putih. Istana putih itu terletak di Kabupatan Morowali Provinsi Sulawesi Tengah, sekitar 14-15 jam menempuh perjalanan darat. Jaraknya kurang lebih 600 Km dari Ibu Kota Provinsi, Palu Sulawesi Tengah. Dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan menuju ke Kabupaten Morowali karena masih tergolong kabupaten baru.

Kami pun menyadari bahwa istana putih ini ada hampir di seluruh daerah di Indonesia. Istana putih yang indah tersebut, memiliki banyak penjaga di setiap sudut pekarangannya. Penjaganya berbadan tegap dan berpenampilan serba hitam. Ada juga penjaga yang berpakaian seragam lengkap, warna seragamnya hijau tua kekuning-kuningan, lengkap dengan baret, sabuk yang rapi, sepatu laras bak militer siaga. Ada pula beberapa tukang kebun yang menjaga keseharian pekarangan istana putih. Setiap hari menyirami bunga-bunga indah dan tanaman-tanaman elok pelengkap keanggunan taman istana putih. Istana putih yang sangat indah, tertata rapi setiap komponennya, namun tak sebanding dengan kemuliaan SurgaNya Allah SWT diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan istiqamah dalam ketakwaannya.

Istana putih dengan segala keindahan duniawinya. Dan yang pasti segala keindahan di dunia memiliki konsekuensi logis, karena tak ada yang abadi di dunia ini. Konsekuensi logisnya adalah, tak mungkin istana putih yang megah ini dengan segala kemegahannya hanya disokong dengan dana yang sedikit. Tentunya membutuhkan biaya yang banyak dan dana yang sangat besar untuk menjaga segala fasilitas istana putih tersebut. Artinya di puncak kemegahan yang ada pada istana putih, pasti ada penderitaan segelintir orang. Sang penghuni istana putih itu pun sangat terkenal dengan kewibawaannya dan kepemimpinannya. Ia sering menggunakan pakaian serba putih pada setiap acara-acara formal dan acara-acara penting. Tampilannya layaknya Bung Karno dengan pakaian serba putih tersebut, mudah-mudahan gagasan kebangsaan visioner milik Bung Karno juga ada dalam pikiran sang penghuni istana putih tersebut, bukan hanya sekadar tampilan luarnya saja. Sebut saja orang yang sangat dihormati ini sering di panggil dengan panggilan Kepala Daerah. Memimpin suatu daerah tertentu dengan berbagai fasilitas mewah dan sarana prasarana yang menunjang gaya hidupnya. Salah satu fasilitas yang diperolehnya adalah yang kami deskripsikan sejak awal tulisan ini, fasilitas tersebut adalah rumah dinas yang penulis senang menyebutnya dengan sebutan istana putih.

Zaman telah berubah, dan arus globalisasi semakin deras, gelombang sekulerisme dan liberalisme semakin meninggi bersiap menerpa apapun yang ada di depannya. Sepertinya sosok pemimpin sederhana dan bersahaja semakin sulit ditemukan di masa kini. Padahal dunia pernah menyaksikan kepemimpinan hebat seorang yang sederhana dan bersahaja. Seorang anak yatim dan tak pandai membaca, namun kepemimpinannya diakui oleh Romawi dan Persia. Kepemimpinan yang sangat berpengaruh keteladanannya melebihi pengaruh pemimpin manapun di dunia ini. Dialah Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam. Tercatat dalam Buku karya Michael Hart berjudul “100 Tokoh Berpengaruh di Dunia Sepanjang Masa” sebagai Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban dunia. Bahkan membina para sahabat dekatnya menjadi para pemimpin hebat di zamannya. Khalifaturrasulillah, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu yang pembawannya begitu melankolis dan lembut kepada siapa saja, ketika memimpin mampu untuk kemudian menjadi tegas dan keras serta memerangi para Kaum Muslimin yang enggan membayar zakat semenjak meninggalnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Atau seperti Amiirul Mu’minin, ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu, sosok yang begitu keras dan tegas namun pada saat yang sama menjadi orang yang begitu lembut dan penyayang serta amat sangat mencintai rakyatnya. Amiirul Mu’minin ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu mampu untuk kemudian menjadi pendengar yang baik atas setiap keluhan kaum Muslimin dan adil terhadap non-muslim. Merekalah para pemimpin terbaik di zamannya.

Kembali lagi kepada cerita yang sedikit mendekati realita tadi, tentang Kepala Daerah dengan kemegahan istana putihnya. Realita yang terjadi hampir di seluruh daerah di Negeri indah nan permai bernama Indonesia. Masyarakat masih tengah mencari sosok pemimpin ideal yang mampu menyelesaikan segala persoalan negeri ini, dan saat ini masyarakat cenderung akan memilih pemimpin yang sering turun ke lapangan dan melihat langsung kondisi mereka. Terlepas dari apakah itu pencitraan belaka atau memang benar-benar bekerja tulus dan ikhlas untuk masyarakat. Kita tak tahu pasti kondisi sesungguhnya hati nurani para pemimpin yang sering turun lapangan tersebut, karena hanya Allah yang mengetahui kondisi sesungguhnya kondisi hati para pemimpin kita, getar hati sang pemimpin Sampai detik ini, kita tengah disibukkan dengan polemik kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang merupakan kebutuhan primer masyarakat yang hampir dapat dipastikan kenaikan BBM tersebut akan semakin mencekik masyarakat kalangan bawah. Semoga saja para pemimpin bangsa ini segera mendapatkan solusi terbaik terkait polemik ini.

Kita sangat merindukan para sosok pemimpin dengan getar hati yang sesungguhnya. Mungkin saja sosok itu ada di Provinsi Jawa Barat yang Gubernurnya memiliki segudang prestasi fenomenal dibuktikan dengan penghargaan hampir di semua aspek pemerintahan dan tata kelola pemerintah, beliau senyap akan pemberitaan media. Mungkin juga sosok itu ada di daerah Depok, yang Walikota-nya dengan senang hati naik motor menuju kantor dinas yang belum tentu kepala daerah yang lain mau untuk melakukan hal itu. 

Mungkinkah getar hati pemimpin tersebut ada di Kota Bandung, mempunyai Walikota yang muda dan energik, begitu bersemangat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di Kota Bandung, dan sampai sekarang berusaha sepenuh hati dan sekuat tenaga merealisasikan janji-janji kampanye-nya. Atau mungkinkah getar hati itu ada di Kota Surabaya, memiliki Ibu Walikota yang dengan sangat tegas menutup tempat prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, tegas menindak kemaksiatan meskipun sering mendapat cemoohan tak santun dari beberapa oknum, semoga Allah senantiasa merahmatimu Ibu Walikota! Atau mungkin saja kita juga merindukan getar hati pemimpin yang merupakan seorang Da’i dan ‘Ulama, pada saat yang sama juga menjadi ‘Umara. Pemimpin kharismatik di daerahnya, yang terhormat Bapak Gubernur Maluku Utara. Hanya Allah lah yang mengetahui getar hati pemimpin yang sesungguhnya, pemimpin yang sederhana nan tegas, sosok pemimpin ideal impian yang sangat kita rindukan. Mari kita mulai mencari getar hati pemimpin itu, dimulai dengan merendahkan ego dan kesombongan, dimulai dari ber-muhasabah atas diri kita sendiri, memperbaiki keluarga kita, mempererat persaudaraan dengan sahabat-sahabat kita, menyebarkan kebaikan pada orang-orang di sekitar kita, serta masyarakat kita. Agar suatu saat muncul sosok pemimpin dengan getar hati yang sesungguhnya. Karena seyogyanya pemimpin yang terbaik lahir dari lingkungan dan masyarakat yang terkondisikan dengan kebaikan-kebaikan. Sehingga sungguh syahdu perkataan Ali Bin Abi Thalib ra apabila mampu kita praktekkan, Beliau berkata :

“Barangsiapa meletakkan dirinya sebagai pemimpin, maka hendaklah dia memulai dengan mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain. Dan hendaklah dia membersihkan langkah kehidupannya sebelum membersihkan lisannya. Karena orang yang mengajari dan membersihkan dirinya itu lebih berhak dimuliakan daripada orang yang mengajari manusia dan membersihkan mereka.” (Ali bin Abi Thalib).

Kita masih merindukan sosok pemimpin yang ideal, yang mungkin saja mau meninggalkan segala kemewahan dan kemegahan istana putih-nya, tinggal bersama-sama masyarakat. Sempat Di zaman ke-khalifahan ‘Umar bin Khaththab ra utusan dari Romawi dan tawanan perang dari Persia terheran-heran menyaksikan Sang Amiirul Mu’minin tidur di Masjid Nabawi yang kondisi Masjid Nabawi di Madinah pada saat itu memang masih sangat sederhana. Kita menantikan sosok pemimpin yang tak segan berada di tengah-tengah masyarakat dan berbaur dengan mereka. Turunkanlah kaca jendela anda sejenak, turunlah dari mobil mewah nan angkuh sejenak untuk bersama-sama mendengar masukan dan saran-saran kami. Tinggalkanlah istana putihmu walaupun hanya sejenak, tinggallah sejenak di rumah-rumah kumuh kami agar paham akan kondisi kami.

Kita bukanlah kaum Jabariyah, kelompok umat Islam zaman dulu yang selalu pasrah. Kepasrahan kaum Jabariyah ini terhadap Yang Mahakuasa sudah berada dalam stadium gawat darurat. Ideologi ini di pelopori oleh Jahm bi Safwan dan Ja’d bin Dirham. Menyerahkan takdir manusia semua-muanya kepada Allah merupakan inti dari ajaran Jabariyah. Mereka meniadakan usaha manusia. Manusia hanya di anggap sebagai boneka Tuhan. Maka ketika terjadi sesuatu, manusia tidak bisa dipersalahkan.

Kita akan berusaha untuk tidak seperti kaum Jabariyah, kita tidak akan meneladani kaum yang telah dilaknat Allah SWT karena pemikiran yang sempit. Kita akan berusaha menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan keluarga, kita akan senantiasa berusaha menjadi rakyat yang baik dan santun karena sedikit memahami bahwa kondisi pemimpin adalah representasi dari kondisi rakyatnya. Dari Getar hati sang Pemimpin, Kita berharap keberkahan dari Allah SWT untuk negeri ini, agar suatu saat keberkahan Allah SWT melimpah untuk negeri ini oleh sebab keteladanan pemimpinnya dan kesantunan serta ketaatan rakyatnya. Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur, Insya Allah.