This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 24 November 2016

Karena Bingkai Kita Adalah Media Sosial

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com – Karena bingkai kita adalah media sosial, maka mungkin kita terlalu sering terburu-buru dan ceroboh mengambil keputusan. Tak bijaksana dan tak bijaksini menjadi kebiasaan kita, menganggap hal-hal yang temporal adalah sesuatu yang keren, sehingga bila tak melakukannya maka kita akan menjadi orang yang tak keren, begitu mungkin pandangan kita. Lalu engkau akan mulai merasakan kehampaan pada sesuatu yang engkau senangi, mungkin engkau telah memilih bingkai yang kurang tepat. Ya, mungkin saja engkau sedang memakai bingkai yang kurang tepat. Bingkai tersebut mungkin saja cara berpikir, cara bertindak, landasan dan prinsip hidup, tujuan hidup, dan lain sebagainya. Maka bagaimanakah cara memilih bingkai yang tepat?
Bingkaiku mungkin saja tak seperti bingkaimu, ya, sangat mungkin. Misalnya bingkai cinta, ini tentang cara memandang cinta. Pada umumnya orang-orang menganggap cinta hanya soal kemesraan saja, hanya romantisme yang dijaga terus menerus, sehingga sudah menikah ataupun belum menikah, boleh-boleh saja untuk bermesraan. Mungkin banyak yang memilih bingkai cinta yang seperti ini, bingkai yang sebagian besar orang cenderung kepada bingkai cinta model seperti ini. Padahal boleh jadi bingkai cinta semacam ini adalah salah dan tersesat dalam memaknai arti cinta yang sesungguhnya. Akad adalah deklarasi cinta yang amat sangat kokoh, karena Allah yang menjadi Saksi.

Akad juga adalah sebuah pembuktian cinta, karena berani mencintai maka berani bertanggungjawab, Berani mencintai maka berani melayani, Berani mencintai maka berani memimpin, Berani mencintai maka berani berjuang, berjuang untuk membuktikan cinta, berjuang untuk seseorang yang pantas diperjuangkan karena ia juga turut berjuang, berjuang dengan jiwa, raga, dan harta, berjuang untuk mengumpulkan uang panaik bagi suku Bugis, berjuang untuk memenuhi takaran Mayam bagi Orang Aceh. Jangan kau rendahkan cinta dengan tak mau berjuang, jangan kau rendahkan cinta dengan menikmati sesuatu yang belum diperbolehkan secara agama maupun secara legal formal, jangan au rendahkan cinta dengan takut sebelum berjuang, sebab yang pantas engkau takuti hanyalah Allah. Namun yang terjadi, justru Cinta hanya di anggap romantisme belaka, cinta di terjemahkan sebagai pemuasan syahwat saja, akhirnya cinta pun terdefinisi secara parsial. Memang benar cinta itu tentang romantisme, memang benar cinta itu tentang pemuasan syahwat, tetapi jangan lupa, cinta tidak sesederhana itu, cinta pada laki-laki pada umumnya mengarah kepada hubungan seks, sedangkan cinta pada perempuan berbentuk psikis, maka berhati-hatilah memilih bingkai cintamu.

Bingkai inilah yang kemudian menjadi patron hidup kita, maka sebaiknya engkau lebih cermat lagi memilih bingkai. Ada pula bingkai akal, sebuah cara pandang akal atas segala sesuatu yang terjadi. Jangan sampai pikiran-pikiran liarmu kau jadikan bingkai berpikir, jangan sampai prasangka burukmu kau jadikan landasan berpikir dan bertindakmu. Bingkai akal adalah soal keilmuan, soal keilmiahan. Metode keilmiahan yang masih sangat orisinil contohnya adalah metode periwayatan Hadits, yang lemah ingatan pun bisa jadi di ragukan sebagai perawi Hadits. Maka seharusnya sosial media tak menjadi bingkai berpikir kita, maka seharusnya kata-kata mutiara yang berseliweran di facebookinstagram, ataupun akun twitter kita tak menjadi landasan berpikir kita tanpa di teliti dan di pelajari dulu kevalidannya. Engkau harus banyak membaca, banyak menelaah, bahkan bila perlu engkau butuh mentor dalam proses belajar, sebab belajar bukan hanya dari buku dan literatur tetapi juga butuh guru yang mengajarkan pengalaman serta metode yang benar. Lalu bagaimanakah bingkai akalmu? Masihkah belajar ilmu agama dari facebook yang belum di pastikan kevalidan sumbernya? Masihkah belajar dari kata-kata mutiara di instagram yang engkaupun belum pernah melihat sumber kitab aslinya? Masihkah segan, malu, dan takut bertanya? Takut untuk berubah? Padahal menuntut ilmu agama adalah kewajiban setiap muslim, dan mempelajarinya perlu mentor, perlu bertanya pada para ‘Ulama.

Karena mungkin bingkai kita hanyalah sosial media, sehingga bingkai perjuangan kita pun hanya seperti itu. Sungguh memprihatinkan, berjuang hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan perut saja, atau dalam hal ini sering disebut materialisme. Ini bukan soal penilaian hitam dan putih atau benar dan salah, ini sangat kompleks, tetapi yang lebih penting dari bingkai perjuangan adalah tetap berjuang. Memilih tempat untuk perjuangan, memilih gerakan untuk berjuang bersama, juga merupakan proses pencarian jati diri, tetapi yang paling penting menurut penulis pribadi adalah bagaimana perjuangan ini tetap membawa Risalah Islam dan berafiliasi kepada kepentingan Umat Islam dalam gerakan perjuangannya. Karena bila perjuangan hanya ingin mencapai kesejahteraan masyarakat saja, hanya ingin mewujudkan stabilitas ekonomi saja, maka apa bedanya kita dengan bangsa-bangsa Barat yang sekarang sedang meluncur secara perlahan menuju keruntuhan peradaban, karena kita juga harus memahami bahwa kejayaan dan kehancuran itu dipergilirkan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah mereka yang tak berjuang, karena tak memiliki bingkai, hanya mengkritik, tanpa memberi solusi yang konkret, tak juga memberikan kontribusi kecuali komentar-komentar sinis nan tajam.
Karena tak memiliki bingkai maka sosial media yang menjadi bingkainya, karena bingkaimu adalah media sosial. Ibarat sapi yang datang masuk ke sebuah ladang untuk memakan rumput, maka mereka yang memiliki bingkai yang jelas akan turut berkontribusi, memberikan solusi bagaimana tindakan agar sapi tersebut selamat dan ladang juga selamat, win-win solution. Beda dengan mereka yang tak memiliki bingkai, mungkin saja mereka akan membiarkan sapi melahap rumput yang berada di ladang sehingga kerusakan yang terjadi, diam tak berarti. Malah mungkin mereka yang tak memiliki bingkai ini, atau sebut saja mereka punya bingkai media sosial ini hanya asyik meng-upload foto atau kejadiannya, lalu sibuk berkomentar sinis tanpa kerja nyata.

Karena bingkaimu adalah media sosial, maka setidaknya engkau harus mulai berubah dan segera memilih bingkai yang tepat, yang moderat, yang relevan dengan kondisi keindonesiaan, kondisi kekinian dan kedisinian. Karena bingkai cintamu adalah media sosial maka tak ada gairah bagimu untuk memperjuangkan cinta yang sesungguhnya, cenderung memikirkan yang enak-enaknya saja tanpa mau memperjuangkan cinta sejati, cinta seutuhnya, karena anugerah cinta dari Sang Maha Cinta adalah pelaminan dan keluarga sakinah. Karena bingkai akalmu adalah media sosial maka engkau tak pernah membuka literatur asli, hanya mengandalkan media sosial saja sebagai tempat mencari ilmu, menuntut ilmu pengetahuan, tanpa berusaha mencari tahu kevalidannya, seharusnya dengan sarana dan prasarana media sosial yang semakin berkembang ini mampu engkau manfaatkan belajar secara cerdas dan tetap menghidupkan kultur keilmuan dan keilmiahan. Karena bingkai perjuanganmu juga adalah media sosial maka izinkan penulis pribadi untuk mengajakmu melihat realitas kekinian bahwa sekarang adalah waktunya untuk melepas segala kemalasan dan keapatisan menuju semangat juang yang tinggi, semangat juang untuk bangsamu, untuk agamamu, dan untuk dirimu sendiri.

Karena bingkaimu adalah media sosial maka waktunya untuk berubah! Memasuki gelombang ketiga Indonesia menghadirkan karakteristik masyarakat yang berbeda, masyarakat yang sangat paham dengan perkembangan informasi dan teknologi, maka butuh model kepemimpinan yang juga berbeda, mampu memoderasi seluruh umat, mampu memoderasi semua kalangan, mampu memoderasi semua golongan. Ini bukan soal penyatuan gerakan, penyatuan visi, penyatuan pikiran, karena itu suatu hal yang mustahil. Kunci dari memoderasi keseluruhan model masyarakat adalah dengan saling bersinergi. Karena bingkaimu adalah media sosial maka waktunya memberdayakan kalangan muda untuk perubahan, untuk masa depan yang lebih cerah. Teruntuk para pemuda calon pemimpin masa depan, untuk para pemuda pelopor perubahan, waktunya meningkatkan kapasitas dan kompetensi, jangan sampai era keterbukaan ini membuat para pemuda Indonesia kalah bersaing dengan pemuda luar negeri yang masuk untuk berkarir dan berkarya di Indonesia. Karena bingkaimu adalah media sosial maka jadilah pemuda yang cerdas secara intelektual, cerdas emosional, cerdas spiritual, dan yang paling penting pemuda yang berjuang, untuk umat ini, untuk bangsa ini, jazirah nusantara tercinta, menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur. (dakwatuna.com/hdn)



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/11/24/83775/bingkai-kita-adalah-media-sosial/#ixzz4QzCYn8Uy 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Cinta Adalah Memberi

dakwatuna.com – Menjadi puitis tak serta merta terjadi tanpa proses yang panjang, menjadi romantis juga bukan melalui perjalanan yang sangat singkat, perubahan itu sebuah keniscayaan, namun bukan berarti perubahan tersebut terjadi begitu saja, begitu mudah, dan begitu singkat. Namun Tahukah kita, Bahwa ada energi yang mampu memicu perubahan, energi tersebut ibarat badai, ibarat angin, ibarat air, ibarat api. Ibarat badai yang mampu merusak tatanan kota yang begitu indah, mampu meluluh lantahkan pepohonan, mampu membuat suasana menjadi mencekam, begitu besar energinya. Ibarat angin yang mampu menggerakkan, mampu meng-erosi gunung, mengantarkan bibit tetumbuhan dan bunga-bunga sehingga berkembang biak, mampu menyejukkan, begitu dahsyat energinya. Ibarat air yang mampu menghancurkan batu karang, mampu menenggelamkan seisi bumi di Zaman Nabi kecuali hamba yang dipilihnya Nuh ‘alaihissalam, dan selalu mencari tempat ter-rendah, begitu menakjubkan energinya. Ibarat api yang mampu membuat benda padat hancur lebur menjadi butiran debu, mampu menghantarkan panas kepada sesuatu yang dijilati nya, mampu menghanguskan apa saja kecuali air, begitu luar biasa energinya. Inilah energi cinta, cinta yang mendalam, cinta yang menderu, cinta yang merubah, cinta yang menumbuhkan, cinta yang akan membuatmu menjadi puitis meski engkau bukan pujangga, cinta yang membuatmu menjadi romantis meski engkau bukan pangeran ataupun permaisuri.

Selanjutnya cinta, melalui proses yang begitu rumit dan pelik, akan menghantarkanmu menuju kepahaman yang paripurna. Pemahaman yang paripurna ini adalah pemahaman tentang hidup, hidup ini untuk apa, hidup hendak di bawa kemana, dan esensi hidup berupa orientasi hidup seutuhnya. Semuanya bermula dari cinta, lalu jiwa dihardik oleh kondisi sekitar ketika pikiran membuncah karena kepahaman, cinta memulainya lalu menggerakkannya. Mencintai seseorang adalah salah satu dari sekian banyak bentuk cinta tersebut. Tetapi untuk cinta yang satu ini engkau harus waspada, engkau harus berhati-hati, sebab cinta ini menyangkut jalan kehidupanmu, sebab orang yang engkau cintai mungkin akan jadi pendamping hidupmu, mungkin juga tidak. Cinta yang satu ini harus benar-benar engkau seriusi, sebab mencintai seseorang konsekuensi logisnya dan untuk memuliakannya adalah pelaminan. Kapan cinta ini tidak berujung pada pelaminan, maka jangan berani coba-coba mempermainkan cinta ini, karena cinta sejati hanya dapat dibuktikan dengan pernikahan. Berani mencintai maka berani bertanggungjawab, berani mencintai maka berani melayani, berani mencintai maka berani berjuang, berani mencintai maka berani memimpin. Maka cinta kepada seseorang yang dilakukan dengan pacaran sebelum pernikahan, ini jelas-jelas perilaku yang merendahkan cinta, melakukan sesuatu yang di larang agama, ingin menikmati sesuatu yang hanya bisa dinikmati setelah akad, maka apa jadinya orang-orang semacam ini, terus menerus merendahkan cinta tanpa mau memperjuangkan cinta sejati, cinta sejati di pelaminan, cinta seutuhnya di mahligai pernikahan.

Mencintai itu akan mengubahmu, percayalah, ini bukan soal siapa yang di cintai dan siapa yang mencintai, juga bukan soal siapa yang memilih dan siapa yang dipilih, tetapi ini adalah persoalan pembuktian cinta dan perjuangan cinta, karena seberapa daya pun usaha dan perjuangan kita, Allah jua yang menentukan siapa jodoh kita meskipun kita ingin atau tak ingin, mau atau tak mau. Maka berjuanglah untuk cinta, bila ia memang pantas untuk di perjuangkan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berpesan bahwa wujud cinta kepada Allah adalah dengan mencintai orang yang juga mencintai Allah, mungkin ini bisa menjadi referensimu dalam memilih cinta. Maka tak heran bila di beberapa organisasi dakwah atau organisasi keislaman juga turut memfasilitasi perjodohan, karena ingin berikhtiar agar cinta yang diperjuangkan mengundang keberkahan dari Allah SWT. Cinta sesuatu yang tulus, murni, dan baik, sungguh sayang bila dicemari dengan perbuatan maksiat, karena percayalah cinta kepada seseorang yang tidak bervisi menuju mahligai pernikahan harus disudahi, harus segera diakhiri.

Wujud cinta adalah memberi, maka memberi adalah pemuliaan seseorang kepada yang di cintainya. Ibnu Qayyim juga pernah menyampaikan bahwa cinta adalah orbit sang pencinta kepada yang di cintainya. Memberi kepada yang di cintai adalah sebentuk perjuangan, sebentuk keseriusan dalam mencintai. Ibarat kubah langit yang tak berhenti memberi kepada dataran bumi, langit menjaga, langit memupuk, langit mencurahkan air, lalu bumi tumbuh dengan subur, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, makhluk yang ada di dataran bumi hidup dengan udara yang begitu nyaman. Tanpa pamrih langit terus memberi dan merawat bumi, energi ini terus hadir, energi memberi ini terus deras mengalir, sumber energi yang besar berasal dari cinta. Memberi dan terus memberi, yang bersumber dari ketulusan cinta, menjadikan orang yang di cintai terus berkembang, terus bertumbuh, terus menguat. Maka pastikan cinta yang engkau miliki seperti ini, cinta secara positif akan menumbuhkan, akan mengembangkan, akan menguatkan, orang yang di cintai akan terus bergerak, akan terus berubah ke arah yang postif, karena terus menerus di beri perhatian, terus menerus di beri kasih sayang, terus menerus di beri ilmu, terus menerus di bimbing, terus menerus di supply secara materi, hingga jiwa orang yang di cintai akan merasa membutuhkan, lalu yang terjadi selanjutnya adalah feedback cinta kepada orang yang mencintai yaitu juga dalam wujud memberi.

Seorang pemuda kurus dan berkulit gelap tidak pernah menyangka dalam perjalanannya mengarungi arus, dalam perjalanan perantauannya, bahwa dalam perjalanan tersebut akhirnya ia menemukan cinta. Tentu ini bukan perkara mudah, karena cinta adalah memberi, maka seorang lelaki harus berani berjuang, bukan lelaki namanya bila ia tak berjuang, bukan sang pencinta sejati namanya bila dalam perjuangan cintanya ia tak mampu berjuang untuk yang di cintainya. Bukan lelaki namanya bila berjuang untuk uang panaik (dalam adat Bugis Makassar) saja ia harus perhitungan dan tak mau berkorban, bukan sang pencinta sejati bila ia tak mau berjuang untuk memenuhi takaran mayam (dalam adat Aceh), sebab cinta sejati patut diperjuangkan, cinta yang tulus akan menarik akar kaki dan otakmu untuk berjuang diluar batas kemampuanmu, hingga ikhtiar maksimal dari sang pemuda kurus dan berkulit gelap ini di jawab oleh Yang Maha Cinta, bahwa sekeras dan sekuat apapun manusia berusaha, Allah lah yang menentukan hasilnya.

Sang pemuda kemudian bertemu dengan seorang bidadari penyuka ungu, bidadari bercahaya penuh cinta, siap memperjuangkan orang yang tulus mencintainya, siap memberikan apa saja kepada pemuda yang ditakdirkan Allah untuk menjadi pendamping hidupnya. Bidadari berwajah manis dari Kerajaan Sabah Melayu ternyata adalah jodoh dari pemuda kurus dan berkulit gelap tadi, namun pemuda ini mempunyai tekad yang kuat. Sajak-sajak dan narasi visioner yang sering di tuliskan oleh pemuda bertekad kuat ini sedikit terwarnai dengan nuansa romantisme, cita rasa sastra dan puisi yang padat makna, memang benar cinta itu mengubah seseorang. Kini dengan bersandingnya pemuda bertekad kuat dan bidadari penyuka ungu ini, kedua keluarga besar dari bumi tadulako dan bumi Arung Palakka bersinergi dan bersatu dalam ikatan keluarga. Perjuangan cinta tidak hanya sampai disini, karena setelah pernikahan fase perjuangan selanjutnya akan dimulai. Sungguh mulia Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam Risalah nya menuliskan bahwa perjuangan setelah keluarga adalah masyarakat. Perjuangan ini akan terus berlangsung hingga akhir zaman, maka beruntunglah mereka yang mengejawantahkan cintanya dalam pernikahan suci, sebuah perjanjian kokoh. Maka beruntunglah keluarga yang terus berjuang menegakkan kalimat Allah di masyarakat, bangsa, dan negara. Cinta adalah memberi, teruslah memberi, sumber energi memberi adalah cinta, maka teruslah berjuang, panjang jalannya memang, tetapi bagi para pejuang cinta, tidak lain dan tidak bukan ini adalah kesempatan untuk memberi. (dakwatuna.com/hdn)



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/11/24/83776/cinta-adalah-memberi/#ixzz4QzBN2FTJ 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Sabtu, 16 Juli 2016

Kesatria kan Menjelang

pejuang
dakwatuna.com – Sambutlah para Kesatria, datang dengan Baju Zirah yang nyaris sempurna, ada pula yang hanya bermodalkan tameng, segala terjangan anak panah coba dilalui nya, ratusan tebasan pedang coba ditangkisnya, serbuan tikaman tombak juga coba dihindarinya. Meski memang terkadang luka menyayat dagingnya, berdarah-darah, berpeluh-peluh, bertumpuk-tumpuk sesal, berbanyak-banyak risih dan dengki yang di terimanya. Tetapi jiwa tetap membaja, karena yang memiliki jiwa kesatria tetaplah para Kesatria, tak bermaksud menyaingi Gatot Kaca, tak bermaksud menandingi Panah Arjuna, tak pula ingin adu kekuatan dengan Jaka Tingkir, dan tak ingin menunggu terlalu lama kedatangan Satria Piningit, karena sungguh seluruh Superhero fiktif seperti Captain AmericaThorIron ManSuperman dan Batman tak pantas dibandingkan dengan jiwa-jiwa para Kesatria, Kesatria yang kan menjelang. Lebih dari tampilan sederhana dan kumuh, jiwa mereka Kesatria.

Jiwa Kesatria lebih berharga dari sekedar permata ruby ataupun black diamond, lebih berharga dari mutiara zamrud ataupun emas putih. Tak peduli segagah apapun tampilan luar, akan tetapi ukuran kemuliaan seseorang adalah isi hatinya, pikiran, dan jiwanya. Sebagian besar manusia begitu terpana dengan hal-hal yang nampak, hal-hal yang berwujud, yang bersifat materi, mungkin ini adalah fitrah manusia. Namun jiwa kesatria yang menjelang tetap tenang menjalani kehidupan, kehidupan yang mungkin di dominasi oleh kurang baiknya skala prioritas masyarakat, yang bermain bola, yang berolah raga, di sanjung dengan segala pujian dan dukungan, sementara para kesatria yang berjuang dalam ranah ideologis, tazkiyatun nafs, revolusi mental, kurang mendapat perhatian. Bangunan-bangunan menjulang tinggi, hendak mencapai awan, gedung megah nan mewah menjadi perlombaan. Bukan hendak meningkatkan kualitas dalam diri, tetapi kuantitas yang terus menerus dikejar-kejar. Kesatria yang kan menjelang hadir untuk mengubah pola pikir seperti ini.

Baju zirah yang lengkap dengan persenjataan hanyalah simbol saja, karena hati dan jiwalah penopang Sang Kesatria Pemberani. Pola pikir yang lebih dewasa, Masjid, Pasar, dan Negara adalah tumpuan kebangkitan Umat, kebangkitan Peradaban Umat Manusia. Kesatria juga menyadari bahwa jatuhnya peradaban barat adalah sesuatu yang sedang terjadi saat ini, karena setiap kejayaan dan kejatuhan akan dipergilirkan. Saat ini kita mungkin menyaksikan keberpihakan media kepada Negara-negara Barat, sehingga tercabik-cabik nya umat Islam sepi dari pemberitaan media nasional maupun internasional yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seakan-akan Umat Islam tidak berhap terhadap nilai-nilai kemanusiaan tersebut.

Para Kesatria memandang secara objektif, sungguh mereka menginginkan kebaikan. Di depan mata ada 300.000 (Tiga Ratus Ribu) mayat Warga Syria yang terbantai. Ada 12.000.000 (Dua Belas Juta) sisanya yang menjadi pengungsi ke hampir seluruh penjuru dunia. Ada Irak, Mesir, Yaman, Libia, Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Afghanistan, bahkan Turki, telah deras bercucuran air mata kaum muslimin, telah tertumpah darah-darah di tanah air kaum muslimin, para kesatria sungguh peduli, doa dan infaq terbaik para kesatria untuk seluruh kaum muslimin yang tengah tertindas di seluruh penjuru dunia. Dan kesatria berpandangan dan bertekad suatu saat sang kesatria lah yang akan menjadi pembebas, sang kesatria lah yang akan berjuang melawan kedzholiman serta kesewenang-wenangan, sungguh langka mencari pikiran visioner semacam ini, karena mereka ini adalah para Kesatria, Kesatria yang kan datang dan menjelang.

Tangan-tangan lugu para kesatria bisa menjadi kepalan perkasa, bila ide menghujam nurani, lalu mengejawantah dalam aksi, inilah mereka para Kesatria. Mata-mata sayu bisa menjadi tatapan nanar nan tajam, disebabkan kebiasaan mereka di 1/3 malam bermesra dengan Rabbnya, carilah mereka para Kesatria. Kaki-kaki kumal tak elok, bisa menjadi derap langkah yang menggentarkan lawan, karena jumlah mereka sedikit di antara umat. Yang sedikit di antara umat adalah yang berhak menjadi pemimpin, itulah Kesatria!! Bahu tak kekar kan tampak kokoh layaknya gunung, tempat bersandar para bidadari dunia, sambutlah para Kesatria!! mereka yang berjiwa Kesatria, kesatria yang kan datang dan menjelang.

Kesatria tak hendak angkuh dan tak pula pesimis, mereka menjaga stabilitas pikiran dan ambisi. Kesatria kan meminta dunia dalam genggaman, namun bukan dalam hati. Jangan sampai kepentinganmu terhadap dunia membuatmu sibuk dan lupa mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti. Terlena dan berfoya-foya bukanlah jiwa para kesatria, mengutamakan segala hal yang bersifat sementara bukanlah ciri para Kesatria. Sebagian besar manusia menganggap harta yang berada di tangannya adalah harta yang sangat berguna buat dirinya. Namun tahukah engkau ketika harta tersebut engkau sedekahkan untuk pembangunan Sumber Daya Manusia para pejuang dakwah dan gerakan dakwah, tentunya hal ini akan lebih berarti. Entah berapa banyak pahala yang diganjar padamu dari Allah SWT, tak ada satu pun manusia yang sanggup untuk menghitungnya. Harta yang disedekahkan kepada anak yatim, kepada fakir dan miskin, kepada pondok-pondok pencetak para penghafal Al-Qur’an, tentunya harta akan lebih bernilai, harta akan menjadi mulia, harta akan semakin berkah, tak perlu takut miskin karena Rasul telah menjamin bahwa tak akan miskin orang yang bersedekah. Berlapis-lapis Keberkahan hartamu akan bertumpuk-tumpuk menjadi investasi yang sangat menguntungkan, karena engkau tengah melakukan perniagaan dengan Allah SWT.

Kesatria kan terus berkuda menjelajahi arus, mengarungi zaman, berproses dan bertahap mencipta perubahan namun tak lupa tunduk dan sujud kepada Sang Pemegang raga seluruh Manusia, Sang Pencipta Semesta Makhluk. Inilah para Kesatria, mari berkumpul disini bersama mereka, mencerap Cahaya Allah SWT, Memurni Alunan Tauhid di dalam Hati, di rongga Akal. Bersama para Kesatria, Iman, Ilmu, dan Amal akan terus menerus bertambah, agar Iman Hijrah, dan Jihad bisa optimal dan maksimal, secara totalitas. Sebagaimana perintah langit agar memeluk Agama yang kaffah ini secara totalitas pula, mencelupkan seluruh jiwa dan raga kedalam celupan Allah SWT. Maka Gerakan para Kesatria kan membimbing umat manusia, dari suar cahaya adzan berkumandang, memendarkan cahayaNya, cahaya di atas cahaya.

Carilah mereka para Kesatria, para kesatria ada di sekitarmu, dalam pertemuan halaqah setiap pekan. Ikutilah mereka para Kesatria, sebab sungguh mereka ingin menjadi pelayanmu, pemimpinmu, yang mencintaimu setulus hati, dengan segenap jiwa dan raga, secara total. Tak lekang oleh waktu, dengan semangat membumi dan menggelora, ide-ide mereka lahir dari tanah Mesir, ide yang sangat valid, ide tentang gerakan Islam Moderat dan kontemporer, bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Maka lihatlah dan saksikanlah Para Kesatria menjadi Pewaris Nabi, Penebar Hidayah di seantero bumi. Saksikanlah mereka para Kesatria, bila berada di dekatmu bantulah mereka para kesatria sebab sungguh mereka mencintaimu, berupaya seperti cinta Baginda Nabi kepadamu.

Kesatria kan menjelang, di pelupuk mata, di Rona Merah Fajar, Berderap datang dari Masjid, Beramai-ramai menyebar Pola Pikir. Kesatria kan menjelang, di Langit Shubuh, di tinta dan pena digital, menginginkan kebaikan untukmu, menginginkan kebenaran ada padamu. Kesatria kan menjelang, tulus kepadamu, tak hendak merusak bingkaimu, hanya ingin memuliakan dirimu, di Telaga Al-Kautsar, Harum nan manis. Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan tentang Para Kesatria, maka Saksikanlah!! Kesatria kan datang dan menjelang. (dakwatuna.com/hdn)



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/07/14/81414/81414/#ixzz4EYcf58mt 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Sabtu, 02 Juli 2016

Ramadhan Bahagia

Ilustrasi. (photos8.com)
dakwatuna.com – Ini Bulan Ramadhan, maka bergembiralah kawan. Begitu anjuran dari Baginda Nabi, engkau berbahagia menyambut Ramadhan, maka tak bisa api neraka menyentuh tubuhmu. Mengapa mesti bergembira? ini adalah momennya, saat hijab langit dibuka, engkau semakin dekat dengan Penciptamu. Tak bahagiakah engkau? Terkadang sebagian besar dari kita mengukur kebahagiaan hanya dari hal-hal yang bersifat material, tak mencoba melihatnya dari kacamata Iman. Sebab memang untuk dapat melihatnya dari kacamata Iman, engkau perlu memahaminya terlebih dahulu. Maka Imam Syahid Hasan Al-Banna menempatkan Rukun Al-Fahmu pada urutan pertama dalam 10 (sepuluh) arkanul bai’ah, yang berarti pemahaman mendapat tempat yang paling utama dan pertama sebelum rukun yang lain.

Ini adalah saatnya, saat lambung kau jauhkan dari yang halal, demi mengharap ridha-Nya. Tak bahagiakah engkau? Berbahagialah wahai saudara-saudariku, karena berbahagia tak bisa di ukur dengan banyaknya mobil Bentley atau Mercedes Benz yang kau miliki. Karena bahagia tak di ukur dari seberapa banyak motor Harley Davidson milikmu, atau seberapa banyak Villa, bahkan semelimpah ruahnya harta yang kau miliki. Berapa banyak orang-orang yang kita saksikan tampak bahagia, atau mungkin berpura-pura bahagia dengan berlimpahnya harta benda yang ia miliki, namun sebenarnya ia sedang mengalami kekosongan jiwa, harta telah memperdayanya, rasa was-was bila hartanya dicuri membuat hatinya tak tenang sepanjang malam. Maka engkau harus mulai berusaha memahami ukuran kebahagiaan yang sesungguhnya, di momentum Bulan Ramadhan ini.

Ini adalah waktunya, dosa-dosa berguguran, selangit doa di dengarkan, segenap jiwa raga tunduk beribadah pada-Nya. Tak bahagiakah engkau? Allah SWT berkenan turun ke langit bumi lalu mengijabah doa-doamu. Engkau yang bangkit di saat sebagian besar orang tertidur pulas, engkau bangkit untuk mendirikan Shalat, lalu berharap dosa-dosamu di ampuni. Sungguh keberkahan dari Allah akan tercurah padamu, di Bulan yang penuh berkah lalu mendirikan Shalat malam, untuk mengharap ridha-Nya. Tak ada sesuatu pun yang lebih baik di dunia ini bila di bandingkan dengan ridha Allah SWT. maka Bahagialah, kata Baginda Nabi, Bahagiamu kan berbalas haramnya Api Neraka menyentuh kulitmu.

Sungguh engkau sangat pantas untuk berbahagia, sebab ukuran bahagia bukan sekedar soal materi. Bahagia mengabdi pada-Nya juga adalah Bahagia yang melangit, bahagia yang tak terhingga, bahagia yang tak terukur, bahagia yang paripurna, melebihi semua kebahagiaan yang ada di dunia ini. Begitulah orang-orang beriman menilai kebahagiaannya, baginya Ridho Rabbnya adalah bahagia di atas bahagia. Hingga perihnya setiap luka yang kau dapatkan di dunia, setiap goresan yang kau cerna dengan segenap rasa, kan hilang dengan setetes Kebahagiaan di Akhirat nanti, engkau lebih mengharap balasan dari Allah SWT semata.

Maka Taqwa, derajat tertinggi yang ingin di capai oleh orang-orang yang beriman, adalah kebahagiaan sejati yang ingin engkau capai. Tetapi, yang mesti engkau pahami, semua hal perlu kau perjuangkan, karena hanya sang pejuanglah yang berhak mendapat balasan dari Allah SWT. Maka belajarlah dan terus belajar, sebab taqwa butuh perjuangan, untuk mengetahuinya, untuk memahami ilmunya, semuanya butuh proses, dengan memaklumi setiap penahapan. Karena hidayah adalah milik Allah SWT, maka hargai setiap proses dan penahapan menuju kebahagiaan yang hakiki, menuju derajat keimanan yang tertinggi, yaitu Taqwa. Butuh perjuangan dan pengorbanan secara total, maka dirimu diminta untuk total, secara totalitas mengabdi pada-Nya.

Allah akan memberikan bagi mereka yang bertaqwa, Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, maka nikmat Tuhan Kamu manakah yang Kamu dustakan? Ini adalah janji Allah SWT bagi mereka yang teguh dengan janji mereka, terus-menerus memperbaiki diri, dan terus berjuang, berjuang dengan jiwa dan raga, berjuang dengan harta dan kemampuan, berjuang dengan sungguh-sungguh, melakukan perniagaan yang tak akan pernah rugi, karena sedang melakukan perniagaan dengan Allah SWT. Maka inilah saat yang tepat untuk berubah, di Bulan yang penuh Berkah ini Allah SWT masih memberikan umur panjang pada dirimu, agar engkau memaknai setiap umur hanya untuk beribadah dan mengabdi pada-Nya.

Allah Maha Baik, setiap satuan waktu Allah SWT memberikanmu peluang untuk beramal, bukan hanya beramal, tetapi melakukan program akselerasi ketaatan. Agar setiap amalan berlipat ganda ganjaran pahalanya, pahala dari Allah SWT. Dalam satuan hari Allah SWT memberikanmu waktu dari tengah malam sampai menjelang Subuh sebagai waktu yang penuh berkah bila engkau mendirikan shalat malam dan memohon ampun pada-Nya, bahkan Allah SWT mengijabah doa-doamu. Dalam satuan pekan Allah SWT menyediakan sayyidul ayyam pada setiap insan manusia, yaitu hari Jumat dengan segala keutamaannya. Dalam satuan Bulan Allah SWT juga menyediakan Bulan Ramadhan, Bulan yang penuh keberkahan, Bulan yang dinanti-nanti oleh para ‘Ulama dan orang-orang shalih 6 (enam) Bulan sebelumnya. Bulan yang tepat untuk melakukan quantum jump, untuk melakukan perubahan yang besar dalam diri-diri picik nan hina ini, yang selalu mengharap sanjungan dan pujian dari manusia, selalu mengharap jabatan, kedudukan, dan harta yang berlimpah, memang butuh waktu untuk mengubah pola pikir yang masih cenderung pada keduniaan, karena setiap harinya kita dihadapkan pada dominasi nilai-nilai jahiliyah di atas nilai-nilai Ilahiyah.

Ramadhan adalah momen yang tepatmu untuk berbahagia, di mulai dengan mengubah persepsimu akan kebahagiaan itu sendiri. memang tidak mudah, mengingat engkau dan aku juga adalah manusia biasa. Manusia yang masih terus berproses, yang cenderung sombong dan angkuh atas apa yang dimiliki, padahal pada hakikatnya segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah SWT. Manusia yang masih terpaku pada konsep manusia modern ala Barat, seakan-akan Peradaban Barat adalah sesuatu yang sangat keren dan harus terus di ikuti. Konsep manusia modern yang kata seorang tokoh Komunis bahwa “Agama adalah candu”, sehingga menghilangkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dan akan kita saksikan kejatuhan semua ideologi di muka bumi ini, sebuah kehancuran yang masih coba ditutup-tutupi. Kehancuran peradaban yang tak akan sanggup menyamai Agama Islam, Agama yang bukan sekedar menjadi ideologi, bukan sekedar menjadi sistem hidup, bukan sekedar menjadi sistem sosial dan perekonomian, bukan sekedar menjadi perekat persaudaraan, tetapi lebih tinggi dari semua itu, sebab Agama ini adalah Agama yang di Ridhoi oleh Allah Yang Maha Tinggi. Bahkan Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan:

“Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek kehidupan. Karena itu, Islam adalah negara dan tanah air atau pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan, wawasan dan undang-undang atau ilmu pengetahuan dan peradilan, materi dan kekayaan alam atau penghasilan dan kekayaan, serta jihad dan dakwah atau pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga Islam adalah akidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.”

Ramadhan menjadi momen yang tepat bagi dirimu untuk menghijrahkan segala cintamu kepada makhluk dan bahagia semu kepada cinta Allah dan Rasul-Nya. Maka berbahagialah engkau wahai orang-orang yang memanfaatkan Ramadhannya secara optimal. Tidak melewatkan setiap momennya dengan kesia-siaan. Bahkan melalui Ramadhan mampu mengubah persepsi bahagia yang dulu hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi menjadi bahagia yang hakiki, yaitu bahagia mengabdi pada-Nya. Berbahagialah, berbahagialah, berbahagialah, mengabdi pada-Nya juga adalah sebentuk kebahagiaan, berdakwah kepada manusia, menyeru pada kebaikan dan kebenaran juga adalah kebahagiaan. Mencegah hal-hal yang zhalim dan mungkar juga adalah sebentuk kebahagiaan, berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan juga adalah kebahagiaan. Dan ridha Allah adalah kebahagiaan yang paling tinggi, memuncak mencapai Arsy-Nya, meninggi hingga menggapai ridha-Nya. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/06/29/81143/ramadhan-bahagia/#ixzz4DEZuPe91 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 30 Mei 2016

Balada Aktivis Peradaban

Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com – Berhenti sejenak di persimpangan jalan, tetapi bukan untuk berlama-lama di persimpangan ini. Sejenak menengadah ke atas melihat semangat-semangat yang terbang lepas, sebab benar bahwa semangat bersifat fluktuatif. Tetapi bagi anak muda, jangan sampai engkau kehilangan semangat itu, ciri khas pemuda adalah semangat yang berapi-api. Melihat kembali foto-foto kegiatan kemahasiswaan, seakan-akan jejak ini kembali diretas, dan ini juga adalah kesempatan untuk menghisab diri. Apakah aktivitas keorganisasian yang dulu dilakukan sudah benar-benar di niatkan untuk menggapai ridha Allah SWT? Atau hanya sekedar sarana aktualisasi diri, agar mendapatkan popularitas semata. Sungguh diri ini masih sangat jauh dari teladan terbaik, namun terus berupaya untuk memperbaiki diri ini.

Lalu muncul pikiran-pikiran liar untuk mencari solusi dan sinergitas, pikiran-pikiran yang mungkin kurang ilmiah, pikiran-pikiran yang hanya merupakan argumentasi. Seakan-akan semua permasalahan hanya bisa di selesaikan seorang diri. Menisbikan nilai bahwa manusia juga adalah makhluk sosial, timbul superioritas dalam diri, lahir arogan yang membumbung tinggi di awan, sehingga semuanya di pandang rendah di bawah telapak kaki. Masukan, kritikan, dan saran pun tak berarti lagi. Mata hati pun tertutupi, tak mampu lagi menerima segala macam kebaikan dan nasehat. Maka bersyukurlah mereka yang terus menerus menjalani proses halaqah tarbiyah setiap pekannya. Halaqah tarbiyah menjadi sarana bagi mereka untuk mendapatkan dan menjaga hidayah Allah SWT. Beda dengan mereka yang keangkuhannya terus meninggi, kesombongannya terus melambung naik, arahan-arahan tak akan berarti lagi. Tetapi jangan menyerah untuk mereka, teruslah menyampaikan kebenaran dan kebaikan bagi mereka yang belum tersentuh cahaya Allah. Allah akan terus menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tak menyukainya.

Tarbiyah menjadi rezeki di mana tak semua orang mampu bertahan dengan prosesnya. Tak semua orang sanggup untuk mengikuti ritmenya. Tak semua orang bisa bertahan dengan proses tarbiyah itu sendiri. maka tak salah bila tarbiyah itu bagai rezeki, menjadi orang-orang yang terus belajar dan sigap ketika di arahkan oleh jamaah, patuh dan taat dengan instruksi qiyadah sungguh adalah rezeki yang sangat nikmat, nikmat yang besar, lalu nikmat tarbiyah ini bersanding dengan baiknya Iman dan Islam seseorang. Para aktivis tarbiyah juga menyadari besarnya bangunan peradaban yang harus di perbaiki, di perbaiki bersama-sama umat. Bangunan besar peradaban ini butuh solusi untuk setiap kerusakan sektor pembangunannya, para aktivis tarbiyah pun maju dengan gagah berani membawakan solusi dan energi perubahan, muncul alternatif metode yang di sebut Post-Islamisme, memisahkan urusan dakwah murni dengan politik pemerintahan, namun tidak mereduksi universalitas Islam. Post-Islamisme bisa menjadi salah satu alternatif, lalu para aktivis Islam pun menjelma menjadi aktivis peradaban namun tidak meninggalkan nilai-nilai Islam.

Setelah berhenti sejenak di persimpangan jalan dan menyegarkan kembali pemahaman tentang jati diri, bersiap untuk melangkah ke tahap selanjutnya, sebab tugas telah menunggu di depan sana untuk di selesaikan, kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Aktivis peradaban harus menembus batas kemampuannya, karena akan menghadapi benturan-benturan peradaban. Samuel P Huntington dalam bukunya Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia mengemukakan bahwa Peradaban Islam, Peradaban Cina, Peradaban Jepang, dan Peradaban India adalah kekuatan besar yang patut  perhitungkan dalam benturan peradaban tersebut, karena mampu mereduksi dominasi peradaban dan nilai-nilai Peradaban Barat. Masyarakat semakin cerdas untuk menyeleksi setiap nilai-nilai peradaban, terutama Peradaban Barat yang seakan-akan mendominasi suatu bangsa, namun yang terjadi adalah penyesuaian atau adaptasi terhadap nilai-nilai peradaban. Dengan kata lain, suatu bangsa tetap bangga dengan peradaban yang berasal dari negerinya sendiri lalu mengambil nilai-nilai positif dari Peradaban Barat.

Melanjutkan kembali perjalanan, pada saat yang sama kita semua harus kemudian menyadari berada di mana posisi kita, posisi peradaban kita, di tengah benturan-benturan peradaban yang terjadi. Saat di sentil soal peradaban, saya menyarankan Anda untuk membaca kembali lembaran sejarah, baik itu sejarah kekhalifahan, sejarah kerajaan, dan sejarah pemerintahan dengan sistem demokrasi. Anda akan menemukan perlombaan peradaban yang di bangun secara machstaat dan rechstaat. Sejarah mencatat, baik sistem pemerintahan machstaat dan rechstaat keduanya runtuh dengan cara, proses, dan hasil yang berbeda. Bila sistem pemerintahan machstaat meninggalkan gemilangnya peradaban dengan kemegahan bangunan, maka sistem pemerintahanrechstaat meninggalkan peradaban yang kaya akan intelektual serta generasi yang visioner.
Langkah harus semakin tegak, prinsip harus semakin kokoh, namun jangan sampai mematikan kreativitas untuk berpikir dan memilih sarana yang tepat untuk membangun peradaban. 

Secara machstaat maupun rechstaat peradaban harus di bangun, dan Anda harus meyakini bahwa peradaban Anda suatu saat akan menguasai dunia. Tak ada yang salah dengan cita-cita ini, karena kita semua juga menginginkan kebaikan akan setiap langkah kita. Karena setiap langkah, gerak, dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak oleh Yang Maha Kuasa, Yang menciptakan segala Peradaban di Bumi ini, namun dengan tegas bahwa satu-satunya Agama yang diterima di sisi-Nya adalah Islam.

Maratibul ’Amal yang di susun oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna menjadi alternatif metode yang realistis dengan kondisi era baru seperti sekarang ini. Sedangkan maratibul amal (urutan amal)-nya adalah:

  1. Perbaikan individu (ishlah al-fard)
  2. Perbaikan rumah tangga (ishlahul al-bait)
  3. Perbaikan masyarakat (ishlah al-mujtama’)
  4. Pembebasan negeri (tahrir al-wathan)
  5. Perbaikan pemerintahan (ishlah al-hukumah)
  6. Penyiapan tegaknya khilafah (bina al-khilafah)
  7. Pemanduan dunia (ustadziah al-alam)

Tiga tingkatan pertama merupakan kewajiban individu-individu muslim secara umum, juga menjadi kewajiban gerakan dakwah. Sedangkan empat tingkatan yang akhir merupakan tugas yang harus diemban gerakan dakwah sebagai sebuah tanzhim dakwah yang aktif.

Sekarang tibalah saatnya bagimu untuk mengambil peran, meskipun peran kecil sebagai unsur perubahan, perubahan peradaban yang harus terus menerus di lakukan, sebab perubahan adalah keniscayaan. People changetime changeand the big wave has coming. Sudah sejauh mana diri kita mempersiapkan diri untuk keadaan yang serba tak menentu di masa depan? Hanya keyakinan dengan seyakin-yakin nya lah engkau akan mampu mewujudkan cita-cita, cita-cita dirimu yang harus di integrasikan dengan cita-cita besar peradaban Islam.

Tak akan kau dapatkan lagi generasi yang kebingungan memilih jurusan ketika sampai di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), karena ia sudah paham di mana posisinya dan di mana harus mengambil peran dalam bingkai indah bangsa nusantara ini. Tak akan kau dapatkan lagi generasi muda yang ketika masuk jenjang perguruan tinggi masih juga kebingungan memilih jurusan karena kegagalan membaca potensi dirinya. Saatnya para generasi muda memahami jati dirinya sebagai seorang hamba, sebagai the agent of change, paham pergulatan peradaban yang sedang terjadi di dunia yang sempit ini, pada saat yang sama paham bahwa yang memiliki segala otoritas hanya Allah semata. Tak pantas untuk mempersekutukan Allah dengan satu makhluk pun di alam semesta ini, kesadaran aqidah yang kokoh ini kemudian mempola setiap aktivitas para generasi muda untuk hanya berafiliasi kepada nilai-nilai Islam serta menjadikan Islam sebagai the way of life.

Kekuatan-kekuatan peradaban akan terus berkembang, pembelahan-pembelahan ideologi akan terus terjadi, namun pengerucutan ideologi juga adalah keniscayaan, pengerucutan yang menyisakan dua pilihan saja, kebenaran atau kebatilan. Wahai aktivis peradaban, di manakah posisimu sekarang? Di antara benturan-benturan peradaban yang sedang terjadi ini? Segalanya akan berbenturan, tak hanya ideologi dan peradaban yang akan berbenturan, seluruh planet suatu saat akan berbenturan, seluruh galaksi suatu saat akan berbenturan dan hancur lebur, luluh lantah tak bersisa, hanya Allah yang tetap Ada sekalipun semuanya telah musnah, wayabqoo wajhu Rabbika dzuljalaali wal ikraam. Maka setelah berhenti sejenak, waktunya melangkah lagi, waktunya untuk berjuang lagi, bersiap menghadapi gelombang, bersiap menghadapi benturan, dan para aktivis peradaban, hendaknya engkau untuk mempersiapkan kapasitasmu. Balada ini kudendangkan Untukmu Wahai Aktivis Peradaban. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/05/30/80726/balada-aktivis-peradaban/#ixzz4ACxmbvd4 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 16 Mei 2016

Inikah Cintamu?

Ilustrasi (flickr.com/Nelo Esteves)
dakwatuna.com – Bila berbicara tentang cinta, apakah jantungmu akan berdetak semakin kencang? Apakah aliran darahmu akan semakin deras? Lalu apakah adrenalinmu kan semakin terpacu? Hal itu hanya engkau yang bisa menjawabnya. Aku di sini hanya ingin menulis tentang cinta berdasarkan pemahamanku, bukannya aku orang yang berpengalaman dengan percintaan, bukannya aku orang yang pernah menjadi petualang cinta, hanya mungkin aku akan bercerita cinta berdasarkan cara pandangku, yang mungkin saat ini sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pembuktian cinta, sebab cinta tak akan berarti tanpa pembuktian dan amal nyata.

Mungkin bagimu, dengan cinta gunung kan kau daki dan lautan kan kau sebrangi? Bagi diriku akan sedikit berbeda, dengan cinta gunung pun kan sanggup di sebrangi dan lautan kan ku daki. Tak cukup gunung hanya kau daki, sebab bila ia kau sebrangi, cintamu begitu hebat. Tak cukup laut hanya kau sebrangi, sebab  bila kau daki ombak yang mengulum-ngulum hingga senja tak tampak lagi, cintamu begitu dahsyat. Bagiku cinta tak sekedar retorika, cinta tak sekedar teori, tetapi ia butuh pembuktian. Maka cinta yang produktif adalah cinta yang mengarah pada kebaikan, sebab kebaikan akan mengakar kokoh sedang keburukan hanya ada di permukaan saja. Maka cinta yang produktif menghasilkan amal, adalah cinta yang kau landasi dengan kebaikan.

Cinta pada harta? Mungkin akan sangat banyak menguras deras kucuran keringatmu. Mungkin akan memompa degup jantungmu semakin kencang. Lalu kinerjamu akan sangat memuaskan dalam setiap agenda, lalu hartamu akan melimpah. Maka dengan work style yang seperti ini kau tak perlu risau kehabisan akan harta, tapi coba perhatikan dengan seksama, rasa cintamu akan harta akan terus dan terus bertambah. Terus dan terus bertambah seiring kinerja yang semakin meningkat, dengan rasa cinta yang semakin meningkat maka rasa puaspun ikut meningkat, lalu kau tak akan cepat merasa puas dengan kondisi saat engkau berbanyak harta. Belum kering keringatmu kau akan terus menerus mencari harta, dengan cara apapun, lalu kondisi sosial kau acuhkan, etika tak lagi ada, maka apakah cinta kepada harta ini akan membawa kebaikan pada dirimu? Aku yakin kau bisa menjawabnya.

Cinta pada pujian? Mungkin akan membuat setiap pekerjaan dan tindak tandukmu akan engkau persiapkan dengan baik. Demi mendapat pujian, engkau akan lakukan apapun agar dapat menghasilkan performa terbaik. Perasaan mengharap pujian akan terus menggelayut pikiranmu, perasaan ini akan sangat halus menembus pembuluh darahmu. Cinta akan pujian dengan lembut membelai mesra perasaanmu, menggoda hatimu terus menerus agar cinta padanya, seangat lekat dengan pikiranmu, sehingga pujian tersebut akan terus menggelayuti pikiranmu, mendendang merdu setiap pujian yang ditujukan kepadamu, lalu tak lama kemudian kau akan senyum-senyum sendiri membaca setiap komentar, entah komentar yang ada di status facebook milikmu, entah retweet yang ada di akuntwitter mu, entah pesan-pesan pribadi nan indah yang sempat hinggap di whatsapp atau telegram pada smartphone android milikmu. Percayalah padaku, cinta pada pujian tak akan menghasilkan kebaikan. Bayangkan setiap kebaikan yang kau kerjakan hanya senilai dengan pujian, lalu mana yang seharusnya kau serahkan kepada Penciptamu? Percayalah padaku, aku bukannya orang yang selalu bisa mengungguli rasa cinta pada pujian ini, setiap hari aku pun juga harus berperang dengannya, sebab ini bukan hal yang mudah, namun percayalah padaku, cinta pada pujian tak akan menghantarkanmu pada kebaikan.

Cinta pada jabatan? Hal ini akan membuatmu merasa tinggi, berada di awan-awan, bagaikan terbang ke kahyangan, yang katanya tempat indah nan cerah. Tetapi coba perhatikan dengan seksama, ketinggian jabatan ini suatu saat akan membuatmu lupa diri, akan membuatmu lupa kerasnya pijakan tanah. Orang-orang akan merasakan kecenderungan untuk memperebutkan jabatan, karena ketinggian serta kemahsyuran yang ditawarkannya. Cinta pada jabatan akan membuatmu terus merasa bahwa jabatan itu akan berlangsung lama, padahal setiap kondisi akan dipergilirkan kepadamu, dan itu adalah sebuah keniscayaan. Bagi mereka yang memanfaatkan jabatan pada kebaikan tak bertepi, lalu ketika menjabat terus menerus introspeksi diri dan merekonstruksi niat mereka, jabatan kan termanfaatkan kepada orang banyak, jabatan kan berguna bagi masyarakat kecil yang menerima manfaat, sungguh mulia mereka yang menggunakan jabatan untuk menebar manfaat bagi seantero alam. Namun bagi mereka yang terlanjur cinta pada jabatan secara berlebih, hal ini tidak akan berakhir dengan baik, percayalah padaku. Bila dengan jabatan membuatmu rasa individualis mu semakin tinggi, acuh tak acuh dengan kondisi sekitar, maka rasa cinta pada jabatan ini tak akan membawamu pada kebaikan, percayalah padaku kawan.

Cinta pada dunia? Hal ini tak akan pernah membuatmu puas, sekalipun tujuh bumi berada dalam genggamanmu, sebab begitulah kecenderungan manusia yang tak pernah puas. Ketika mendapatkan suatu kenikmatan dan merasa bosan, maka muncul rasa memiliki yang lebih tinggi lagi kepada kenikmatan yang mungkin belum ia dapatkan. Apalah arti dunia ini, di bandingkan dengan dedikasimu untuk beribadah kepada Ilahi Rabbi. Aku ingin bercerita padamu tentang seluruh kenikmatan di dunia ini yang sungguh tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Surga Allah. Surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa, surga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang terus menerus memegang janjinya, sebab ia memahami bahwa Kalimat Syahadat bukan sekedar pernyataan, tetapi juga adalah Sumpah dan Janji kepada Yang Maha Menepati Janji. Suatu ketika di surga, ada sebuah pohon yang sangat besar yang dalam perjalanan 100 tahun orang-orang belum dapat keluar dari naungan pohon tersebut. Pohon yang sangat besar itu berbatangkan emas, lalu orang-orang yang melewatinya, para penduduk surga tentunya, merasa rindu dengan kenikmatan yang pernah mereka dapatkan di dunia, maka Allah kirimkan angin yang berhembus dan menggoyangkan pohon tersebut, dari pohon tersebut keluar seluruh kenikmatan yang ada di dunia. Sesuatu yang mungkin akan sulit kau bayangkan, tetapi percayalah visualisasi surga yang ada di dalam Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan dan dijangkau oleh akal dan pikiran manusia. Sungguh ini adalah janji Allah, dan Allah Maha Menepati Janji.

Cinta pada harta, cinta pada jabatan, lalu cinta pada dunia? Inikah cintamu? Seperti inikah cintamu? Cinta yang berujung pada selain kebaikan? Cinta yang tak akan pernah membuatmu merasa puas? Maka sesungguhnya bila cintamu tak segera kau ubah, akan berakhir buruk pada dirimu, percayalah padaku. Cinta pada manusia terbaik, cinta pada Rasulullah SAW mungkin akan bisa mengobati cinta semu yang kau miliki. Sebentar, janganlah kau tertawa dulu, apalagi sampai terbahak. Cinta pada Rasul akan menuntunmu pada kebaikan, cinta pada pribadi manusia yang paling mulia, teladan terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW. Tak perlu khawatir dengan penawaranku ini, sebab cinta kepada Rasulullah akan membawamu kepada Surganya Allah SWT, sebab cinta pada Rasul juga berimplikasi pada cinta kepada Maha Pencipta, Allah ‘azzawajalla.

Engkau harus mencintai Rasulullah SAW, kalau memang engkau masih merasa berat, maka marilah coba secara perlahan untuk memanifestasikan rasa cintamu kepada Rasulullah SAW. Secara bertahap engkau harus mulai mencintai Rasulullah SAW, mencintai Beliau melebihi cinta pada sanak saudaramu, melebihi cinta pada ayah dan ibumu, bahkan melebihi cinta kepada dirimu sendiri. Ini memang tak mudah, maka engkau harus memulainya dengan pemahaman yang mendalam. Mencintai Rasulullah SAW juga harus membuatmu mengikuti dan mengerjakan sunnah nya, membuatmu menghablur segala cinta yang cenderung pada cinta dunia. Meneladani Rasulullah SAW adalah cinta terbaik yang saat ini harus engkau lakukan, aku tak hendak memaksamu, tetapi terkadang kebaikan juga harus dipaksakan perlakuannya.  Ku ajak engkau secara bertahap saja, sebab percayalah cinta pada Rasul ini akan menghantarkanmu kepada kebaikan. Tak perlu risih bila orang-orang di sekitarmu merasa risih dengan perubahan pada dirimu, sebab tak sempurna iman hamba sampai ia di uji.

Ini adalah salah satu cinta yang ingin ku tawarkan kepadamu, semoga dengan cinta ini engkau berkenan mengubah energi dan cintamu. Percayalah padaku, bahwa yang ku sampaikan ini adalah cinta yang berkebaikan, ini juga adalah wujud kecintaanku kepadamu, sebab tahukah engkau? Wujud empati terbesar adalah menyelamatkan manusia dari jilatan api neraka. Mungkin ini terasa aneh bagimu, melihat sekelompok orang yang berhalaqah tarbiyah guna mempertahankan nilai-nilai kebaikan pada dirinya, guna meneguhkan iman dalam dirinya, guna menyingkirkan dominasi jahiliyah dalam dirinya lalu menggantinya dengan dominasi ilahiyah. Mungkin hal ini juga akan berlawanan dengan konsep manusia modern di dalam benakmu, tetapi percayalah se-modern apapun manusia akan terasa hampa tanpa nilai-nilai spiritualitas di dalam dirinya. Sungguh ini adalah cinta sebenar-benarnya cinta yang ingin ku sampaikan kepadamu melalui tulisan, berkenankah kau mengubah cintamu? Karena seperti inilah cintaku. (dakwatuna.com/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/05/16/80560/inikah-cintamu/#ixzz48nj6bCDP 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook