This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 30 Mei 2016

Balada Aktivis Peradaban

Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com – Berhenti sejenak di persimpangan jalan, tetapi bukan untuk berlama-lama di persimpangan ini. Sejenak menengadah ke atas melihat semangat-semangat yang terbang lepas, sebab benar bahwa semangat bersifat fluktuatif. Tetapi bagi anak muda, jangan sampai engkau kehilangan semangat itu, ciri khas pemuda adalah semangat yang berapi-api. Melihat kembali foto-foto kegiatan kemahasiswaan, seakan-akan jejak ini kembali diretas, dan ini juga adalah kesempatan untuk menghisab diri. Apakah aktivitas keorganisasian yang dulu dilakukan sudah benar-benar di niatkan untuk menggapai ridha Allah SWT? Atau hanya sekedar sarana aktualisasi diri, agar mendapatkan popularitas semata. Sungguh diri ini masih sangat jauh dari teladan terbaik, namun terus berupaya untuk memperbaiki diri ini.

Lalu muncul pikiran-pikiran liar untuk mencari solusi dan sinergitas, pikiran-pikiran yang mungkin kurang ilmiah, pikiran-pikiran yang hanya merupakan argumentasi. Seakan-akan semua permasalahan hanya bisa di selesaikan seorang diri. Menisbikan nilai bahwa manusia juga adalah makhluk sosial, timbul superioritas dalam diri, lahir arogan yang membumbung tinggi di awan, sehingga semuanya di pandang rendah di bawah telapak kaki. Masukan, kritikan, dan saran pun tak berarti lagi. Mata hati pun tertutupi, tak mampu lagi menerima segala macam kebaikan dan nasehat. Maka bersyukurlah mereka yang terus menerus menjalani proses halaqah tarbiyah setiap pekannya. Halaqah tarbiyah menjadi sarana bagi mereka untuk mendapatkan dan menjaga hidayah Allah SWT. Beda dengan mereka yang keangkuhannya terus meninggi, kesombongannya terus melambung naik, arahan-arahan tak akan berarti lagi. Tetapi jangan menyerah untuk mereka, teruslah menyampaikan kebenaran dan kebaikan bagi mereka yang belum tersentuh cahaya Allah. Allah akan terus menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tak menyukainya.

Tarbiyah menjadi rezeki di mana tak semua orang mampu bertahan dengan prosesnya. Tak semua orang sanggup untuk mengikuti ritmenya. Tak semua orang bisa bertahan dengan proses tarbiyah itu sendiri. maka tak salah bila tarbiyah itu bagai rezeki, menjadi orang-orang yang terus belajar dan sigap ketika di arahkan oleh jamaah, patuh dan taat dengan instruksi qiyadah sungguh adalah rezeki yang sangat nikmat, nikmat yang besar, lalu nikmat tarbiyah ini bersanding dengan baiknya Iman dan Islam seseorang. Para aktivis tarbiyah juga menyadari besarnya bangunan peradaban yang harus di perbaiki, di perbaiki bersama-sama umat. Bangunan besar peradaban ini butuh solusi untuk setiap kerusakan sektor pembangunannya, para aktivis tarbiyah pun maju dengan gagah berani membawakan solusi dan energi perubahan, muncul alternatif metode yang di sebut Post-Islamisme, memisahkan urusan dakwah murni dengan politik pemerintahan, namun tidak mereduksi universalitas Islam. Post-Islamisme bisa menjadi salah satu alternatif, lalu para aktivis Islam pun menjelma menjadi aktivis peradaban namun tidak meninggalkan nilai-nilai Islam.

Setelah berhenti sejenak di persimpangan jalan dan menyegarkan kembali pemahaman tentang jati diri, bersiap untuk melangkah ke tahap selanjutnya, sebab tugas telah menunggu di depan sana untuk di selesaikan, kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Aktivis peradaban harus menembus batas kemampuannya, karena akan menghadapi benturan-benturan peradaban. Samuel P Huntington dalam bukunya Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia mengemukakan bahwa Peradaban Islam, Peradaban Cina, Peradaban Jepang, dan Peradaban India adalah kekuatan besar yang patut  perhitungkan dalam benturan peradaban tersebut, karena mampu mereduksi dominasi peradaban dan nilai-nilai Peradaban Barat. Masyarakat semakin cerdas untuk menyeleksi setiap nilai-nilai peradaban, terutama Peradaban Barat yang seakan-akan mendominasi suatu bangsa, namun yang terjadi adalah penyesuaian atau adaptasi terhadap nilai-nilai peradaban. Dengan kata lain, suatu bangsa tetap bangga dengan peradaban yang berasal dari negerinya sendiri lalu mengambil nilai-nilai positif dari Peradaban Barat.

Melanjutkan kembali perjalanan, pada saat yang sama kita semua harus kemudian menyadari berada di mana posisi kita, posisi peradaban kita, di tengah benturan-benturan peradaban yang terjadi. Saat di sentil soal peradaban, saya menyarankan Anda untuk membaca kembali lembaran sejarah, baik itu sejarah kekhalifahan, sejarah kerajaan, dan sejarah pemerintahan dengan sistem demokrasi. Anda akan menemukan perlombaan peradaban yang di bangun secara machstaat dan rechstaat. Sejarah mencatat, baik sistem pemerintahan machstaat dan rechstaat keduanya runtuh dengan cara, proses, dan hasil yang berbeda. Bila sistem pemerintahan machstaat meninggalkan gemilangnya peradaban dengan kemegahan bangunan, maka sistem pemerintahanrechstaat meninggalkan peradaban yang kaya akan intelektual serta generasi yang visioner.
Langkah harus semakin tegak, prinsip harus semakin kokoh, namun jangan sampai mematikan kreativitas untuk berpikir dan memilih sarana yang tepat untuk membangun peradaban. 

Secara machstaat maupun rechstaat peradaban harus di bangun, dan Anda harus meyakini bahwa peradaban Anda suatu saat akan menguasai dunia. Tak ada yang salah dengan cita-cita ini, karena kita semua juga menginginkan kebaikan akan setiap langkah kita. Karena setiap langkah, gerak, dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak oleh Yang Maha Kuasa, Yang menciptakan segala Peradaban di Bumi ini, namun dengan tegas bahwa satu-satunya Agama yang diterima di sisi-Nya adalah Islam.

Maratibul ’Amal yang di susun oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna menjadi alternatif metode yang realistis dengan kondisi era baru seperti sekarang ini. Sedangkan maratibul amal (urutan amal)-nya adalah:

  1. Perbaikan individu (ishlah al-fard)
  2. Perbaikan rumah tangga (ishlahul al-bait)
  3. Perbaikan masyarakat (ishlah al-mujtama’)
  4. Pembebasan negeri (tahrir al-wathan)
  5. Perbaikan pemerintahan (ishlah al-hukumah)
  6. Penyiapan tegaknya khilafah (bina al-khilafah)
  7. Pemanduan dunia (ustadziah al-alam)

Tiga tingkatan pertama merupakan kewajiban individu-individu muslim secara umum, juga menjadi kewajiban gerakan dakwah. Sedangkan empat tingkatan yang akhir merupakan tugas yang harus diemban gerakan dakwah sebagai sebuah tanzhim dakwah yang aktif.

Sekarang tibalah saatnya bagimu untuk mengambil peran, meskipun peran kecil sebagai unsur perubahan, perubahan peradaban yang harus terus menerus di lakukan, sebab perubahan adalah keniscayaan. People changetime changeand the big wave has coming. Sudah sejauh mana diri kita mempersiapkan diri untuk keadaan yang serba tak menentu di masa depan? Hanya keyakinan dengan seyakin-yakin nya lah engkau akan mampu mewujudkan cita-cita, cita-cita dirimu yang harus di integrasikan dengan cita-cita besar peradaban Islam.

Tak akan kau dapatkan lagi generasi yang kebingungan memilih jurusan ketika sampai di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), karena ia sudah paham di mana posisinya dan di mana harus mengambil peran dalam bingkai indah bangsa nusantara ini. Tak akan kau dapatkan lagi generasi muda yang ketika masuk jenjang perguruan tinggi masih juga kebingungan memilih jurusan karena kegagalan membaca potensi dirinya. Saatnya para generasi muda memahami jati dirinya sebagai seorang hamba, sebagai the agent of change, paham pergulatan peradaban yang sedang terjadi di dunia yang sempit ini, pada saat yang sama paham bahwa yang memiliki segala otoritas hanya Allah semata. Tak pantas untuk mempersekutukan Allah dengan satu makhluk pun di alam semesta ini, kesadaran aqidah yang kokoh ini kemudian mempola setiap aktivitas para generasi muda untuk hanya berafiliasi kepada nilai-nilai Islam serta menjadikan Islam sebagai the way of life.

Kekuatan-kekuatan peradaban akan terus berkembang, pembelahan-pembelahan ideologi akan terus terjadi, namun pengerucutan ideologi juga adalah keniscayaan, pengerucutan yang menyisakan dua pilihan saja, kebenaran atau kebatilan. Wahai aktivis peradaban, di manakah posisimu sekarang? Di antara benturan-benturan peradaban yang sedang terjadi ini? Segalanya akan berbenturan, tak hanya ideologi dan peradaban yang akan berbenturan, seluruh planet suatu saat akan berbenturan, seluruh galaksi suatu saat akan berbenturan dan hancur lebur, luluh lantah tak bersisa, hanya Allah yang tetap Ada sekalipun semuanya telah musnah, wayabqoo wajhu Rabbika dzuljalaali wal ikraam. Maka setelah berhenti sejenak, waktunya melangkah lagi, waktunya untuk berjuang lagi, bersiap menghadapi gelombang, bersiap menghadapi benturan, dan para aktivis peradaban, hendaknya engkau untuk mempersiapkan kapasitasmu. Balada ini kudendangkan Untukmu Wahai Aktivis Peradaban. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/05/30/80726/balada-aktivis-peradaban/#ixzz4ACxmbvd4 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 16 Mei 2016

Inikah Cintamu?

Ilustrasi (flickr.com/Nelo Esteves)
dakwatuna.com – Bila berbicara tentang cinta, apakah jantungmu akan berdetak semakin kencang? Apakah aliran darahmu akan semakin deras? Lalu apakah adrenalinmu kan semakin terpacu? Hal itu hanya engkau yang bisa menjawabnya. Aku di sini hanya ingin menulis tentang cinta berdasarkan pemahamanku, bukannya aku orang yang berpengalaman dengan percintaan, bukannya aku orang yang pernah menjadi petualang cinta, hanya mungkin aku akan bercerita cinta berdasarkan cara pandangku, yang mungkin saat ini sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pembuktian cinta, sebab cinta tak akan berarti tanpa pembuktian dan amal nyata.

Mungkin bagimu, dengan cinta gunung kan kau daki dan lautan kan kau sebrangi? Bagi diriku akan sedikit berbeda, dengan cinta gunung pun kan sanggup di sebrangi dan lautan kan ku daki. Tak cukup gunung hanya kau daki, sebab bila ia kau sebrangi, cintamu begitu hebat. Tak cukup laut hanya kau sebrangi, sebab  bila kau daki ombak yang mengulum-ngulum hingga senja tak tampak lagi, cintamu begitu dahsyat. Bagiku cinta tak sekedar retorika, cinta tak sekedar teori, tetapi ia butuh pembuktian. Maka cinta yang produktif adalah cinta yang mengarah pada kebaikan, sebab kebaikan akan mengakar kokoh sedang keburukan hanya ada di permukaan saja. Maka cinta yang produktif menghasilkan amal, adalah cinta yang kau landasi dengan kebaikan.

Cinta pada harta? Mungkin akan sangat banyak menguras deras kucuran keringatmu. Mungkin akan memompa degup jantungmu semakin kencang. Lalu kinerjamu akan sangat memuaskan dalam setiap agenda, lalu hartamu akan melimpah. Maka dengan work style yang seperti ini kau tak perlu risau kehabisan akan harta, tapi coba perhatikan dengan seksama, rasa cintamu akan harta akan terus dan terus bertambah. Terus dan terus bertambah seiring kinerja yang semakin meningkat, dengan rasa cinta yang semakin meningkat maka rasa puaspun ikut meningkat, lalu kau tak akan cepat merasa puas dengan kondisi saat engkau berbanyak harta. Belum kering keringatmu kau akan terus menerus mencari harta, dengan cara apapun, lalu kondisi sosial kau acuhkan, etika tak lagi ada, maka apakah cinta kepada harta ini akan membawa kebaikan pada dirimu? Aku yakin kau bisa menjawabnya.

Cinta pada pujian? Mungkin akan membuat setiap pekerjaan dan tindak tandukmu akan engkau persiapkan dengan baik. Demi mendapat pujian, engkau akan lakukan apapun agar dapat menghasilkan performa terbaik. Perasaan mengharap pujian akan terus menggelayut pikiranmu, perasaan ini akan sangat halus menembus pembuluh darahmu. Cinta akan pujian dengan lembut membelai mesra perasaanmu, menggoda hatimu terus menerus agar cinta padanya, seangat lekat dengan pikiranmu, sehingga pujian tersebut akan terus menggelayuti pikiranmu, mendendang merdu setiap pujian yang ditujukan kepadamu, lalu tak lama kemudian kau akan senyum-senyum sendiri membaca setiap komentar, entah komentar yang ada di status facebook milikmu, entah retweet yang ada di akuntwitter mu, entah pesan-pesan pribadi nan indah yang sempat hinggap di whatsapp atau telegram pada smartphone android milikmu. Percayalah padaku, cinta pada pujian tak akan menghasilkan kebaikan. Bayangkan setiap kebaikan yang kau kerjakan hanya senilai dengan pujian, lalu mana yang seharusnya kau serahkan kepada Penciptamu? Percayalah padaku, aku bukannya orang yang selalu bisa mengungguli rasa cinta pada pujian ini, setiap hari aku pun juga harus berperang dengannya, sebab ini bukan hal yang mudah, namun percayalah padaku, cinta pada pujian tak akan menghantarkanmu pada kebaikan.

Cinta pada jabatan? Hal ini akan membuatmu merasa tinggi, berada di awan-awan, bagaikan terbang ke kahyangan, yang katanya tempat indah nan cerah. Tetapi coba perhatikan dengan seksama, ketinggian jabatan ini suatu saat akan membuatmu lupa diri, akan membuatmu lupa kerasnya pijakan tanah. Orang-orang akan merasakan kecenderungan untuk memperebutkan jabatan, karena ketinggian serta kemahsyuran yang ditawarkannya. Cinta pada jabatan akan membuatmu terus merasa bahwa jabatan itu akan berlangsung lama, padahal setiap kondisi akan dipergilirkan kepadamu, dan itu adalah sebuah keniscayaan. Bagi mereka yang memanfaatkan jabatan pada kebaikan tak bertepi, lalu ketika menjabat terus menerus introspeksi diri dan merekonstruksi niat mereka, jabatan kan termanfaatkan kepada orang banyak, jabatan kan berguna bagi masyarakat kecil yang menerima manfaat, sungguh mulia mereka yang menggunakan jabatan untuk menebar manfaat bagi seantero alam. Namun bagi mereka yang terlanjur cinta pada jabatan secara berlebih, hal ini tidak akan berakhir dengan baik, percayalah padaku. Bila dengan jabatan membuatmu rasa individualis mu semakin tinggi, acuh tak acuh dengan kondisi sekitar, maka rasa cinta pada jabatan ini tak akan membawamu pada kebaikan, percayalah padaku kawan.

Cinta pada dunia? Hal ini tak akan pernah membuatmu puas, sekalipun tujuh bumi berada dalam genggamanmu, sebab begitulah kecenderungan manusia yang tak pernah puas. Ketika mendapatkan suatu kenikmatan dan merasa bosan, maka muncul rasa memiliki yang lebih tinggi lagi kepada kenikmatan yang mungkin belum ia dapatkan. Apalah arti dunia ini, di bandingkan dengan dedikasimu untuk beribadah kepada Ilahi Rabbi. Aku ingin bercerita padamu tentang seluruh kenikmatan di dunia ini yang sungguh tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Surga Allah. Surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa, surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang terus menerus memegang janjinya, sebab ia memahami bahwa Kalimat Syahadat bukan sekedar pernyataan, tetapi juga adalah Sumpah dan Janji kepada Yang Maha Menepati Janji. Suatu ketika di surga, ada sebuah pohon yang sangat besar yang dalam perjalanan 100 tahun orang-orang belum dapat keluar dari naungan pohon tersebut. Pohon yang sangat besar itu berbatangkan emas, lalu orang-orang yang melewatinya, para penduduk surga tentunya, merasa rindu dengan kenikmatan yang pernah mereka dapatkan di dunia, maka Allah kirimkan angin yang berhembus dan menggoyangkan pohon tersebut, dari pohon tersebut keluar seluruh kenikmatan yang ada di dunia. Sesuatu yang mungkin akan sulit kau bayangkan, tetapi percayalah visualisasi surga yang ada di dalam Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan dan dijangkau oleh akal dan pikiran manusia. Sungguh ini adalah janji Allah, dan Allah Maha Menepati Janji.

Cinta pada harta, cinta pada jabatan, lalu cinta pada dunia? Inikah cintamu? Seperti inikah cintamu? Cinta yang berujung pada selain kebaikan? Cinta yang tak akan pernah membuatmu merasa puas? Maka sesungguhnya bila cintamu tak segera kau ubah, akan berakhir buruk pada dirimu, percayalah padaku. Cinta pada manusia terbaik, cinta pada Rasulullah SAW mungkin akan bisa mengobati cinta semu yang kau miliki. Sebentar, janganlah kau tertawa dulu, apalagi sampai terbahak. Cinta pada Rasul akan menuntunmu pada kebaikan, cinta pada pribadi manusia yang paling mulia, teladan terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW. Tak perlu khawatir dengan penawaranku ini, sebab cinta kepada Rasulullah akan membawamu kepada Surganya Allah SWT, sebab cinta pada Rasul juga berimplikasi pada cinta kepada Maha Pencipta, Allah ‘azzawajalla.

Engkau harus mencintai Rasulullah SAW, kalau memang engkau masih merasa berat, maka marilah coba secara perlahan untuk memanifestasikan rasa cintamu kepada Rasulullah SAW. Secara bertahap engkau harus mulai mencintai Rasulullah SAW, mencintai Beliau melebihi cinta pada sanak saudaramu, melebihi cinta pada ayah dan ibumu, bahkan melebihi cinta kepada dirimu sendiri. Ini memang tak mudah, maka engkau harus memulainya dengan pemahaman yang mendalam. Mencintai Rasulullah SAW juga harus membuatmu mengikuti dan mengerjakan sunnah nya, membuatmu menghablur segala cinta yang cenderung pada cinta dunia. Meneladani Rasulullah SAW adalah cinta terbaik yang saat ini harus engkau lakukan, aku tak hendak memaksamu, tetapi terkadang kebaikan juga harus dipaksakan perlakuannya.  Ku ajak engkau secara bertahap saja, sebab percayalah cinta pada Rasul ini akan menghantarkanmu kepada kebaikan. Tak perlu risih bila orang-orang di sekitarmu merasa risih dengan perubahan pada dirimu, sebab tak sempurna iman hamba sampai ia di uji.

Ini adalah salah satu cinta yang ingin ku tawarkan kepadamu, semoga dengan cinta ini engkau berkenan mengubah energi dan cintamu. Percayalah padaku, bahwa yang ku sampaikan ini adalah cinta yang berkebaikan, ini juga adalah wujud kecintaanku kepadamu, sebab tahukah engkau? Wujud empati terbesar adalah menyelamatkan manusia dari jilatan api neraka. Mungkin ini terasa aneh bagimu, melihat sekelompok orang yang berhalaqah tarbiyah guna mempertahankan nilai-nilai kebaikan pada dirinya, guna meneguhkan iman dalam dirinya, guna menyingkirkan dominasi jahiliyah dalam dirinya lalu menggantinya dengan dominasi ilahiyah. Mungkin hal ini juga akan berlawanan dengan konsep manusia modern di dalam benakmu, tetapi percayalah se-modern apapun manusia akan terasa hampa tanpa nilai-nilai spiritualitas di dalam dirinya. Sungguh ini adalah cinta sebenar-benarnya cinta yang ingin ku sampaikan kepadamu melalui tulisan, berkenankah kau mengubah cintamu? Karena seperti inilah cintaku. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/05/16/80560/inikah-cintamu/#ixzz48nj6bCDP 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook