This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 27 Juli 2015

Tetaplah Berada di Bumi

Ma'had Al-Birr Makassar, 27 Juli 2015
Oleh : Mohamad Khaidir

Ilustrasi (blogspot.com/tiffinbiru)
Ilustrasi (blogspot.com/tiffinbiru)
dakwatuna.com – Mereka seperti bersusun-susun Rasa Surga yang dihadirkan ke bumi, begitu kata Ustadz Salim.A Fillah dalam bukunya yang berjudul Lapis-lapis Keberkahan. Bersusun-susun rasa surga tersebut hadir dalam sosok Baginda Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Bagaimana tidak, orang-orang yang hidup membersamai Beliau SAW dapat mencicip manis dan berkahnya Rasa Surga, dengan Iman yang Kokoh dan Islam sebagai the way of life dan lifestyle mereka. Sesosok Pribadi Muhammad SAW mampu menghadirkan bersusun-susun Rasa Surga bagi orang-orang di sekeliling Beliau, termasuk musuh-musuh Allah dan RasulNya. Bersusun-susun Rasa Surga juga bisa kita tengok dan teladani pada Pribadi Lembut Sayyidina Abu Bakr Ash-Shiddiq, Sang Tegas Sayyidina ‘Umar Bin Khaththab, Tuan Dermawan Sayyidina ‘Utsman Bin Affan, dan Pemuda Pemberani Sayyidina ‘Ali Bin Abi Thalib. Para sosok yang dirindui Surga, dan mampu menghadirkan secicip Rasa Surga di Bumi ini.

Lalu, apa mungkin para sosok yang kami jelaskan di paragraf pertama yang seharusnya menjadi teladan seluruh Umat Manusia mampu untuk kita ikuti? Mampu untuk kita teladani? Atau mungkin terlalu melangit? Butuh pijakan di bumi untuk mengecap rasa-rasa surga para sosok yang melangit ini? Maka tetaplah berada di Bumi.
Tetaplah berada di Bumi, menjadi orang-orang yang berpandangan luas bahwa bumi Allah ini memang sangat luas bagi makhluk sekecil manusia. Maka penghambaan kita pada Allah SWT dibarengi dengan pemahaman yang mendalam tentang Islam serta wawasan yang luas tentang problematika Umat. Untuk memiliki wawasan yang meluas tak cukup hanya dengan membaca buku atau mendalami teori tertentu saja. Sesekali bertualanglah, menjelajahlah di bumi Allah yang luas ini, bila perlu merantaulah untuk menguji seberapa tangguhnya ketahanan dirimu dan agar engkau juga menyadari betapa Allah mengatur dengan rapi segala urusan hidup kita. Tak ada yang tahu rezeki masing-masing manusia bisa jadi berada di tempat yang jauh dari kampung halamannya. Atau bisa jadi jodoh seseorang itu jauh berada dari kampong halamannya, bisa jadi di lain kota, di lain provinsi, di lain Negara, bahkan antar benua. Allah lah yang memegang segala urusan makhluknya, maka hendaknya manusia memasang niat di setiap aktivitas dan berprasangka baik di segala urusannya.

Tetaplah berada di bumi, alkisah sekelompok anak muda berjumlah enam orang sedang bertugas menjaga dan mengatur parkiran kendaraan di Masjid Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Enam orang anak muda ini masih ada yang berstatus mahasiswa, ada pula yang sudah menjadi alumni, kesamaan mereka berenam adalah masih mengikuti liqa’ bahkan sejak dari SMA. Seperti biasanya di awal-awal Ramadhan jamaah Shalat Isya dan Tarawih membludak memenuhi masjid. Berbagai fenomena ketika menjaga dan mengatur parkiran kendaraan jamaah Masjid Muhammad Cheng Hoo dialami oleh anak-anak muda ini, ada orang-orang yang patuh dan tersenyum ramah ketika diatur posisi parkir kendaraannya, ada pula yang sedikit sulit diatur ketika memarkir kendaraannya. Ketika jamaah selesai melaksanakan shalat tarawih dan witir secara berjamaah keenam orang anak muda ini harus segera bersiap-siap mengatur kendaraan yang akan keluar agar bisa keluar dengan tertib. Namun ada saja yang tidak mengikuti arahan dari anak-anak muda ini, mungkin karena merasa lebih senior deri segi umur ataupun status sosial, mencoba menyalip kendaraan lain karena tidak sabaran untuk segera keluar dari area parkiran masjid. Akibatnya karena satu orang ini tidak mengikuti arahan,kendaraan lain coba mengikuti untuk menyalip sehingga arus keluar kendaraan menjadi kacau karena perbuatan satu orang saja. Sempat terjadi diskusi kecil antar anak-anak muda tadi membahas tentang perbuatan satu orang yang tidak mengikuti arahan sehingga arus lalu lintas kendaraan keluar masjid menjadi kacau, tentang perbuatan satu orang yang melanggar membuat orang-orang lain juga tidak segan ikut melanggar. Ya, kurang lebih seperti inilah gambaran umat manusia dalam pandangan Islam. Ketika manusia mencoba melanggar Syariat Islam maka dapat dipastikan yang terjadi adalah kekacauan dan ketidakseimbangan, apa lagi baru-baru ini kita sama-sama telah mendengar dan melihat dilegalkannya perkawinan sesama jenis di Amerika Serikat. Bagaimana mungkin manusia bisa menghasilkan keturunan dengan kawin sesamA jenis? Lagipula apa masih bisa disebut orang tua? Apalagi orang-orang yang tergolong transgenderNa’udzu billahi min dzallik. Ini jelas-jelas melanggar fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah SWT secara berpasang-pasangan sebagaimana firman Allah dalam Quran Surah Ar-Rum Ayat 20-21 :

Dan di antara tanda-tanda ( kekuasaan) –Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu ( menjadi ) manusia yang berkembang biak (20) dan diantara tanda-tanda ( kebesara)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cederung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir (Q.S. Ar-Rum, 20-21).

Tetaplah berada di bumi, begitu banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh manusia, syirik dan bentuk kemaksiatan lainnya, ini jelas akan mengacaukan tatanan kehidupan manusia itu sendiri. Tetaplah berada di bumi, dengan memberi manfaat kepada sesama. Menjadi sosok yang keberadaannya di bumi tidak merusak tatanan kehidupan.

Tetaplah berada di bumi, kalaupun engkau tak bisa jua menjadi sosok yang memiliki secicip rasa surga maka cobalah engkau saingi sang pendosa dalam istighfarnya, cobalah menjadi sosok yang tak bangga dengan amal-amal yang hanya secuil, dan sosok yang selalu memperbaiki diri karena melimpahnya dosa-dosa. Sosok yang tak jumawa dengan karya-karya, sosok yang tak mudah putus asa karena menggunungnya dosa.
Tetaplah berada di bumi, karena kebathilan pasti akan tersingkir bila yang haq mendominasi didalam hati. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, “…Maka, demikianlah keadaan hati, ia pun dapat tercampuri oleh syahwat dan syubhat. Akan tetapi, tatkala yang tumbuh berkembang dalam hati tersebut adalah al-Haq (kebenaran), maka syahwat dan syubhat pun akan sirna. Dan yang tersisa di dalam hati hanyalah keimanan dan Alquran yang bermanfaat bagi pemilik hati tersebut dan juga orang lain.”

Tetaplah berada di bumi, karena yang memberi manfaat akan tetap berada di bumi, dengan iman, ilmu, dan amal shalehnya. Yang memberi manfaat bagi sesama akan tetap berada di bumi meskipun sosoknya masih jauh dari sosok para pendahulu yang mampu menghadirkan secicip rasa surga di bumi ini. Yang memberi manfaat akan tetap berada di bumi, dicintai oleh keluarganya, orang-orang terdekatnya, disayangi oleh sahabat dan masyarakat tempat ia tinggal. Ilmu dan karya nyatanya begitu bermanfaat bagi orang lain, imannya yang mendalam begitu memotivasi orang-orang yang ingin memperbaiki diri. Maka tetaplah berada di bumi, mari renungkan dan tadabburi bersama Alquran Surah Ar-Ra’du Ayat 17 :

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (Q.S.Ar Ra’du : 17).


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/07/27/72180/tetaplah-berada-di-bumi/#ixzz3h580htyG 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook