Tim BPI SMAIT Nurul Fikri Makassar
11. Ikrar
Suci
22. Islam
itu Indah
33. Tarbiyatul
Aulad
44. Yuk
Mentoring
55. Pentingnya
Mengenal Allah
66. Mari
Mengenal Rasul
77. Mari
Mengenal Islam
88. Bersuci
Itu Keren!
99. The
Best 10
110. Indahnya
Akhlakul Karimah
111. Keutamaan
Al-Qur'an
112. Pemuda
& Perubahan
113. Urgensi
Dakwah Pemuda
114. Konsep
Dakwah Pemuda
115. Keseimbangan
116. Prophetic
Leadership
117. Menuju
Kemenangan Dakwah Pemuda
118. Fiqih
Prioritas
119. Revolusi
Industri 4.0
220. Ma'rifatul
Insan
221. Amal
Islami
IKRAR
SUCI
A. TUJUAN
Peserta mamahami makna dan hakikat dua kalimat
syahadah.
Peserta menngetahui pengaruh dua kalimah
syahadah bagi kehidupan seoorag mukmin.
Peserta termotivasi untuk menjalankan secara
benar syahadah uluhiyah dan syahadah risalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
B. METODE PENDEKATAN
Ceramah dan Diskusi
C.
RINCIAN BAHASAN
Syahadatain
berarti 2 kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah uluhiyah
dan syahadah risalah. Syahadah uluhiyah terdiri dari kalimat Laa Ilaaha
Illallah. Secara bahasa kata Laa berfungsi sebagai Kalimatun Nafii (kata yang
menolak), kata Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak), kata Illa berfungsi
sebagai Kalimatul Itsbatu (kata yang mmengukuhkan), dan Dan kata Allah
berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan). Jadi syahadah uluhiyah (Laa
Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti
dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. Firman Allah:
"Dan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya : Bahwasanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku." (QS.21:25)
Tauhid ulllluhiyah juga mengandung pengertian
bahwa Allah sebagai Ma'bud (yang disembah) dan Allah sebagai Ghayah (tujuan).
Dalam QS>51:56 Allah Berfirman : "Dan Ak tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahku."
Bahkan seorang muslim dalam sehari mengikrarkan
minimal sebanyak 17 kali bahwa "hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan
kepadaMu-lah kami mohon pertolongan." Dengan demikian Laa Ilaha Illallah
juga berarti Laa Ma'buda Illallah.
Kalimat ini
juga berarti Laa Ghayatu Illallah (tidak ada tujuan melainkan Allah). Allah
berfirman dalam QS. 94:8 : " Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu
berharap (menempatkan tujuan)". Bahkan seorang muslim juga senantiasa
berikrar bahwa 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanya bagi Allah Roob semesta alam'.
Allah sebagai satu-satunya sesembahan adalah
konsekuensi tertinggi dari syahadat tauhid uluhiyah. Seseorang yang telah
bersyahadat tauhid berarti telah memproklamirkan dan berjanji untukmengabdikan
dirinya kepada Allha semata, artinya tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun. Ia telah menyatakan dirinya muslim (orang yang tunduk patuh kepada
Allah sehingga selamat di dunia dan akhirat). Konsekuensinya, seluruh hidupnya
untuk taat kepada Allah dan keridhoan-Nya. Janji Allah bagi seorang yang
bertauhid disabdakan oleh Rasulullah SAW :
"Siapa
yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallah niscaya ia akan masuk
surga ." (Al Hadits).
Jika seseorang telah memulai dengan
menegakkan Laa Ilaaha Illallah pada dirinya maka akan tumbuh sikap Al-Baro'.
Al-Baro' berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap bentuk Ilah selain
Allah. Pengertian Ilah sendiri adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan,
dicintai, ditaati dan disembah. Firman Allah :
"Sesungguhnya
kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja."
(QS.60:4)
Al-Baro' juga
berarti pengingkaran, berlepas diri, mengambil garis pemisah terhadap Al
Bathil. Ia merupakan perwujudan syahadah, berupa penolakan terhadap semua ilah,
lalu menyerahkan loyalitasnya kepada Allah. Dalam kondisi ini seorang muslim
menjadi manusia yang merdeka, bebas dari tuhan-tuhan palsu, jerat hawa nafsu
syahwat, belenggu harta atau tahta/jabatan.
Al Baro'
merupakan proses yang harus dilalui seorang muslim dalam upaya menyiapkan lahan
yang subur bagi tumbuhnya keimanan. Ibarat petani membersihkan lahan, agar
pohon ketaqwaan dapat berkembang sebagaimana seharusnya. Ibarat pemborong yang
meruntuhkan puing-puing bangunan yang telah lapuk, lalu mendirikan bangunan
iman yang menjulang kokoh.
Dengan
membatalkan semua bentuk ilah di luar Allah SWT dan mengecualikannya hanya
untuk Allah, maka akan tumbuh sikap Al Wala'. Al Wala' berati loyalitas, siap
mentaati perintah Allah dengan kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata
kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah
siapapun, kapanpun dan di manapun juga, kecuali jika sesuai (tidak bertentangan)
dengan perintah Allah. Firman Allah :
"Sesungguhnya
wala' kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ,yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tnduk (kepada Allah). Dan
barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi
wala'nya, maka sesungguhnya hizbullah itulah yang pasti
menang".(QS.5:54-55)
Al Wala'
adalah tempat di mana kita menggantungkan harapan, menumpahkan rasa sedih dan
gembira, memohon pertolongan dan perlindungan. Sebaik-baik wala' adalah
Allah,Rasulnya dan orang-orang beriman. Maka barangsiapa berwala' kepada hal
ini jaminan Allah adalah kemenangan. Menang dalam fase dunia adalah kemuliaan,
dalam fase akhirat adalah surga.
Jika
seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah
(Laa ma'buda bihaqqin illa Allah),barulah dapat dikatakan sebagai seorang
mukhlisin(orang yang ikhlas)sejati. Orang-orang ikhlas inilah yang tidak akan
pernah berhasil digoda oleh syaitan. Allah berfirman dalam QS. Shaad (38): 82-83:
"Iblis
menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka ".
Orang-orang
seperti ini mencintai Allah di atas segalanya. Allah berfirman dalam QS. 2:165:
"Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...".
Ibnu Taimiyah
berkata bahwa 'Tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati,
kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan
mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tidak akan terjadi kecuali
dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya. Inilah hakekat Laa Ilaha
Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul'.
Adapun syahadah kedua yaitu syahadah risalah,
yaitu pengakuan 'persona grata' (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah
sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan menjadikan sebagai 'examplia gratia' (contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan
(QS. 21:107, 33:21, 68:4).
Jika seorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai
'persona grata' dan siap menjadikannya sebagai 'exmplia gratia', maka barulah
dikatakan ia berwala' (loyal) kepada Rasulullah SAW. Berwala' kepada nabi
berarti harus senantiasa ittiba' (mengikuti) beliau dalam setiap aspek
kehidupan. Karena Ittiba'ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah:
"Katakanlah:
'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(QS.
Ali Imran: 31,32).
Risalah
mengandung mengandung pengertian sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa
prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar
terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Urgensi (kepentingan) manusia
terhadap risalah sangat jelas. Tanpa risalah manusia tidak mungkin mengenal
Allah, sifat-sifat-Nya serta tata cara beribadah kepada-Nya; manusia tidak akan
mengetahui adanya alam ghaib seperti alam barzakh, alam mahsyar, surga dan
neraka. Tanpa risalah manusia tidak menyetahui tujuan penciptaan-Nya dan tidak
bisa menentukan undang-undang sistem hidup yang menjamin terealisirnya keadilan
dan persamaan hak.
Jalan
satu-satunya untuk mengetahui petunjuk Allah ini adalah lewat risalah-Nya yang
diinterprestasikan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian syahadat risalah juga
mengandung pengertian ; (1) membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan (QS.
53:3-4), (2) menaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59), (3) menjauhi apa yang
beliau larang (QS. 59:7) dan (4) beribadah menurut syari'atnya.
Kewajiban seorang muslim terhadap Rasulullah
SAW adalah beriman kepadanya, taat/mengikutinya dan mencintainya. Allah telah
memberikan khabar tentang kerugian besar dan penyesalan yang mendalam bagi
seseorangyang mengetahui ajaran Nabi SAW kemudian tidak taat dan tidak
mengikutinya. Firman Allah:
"Dan
(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya
berkata:'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"(QS.
25-27).
Barang siapa yang menaati Allah dan
Rasul-Nya, Allah akan menyediakan baginya surga (QS. 4:13).
Seorang muslim wajib mencintai Nabi Muhammad
SAW melebihi cintanya kepada segala sesuatu. Sabda beliau SAW:
"Tidak
beriman seseorang (dengan sempurna) di antara kalian kecuali aku lebih dicintai
dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia"(Al Hadist).
Syahadah
uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan.
Seorang muslim tidak dapt menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu.
Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar
sunnah. Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja, berarti dia
menjadi seorang Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari
ummat Islam.
D. DISKUSI
Benarkah
manusia memang membutuhkan risalah ilahi. Bukankah Allah telah memberikan akal
kepada manusia untuk berfikir? Apakah akal saja cukup untuk membuat suatu
perangkat sistem hidup? Faktor-faktor apa yang tidak dimiliki oleh manusia
sehingga ia tidak dapat membuat 'risalah' bagi dirinya sendiri?
Sumber Referensi :
1. Paket BP Nurul Fikri , Syahadahmu
Syahadahku;
2. Muh. Bin Sid bin Salim Al-Qahthany,
Loyalitas Muslim Terhadap Islam;
3. Muh. Said Al-Qaathani, Muh. Bin Abd.
Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah;
4. Koleksi Bahan Tarbiyah Islamic
Network (Isnet, 1996);
5. Aqidah Seorang Muslim, Al Umma.
ISLAM ITU INDAH
Islam Itu Indah, seharusnya begitulah seorang muslim
memandang ajaran Agamanya, karena Islam merupakan hadiah dari Allah SWT kepada
Umat Manusia, disampaikan oleh manusia terbaik yang penuh cinta, Rasulullah
SAW. Agama Islam terdiri dari Aqidah dan Syari'ah, telah disebutkan sebagian
dari syariat Islam dan ditunjukkan rukun-rukunnya yang dianggap sebagai dasar
bagi syariat-syariat Islam.
Aqidah Islam dasarnya adalah Iman kepada Allah, iman
kepada MalaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada para RasulNya, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar
ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan Sunnah RasulNya. Allah berfirman
dalam kitab suciNya,
لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ
الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi... (Q.S.Al-Baqarah : 177)
Dalam Soal Takdir,
Allah Berfirman,
إِنَّا
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
وَمَا
أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Dan perintah Kami hanyalah
satu perkataan seperti kejapan mata. (Q.S.Al-Qomar : 49-50).
Iman
kepada Allah mengandung empat unsur :
1. Mengimani Wujud Allah SWT
Indera yang kita miliki juga bisa menunjukkan tentang keberadaan
Allah. Kita semua bisa menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang
berdoa dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan. Ini menunjukkan secara qath’i (pasti)
akan adanya Allah. Demikian pula ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi yang
dinamakan mukjizat yang disaksikan oleh manusia atau yang mereka dengar
merupakan bukti yang nyata akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu
Allah Ta’ala. Sebab, kemukjizatan-kemukjizatan itu di luar
jangkauan manusia pada umumnya, yang memang sengaja diberlakukan oleh Allah Ta’ala
untuk mengokohkan dan memenangkan para rasul-Nya.
Sedangkan dari segi syariat juga menyatakan keberadaan Allah.
Sebab kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa
oleh kitab-kitab samawi, berupa hukum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk
merupakan bukti bahwa hal itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Maha
Tahu akan kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita yang berkenaan dengan alam
yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut merupakan bukti bahwa kitab-kitab itu
berasal dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mencipta apa yang diberitakan
itu. (Simak pembahasan lengkap masalah ini pada
kitab Syarh al ‘Aqidah al
Wasithiyah dan Kitab Syarh Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin
Sholih al ‘Utsaimin).
2. Mengimani Rububiyah Allah SWT.
Maksudnya adalah beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb yang
tidak mempunyai sekutu. Rabb adalah Dzat ayang berwenang
mencipta, memiliki, dan memerintah. Tiada yang dapat mencipta selian Allah,
tiada yang memiliki kecuali Allah, serta tiada yang berhak memerintahkan
kecuali Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ
رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan
semesta alam.” (QS. Al A’rof: 54).
Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali
karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang diucapkannya.
Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ اْلأَعْلَى
“(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.” (QS. An
Nazi’at: 24)
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَآأَيُّهَا
الْمَلأُ مَاعَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ
عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى
وَإِنِّي لأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan
Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta”.” (QS. Al Qashash: 38)
Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal dari keyakinan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ
ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An Naml: 14).
Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga mengakui rububiyah Allah, namun mereka
menyekutukan-Nya dalam uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ
لَيَقُولُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az Zukhruf:87).
Dengan demikian beriman dengan rubiyah saja tidak cukup. Buktinya kaum
musyrikin tetap diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sedangkan mereka mengakui tentang rububiyah Allah.
3. Mengimani Uluhiyah Allah SWT.
Kita wajib beriman
terhadap tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena
penisbatannya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya
kepada makhluk. Adapun yang dimaksud tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah
dalam ibadah karena hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ
مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS. Luqman: 30).
Antara tauhid
rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah. Maksudnya pengakuan
seseorang terhadap tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid
uluhiyah. Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang
menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka ini mengharuskan baginya
untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan tauhid
uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya, jika seseorang
mengimani tauhid uluhiyah pasti ia mengimani tauhid rububiyah. Barangsiapa yang
beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti ia akan
meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya.
4. Mengimani Asma dan Sifat Allah SWT.
Termasuk pokok keimanan kepada Allah adalah iman terhadap tauhid asma’ wa
shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan
asma’ dan shifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu
penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh asma’ dan shifat
bagi Allah sebagaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya dan
sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam
asma’ dan shifat-Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11)
Keimanan
yang benar harus mencakup empat hal di atas. Barangsiapa yang tidak beriman
kepada salah satu saja maka dia bukan seorang mukmin. (Syarh al ‘Aqidah al Washitiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih al
‘Utsaimin).
Islam didirikan atas lima dasar,
sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar,
Dari Abu
‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhuma-,
katanya, “Aku mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,‘Islam
dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan’”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Rukun Islam terdiri dari lima perkara :
RUKUN ISLAM KE-1: SYAHADAT
Rukun
Islam yang pertama dan yang paling agung adalah Syahadah (persaksian)
bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah
dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah). Dengan
menjelaskan makna-maknanya, juga menjelaskan syarat-syarat لا إله إلّا الله.
Makna
dari لا إله, yaitu peniadaan terhadap semua yang disembah selain
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun إلّا الله (kecuali Allah) adalah penetapan
bahwasanya ibadah hanya milik Allah, tidak ada sekutu bagiNya.
RUKUN ISLAM KEDUA: MENEGAKKAN SHOLAT
Rukun Islam yang
kedua setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan sholat lima waktu. Bahkan
sholat ini adalah pembeda antara seorang yang beriman dan yang tidak beriman,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya
yang memisahkan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan sholat.” (HR. Muslim). Oleh karena itu seorang muslim
haruslah memperhatikan sholatnya. Namun sungguh suatu hal yang sangat
memprihatinkan, banyak kaum muslimin di zaman ini yang meremehkan masalah
sholat bahkan terkadang lalai dari mengerjakannya.
Lima waktu sholat
tersebut adalah sholat Zhuhur, sholat Ashar, sholat Magrib, Sholat Isya dan
Sholat Subuh. Inilah sholat lima waktu yang wajib dilakukan oleh seorang
muslim. Mari kita simak sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
beliau berkata, “Sholat lima waktu diwajibkan pada Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam pada malam Isra Mi’raj sebanyak 50 waktu, kemudian berkurang
sampai menjadi 5 waktu kemudian beliau diseru, “Wahai Muhammad sesungguhnya
perkataan-Ku tidak akan berubah dan pahala 5 waktu ini sama dengan pahala 50
waktu bagimu.” (Muttafaqun ‘alaihi).
RUKUN ISLAM KETIGA:
MENUNAIKAN ZAKAT
Inilah rukun Islam
yang ketiga yaitu menunaikan zakat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ
وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
RUKUN ISLAM KEEMPAT:
BERPUASA PADA BULAN RAMADHAN
Inilah rukun Islam keempat yang wajib dilakukan oleh seorang muslim yaitu berpuasa
selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan dengan menahan makan, minum dan
berhubungan suami istri serta pembatal lain dari mulai terbit fajar sampai
tenggelamnya matahari.
RUKUN ISLAM KELIMA:
MENUNAIKAN HAJI KE BAITULLAH JIKA MAMPU
Rukun Islam yang
kelima yaitu menunaikan haji ke Baitullah jika mampu sekali seumur hidup. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ
حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِي
“Mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali
Imran: 97)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairoh, “Umroh yang satu dengan yang selanjutnya menjadi pelebur
dosa di antara keduanya dan tidak ada pahala yang pantas bagi haji yang mabrur
kecuali surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dalam hadits lain
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berkhotbah, “Wahai manusia, Allah
telah mewajibkan pada kalian ibadah haji, maka berhajilah.” Kemudian ada
seorang laki-laki yang berkata, “Apakah pada setiap tahun wahai Rasulullah?”
kemudian beliau terdiam sampai-sampai laki-laki itu bertanya sebanyak tiga
kali. Kemudian beliau bersabda, “Seandainya aku katakan Iya, niscaya akan wajib
bagi kalian padahal kalian tidak mampu. Biarkan apa yang aku tinggalkan karena
sesungguhnya sebab kebinasaan orang setelah kalian adalah banyak bertanya dan
menyelisihi nabinya. Jika aku perintahkan satu hal maka lakukan semampu kalian
dan jika aku melarang sesuatu maka jauhilah.” (HR. Muslim).
Sumber
Referensi :
1.
Syaikh
Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Prinsip-prinsip Dasar Keimanan, Megatama Sofwa
Pressindo, Jakarta : 2003.
TARBIYATUL AULAD
Pendidikan dalam prespektif Islam mempunyai wadah
strategis pada wadah yang spesial dan dijunjung tinggi. Karena subtansi dalam
pendidikan Islam yakni lebih represenatif dalam aspek perbaikan mental peserta
didik yang akan terwujud dalam amal perbuatan. Maka pendidikan Islam ialah
pendidikan individu dan masyarakat. Semua orang dikenai kewajiban dalam
mendidik dari mulai para Rosul kemudian para ulama‟. Pandailah sebagai penerus
tugas dan kewajiban mereka. (Zakiah Darajat, 202 : 20).
Pendidikan Islam menitikberatkan pada penanaman akhlak
dan sikap sosial yang mempunyai budi pekerti. Akhlak yang baik menjadi pondasi
dasar dalam proses pendidikan. Karena, akhlak merupakan sikap psikis yang harus
dikedepankan guna suksesi pendidikan. Maka dengan berpondasi sosial etika yang
baik tumbuhlah generasi yang dididik yang luhur demi terwujudnya idealisasi
kependidikan.
Secara Terminologis Tarbiyatul Aulad Fil Islam yakni
kitab yang menerangkan tentang metode-metode dalam menidik anak. Pada
hakikatnya pendidikan anak adalah bagian dari pendidikan individu yang di dalam
Agama Islam berupaya mempersiapkanya dan membentuknya agar menjadi anggota
masyarakat yang bermanfaat dan manusia yang shalih dalam berkehidupan. Karena
pendidikan anak diarahkan dengan baik pada dasarnya adalah sebuah pondasi yang
kokoh dalam menyiapkan individu yang salih dan siap memikul tanggung jawab dan
beban hidup. Dengan segala rahmat yang diberikan Allah SWT untuk mengkaji kitab
Tarbiyatul Aulad Fil Islam, maka akan dipaparkan tentang keistimewaan perundang
undangan Islam, yakni Universal ajaran Islam. Keuniversalan yang sempurna
mencakup semuanya yang menuntun kebenaran di dunia dan di akhirat.
Dalam kitab tarbiyatul aulad fil islam tentang bab
pendidikan sosial sangat memberikan relevansinya terhadap fenomena pendidikan
kontek sekarang. Pendidikan sosial yang dimaksud yakni pendidikan yang
mendasarkan pada penanaman dasar-dasar kejiwaan yang baik kepada peserta didik.
Tidak hanya membahas mengenai etika sosial secara umum akan tetapi pendidikan
sosial dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam memberikan pandangan etika yang
menjadi tuntunan Agama Islam. termuat dalam kaidah-kaidah luhur Islam yang
mengajarkan tentang nilai-nilai dalam setiap bertindak. Dengan penanaman
pendidikan sosial tersebut maka harapan terbesar yakni peserta didik mampu
melakukan tugas-tugas sosial yang mengarah pada kaidah-kaidah ajaran Islam dan
bertanggung awab atas perbuatan yang telah dibuat. Relevansi tersebut
mudahmudahan dapat memberikan pandangan atau wajah baru dalam dunia
kependidikan pada konteks sekarang. Adapun hasil analisi relevansi pendidikan
sosial dalam konteks sekarang diantaranya :
1. Penanaman Dasar-dasar Ketaqwaan.
Takwa merupakan nilai akhir dan buah tabiat dari perasaan
keimanan yang mendalam yang berhubung dengan perasaan merasa dipantau Allah dan
takut kepada-Nya, takut akan adzab dann siksanya. Dan rakus akan ampunan dan
pahala Nya. Takwa berarti Allah tidak melihatmu tatkala melihatmu. Sebagian
ulama mengartikan, menghindarkan diri dari adzab Allah dengan amal shalih dan
takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun terang-terangan. dari pengertian
diatas diperoleh perhatian para sahabat yang mulia dan salafushalih terhadap
masalah taqwa, upaya merealisasikanya bersungguh-sungguh dalam mencapainya dan
memohon agar dianugrahinya. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
2. Persaudaraan
Abu Hamzah Anas Bin Malik menerangkan bahwa rasulullah
bersabda “tidaklah sempurna iman diantara kalian semua sehingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Persaudaraan adalah ikatan hati yang melahirkan perasaan
yang mendalam akan kelemah lembutan, kecintaan, dan penghormatan kepada siapa
saja yang terkait kepadanya karena akidah Islam, keimanan dan ketakwaan. Rasa
persaudaraan yang jujur akan melahirkan kelemahlembutan yang sebenarnya pada
diri seorang muslim yang membentuk sikap positif. Seperti tolong menolong,
mendahulukan orang lain, kasih sayang dan memaafkan . orang yang memiliki jiwa
persaudaraan akan mengambil sikap menjauhi hal-hal yang membahayakan orang
lain. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
3. Kasih Sayang
Pandangan Dr. Nasih Ulwan dalam Kitab Tarbiyatul aulad
fil Islam bahwa Internalisasi Nilai-Nilai Kasih sayang yakni Takwa merupakan
nilai akhir dan buah tabiat dari perasaan keimanan yang mendalam yang berhubung
dengan perasaan merasa dipantau Allah dan takut kepada-Nya, takut akan adzab dann
siksanya. Dan rakus akan ampunan dan pahala Nya. Takwa berarti Allah tidak
melihatmu tatkala melihatmu. Sebagian ulama mengartikan, menghindarkan diri
dari adzab Allah dengan amal shalih dan takut kepada Allah dalam keadaan sepi
maupun terang-terangan. dari pengertian diatas diperoleh perhatian para sahabat
yang mulia dan salafushalih terhadap maslah taqwa, upaya merealisasikanya
bersungguh-sungguh dalam mencapainya dan memohon agar dianugrahinya. (Abdullah
Nasih Ulwan, 2012).
4. Itsar
Itsar merupakan perasaan jiwa yang terwujud dalam bentuk
mengutamakan orang lain dari pada kebaikan dan kepentingan pribadi. Itsar
adalah perangai yang baik selama bertujuan mencari keridoan Allah. Sikap ini
merupakan dasar kejiwaan yang menunjukkan kejujuran keimanan, kejernihan, dan
kesucian diri. Disamping itu, ia juga merupakan penopang utama dalam mewujudkan
jaminan sosial dan perwujudan kebaikan bagi anak manusia. (Abdullah Nasih
Ulwan, 2012).
5. Memaafkan Orang Lain
Memaafkan adalah perasaan dalam hati yang menumbuhkan
sikap toleran hati yang menumbuhkan sikap toleran dan tidak menuntut hak
pribadi, meskipun orang yang memusuhi itu orang Zalim. Memaafkan adalah
tindakan mulia selama perbuatan aniaya tersebut bukan penodaan terhadap agama
dan tempat-tempat suci Umat Islam. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
6. Keberanian
Keberanian merupakan kekuatan jiwa yang luar biasa
beerkat keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Sifat kebernian tumbuh karena
keistikomahan dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran,keyakinan terhadap kehidupan
yang abadi. Seberapa kekuatan keberanian terletak di kualitas keberanian.
Selama keimanan kepada Allah tidak goyah keyakinan akan kebenaran tidak akan
berbelok, kepasrahan kepada takdir yang tidak pernah berubah. (Abdullah Nasih
Ulwan, 2012).
Sumber Referensi :
1.
Abdullah
Nasih Ulwan, Abdullah Nasih Ulwan, 2012.
2.
Ahmad
Najmi, Pendidikan Sosial Dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fii Islam Karya Dr.
Abdullah Nasih Ulwan, IAIN Salatiga : 2017.
YUK MENTORING
Mengapa harus mentoring ?
Karena mentoring sebenarnya adalah proses
untuk “akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini, sangatlah luas, bisa jadi,
kedewasaan dalam memahami Islam,kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan
kompetensinya, kedewasaan dalam mensikapi masalah, kedewasaan dalam memilih
keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul- mengenal karakter manusia.
Kedewasaan, Kenapa ? Kenapa Bisa ? Dan Apakah
Harus Dengan Mentoring ?
Ya. Mentoring adalah sebuah grup diskusi
terfokus, yang didalamnya terdapat interaksi- relasi antar insan, ada aspek
manusiawi, serta hubungan interpersonal. Bisa jadi seseorang menjadi dewasa,
tanpa mentoring, karena aspek pembentuk kedewasaan memang banyak, bisa jadi dia
anak sulung, sebatang kara, dididik orang tua, atau memang sudah dilepas sedari
kecil. Mentoring adalah proses “percepatan kedewasaan”, karena dengan
mentoring, maka kita akan memperbesar “kapasitas berkomunitas” kita, memahami
bahwa ternyata, karakter manusia itu beragam, menangani konflik komunikasi,
hingga mampu bekerjasama walaupun terdapat perbedaan prinsip di satu sisi.
Lalu, Kenapa Harus Mentoring Yang Isinya
Materi Melulu ?
Materi ? Ya, terkadang, mentor memang tidak
mampu menerjemahkan “materi” mati menjadi “hidup”. Mentor harus paham, bahwa
“mempelajari” dan “membaca” sebuah materi adalah satu masalah, sedangkan
“membumikan” dan “mengkomunikasikan” materi kepada adik mentor, adalah masalah
lain yang berbeda, jangan disamakan. Mentoring mengandung 3 aspek, yaitu
kognitif ( materi keilmuan, knowledge. Bisa jadi rasmul bayan yang kita dapat
dulu saat pertama kali liqo), afektif ( sikap, bersikap saat menyampaikan, raut
muka, bahasa tubuh, mimik wajah, ) , dan psikomotorik ( bisa jadi saat rihlah,
olahraga, intonasi). Psikologi dan suasana mentoring akan sangat mempengaruhi
adik mentor.
Mentoring, Apa Hubungannya Dengan Kesuksesan
Saya ?
Apakah Mentoring Harus Bermateri Agama Islam
?
Tahukah kamu, bahwa orang- orang yang mampu
mengubah zaman, pada masa mudanya, adalah orang- orang yang membentuk kelompok
diskusi tersegmen ? Tahukah kamu, bahwa mentoring dapat mempercepat pemahaman
kita akan sebuah disiplin ilmu ? Dan,bukan hanya Islam.Tidak percaya ? Ini
beberapa contohnya :
HOS Cokroaminoto punya 3 binaan, yaitu
Sukarno ( Presiden1 RI), Semaun ( Pemimpin PKI Madiun), dan Sekarmadji Maridjan
Kartosuwiryo ( Pemimpin DI TII/ NII). Nah, semua jadi “tokoh” kan ? Walaupun
akhirnya jadi berseberangan, itu, mungkin karena mereka pada
ngebandel,mentoringnya gak selesai kali ya ?…
Jesse Jackson, senator negro pertama AS, yang
Yahudi. Salah satu binaannya adalah Lewis “ Scooter” Libby ( Staf DEPLU AS),
dan salah satu binaan dari mentoringnya Yahudi dari Libby ini, sekarang
menjabat sebagai Presiden Bank Dunia, Paul Wolfowitz ( Pasti tahu dia kan ?)
Badiuzzaman Said Nursi, pemimpin Harokah
Islamiyah dari Turki, penentang sekulerisme Kemal Pasha, dengan jamaahnya,
Jamaah Nur, dan risalahnya, Risalah Nuriyah, punya kader yang masih dalam
mentoringnya langsung, yaitu Dr. Necmetting Erbakan, dengan Partai Refah-nya,
mantan PM Turki yang akhirnya terjungkal oleh militer, digantikan oleh Tanshu
Ciller, dan hingga akhir hayatnya, dilarang terjun ke politik. Namun, Erbakan
ini punya 11 binaan yang dipersiapkan untuk terjun ke politik praktis, dan 2
diantaranya adalah Abdullah Gul ( Presiden Turki sekarang) dan Recep Thayyip
Erdogan ( PM Turki sekarang), yang mendapatkan amanah kepemimpinan dengan
partai baru, Partai Keadilan dan Persatuan.
Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Abdul
Latief, dan Fadel Muhammad, adalah kader Golkar, yang sengaja dibentuk semenjak
masih di bangku kuliah ITB untuk mengendalikan sektor riil Indonesia, dengan
suatu saat nanti mengendalikan asosiasi dagangnya, yaitu KADIN. Mereka terkenal
dengan sebutan “Grup Gelapnyawang”, murobinya, pasti semua kenal, Ginanjar
Kartasasmita, Ketua DPD RI sekarang.
Tahu teman satu mentoring-nya Einstein ? Ya,
Schrodinger! Dan tahu nama komunitas diskusinya ? Ya, The Royal Society, yang
sudah ada semenjak Sir Isaac Newton hingga Stephen Hawking sekarang.
Tahu Dawam Rahardjo ? Semenjak mudanya, dia
punya halaqoh sendiri, dengan teman- temannya yaitu Ahmad Wahib ( Alm) dan
Mukti Ali. Ketiganya, gencar hingga sekarang mengkampanyekan “pembaharuan
Islam”
Jadi Kenapa Mentoring ? Jawaban Logis-
Rasional- Kuantitatif !
Baik, itu pertanyaan favorit, ini jawabannya
:
Karena dengan mentoring, maka kamu akan
mengalami Akselerasi/ Percepatan Kedewasaan.
Jawaban Yang Tidak Logis, Apa Maksudnya ?
Kedewasaan Apa Konkretnya ?
Konkretnya ? Baik ini contoh tersegmen :
Kedewasaan Ilmu
Jika ingin mendapatkan akselerasi kedewasaan
dalam memahami dan menerapkan ilmu kamu di kampus, kamu harus ngementor dengan
dosennya, di luar jam kuliah. Bikin kelompok kecil dengan 1 dosen sebagai
mentor di rumahnya,jangan nunggu TA, kelamaan, keburu lulus ! Kenapa ? Karena
ruangan kuliah terlalu sempit untuk mengetahui aspek teknis- taktis dari
keilmuan kita. Jika memang benar- benar mau memiliki kemampuan berpikir
strategis ala anak S1 dan bergerak taktis- teknis ala anak D3, maka, ajak
seorang dosen untuk mentoring, curi semua ilmunya dan kamu akan mengalami
akselerasi ilmu yang jauh berlipat, kamu bisa punya kemampuan setara doctor
atau peneliti sebelum berusia 25 tahun! Luar biasa bukan mentoring itu ?
Kedewasaan Bisnis
Maksudnya ? Ya, biasanya, orang punya ide
luar biasa untuk terjun ke sektor riil, namun bingung mulai dari mana, tidak
ada modal, tidak ada jaringan, dll. Nah, dengan mentoring bisnis ini, kamu bisa
mendapatkan ilmu luar biasa, bahwa ternyata, bisnis besar bisa dimulai dengan
tanpa modal! Bahwa jaringan itu bukan hal yang sulit! Dan, kamu bisa mendirikan
perusahaan berbasis kompetensi kuliah kamu, seperti halnya Steve Jobs, atau
Michael Dell, sebelum berusia 25 tahun ! Nah, luar biasa bukan efek dari
mentoring itu ?
Kedewasaan Psikologis
Maksudnya, apa lagi ? Hm, menjadi jenius
bukan berarti terus jadi asosial loh. Jarang bergaul dan susah berinteraksi,
seperti Steve Nash di Film A Beautifil Mind, sampai kena Skizofrenia segala !
Sudahlah, cobalah untuk bisa paham bahwa karakter manusia itu beragam, ada yang
sensitive, agresif, ekspansif, bahkan arogan segala! Tahu kan, biasanya orang
asosial punya kecenderungan bunuh diri tinggi, bahkan suka gagal dalam
membangun karir dan relasi. So, mau cepet dewasa dalam menyikapi permasalahan
hidup ? Yuk, mentoring.
Kedewasaan BerIslam
Ah, kamu pasti tidak mau disebut fanatik kan
? Fanatisme berlebihan terjadi karena dogmatis yang tanpa ada diskusi dan
interpretasi. Islam tidak seperti itu, kita diberikan kesempatan untuk bertanya
seluas dan sedalam mungkin, kita bahkan ditantang untuk membuktikan kebenaran
Islam dalam Al Quran, dan percayakah kamu, Malaikat saja bertanya !
Mempertanyakan kepemimpinan manusia di bumi ? Dan, mereka tidak disebut Allah
dengan kurang ajar loh. So, ,mau menjadikan Islam sebagai sebuah gaya hidup ?
Setelah kamu jadi peneliti, pengusaha, hingga dosen, kamu akan kehilangan ruh
dan karakter kuat manakala tidak punya prinsip yang kuat, dan saya yakin, Islam
adalah prinsip hidup yang paling nyaman dan menyenangkan buat manusia, mau
mentoring ? Yuuuk……
Intinya, dengan mentoring, kamu bakalan lebih
cepat mengalami kedewasaan, mengenali potensi kemanusiaan kamu, hingga menata
hidup kamu lebih baik, bukan Cuma buat kamu sendiri, tapi juga buat lingkungan
sekitar kamu…Asyik kan?
Sumber Referensi :
PENTINGNYA MENGENAL
ALLAH
A. TUJUAN
Peserta memahami makna dan maksud dari
ma'rifatullah.
Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya
ma’rifatullah.
Peserta mengetahui jalan-jalan untuk mengenal
Allah.
Peserta mengetahui hal-hal yang menghalangi
ma’rifatullah.
B.
METODE PENDEKATAN Ceramah dan diskusi.
C. RINCIAN BAHASAN
Makna Ma'rifatullah
Ma'rifatullah
berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui,
mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah
tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).
Pentingnya Mengenal Allah
Seseorang
yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak
tertipu oleh dunia .
Ma’rifatullah
merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Hakikat
ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah
ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami
Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan
manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122].
Berilmu dengan ma’rifatullah sangat
penting karena:
a) Berhubungan dengan obyeknya, yaitu
Allah Sang Pencipta.
b)
Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh
keberuntungan dan kemenangan.
Jalan untuk mengenal Allah
1. Lewat akal:
Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
-
fenomena
terjadinya alam (52:35)
-
fenomena
kehendak yang tinggi(67:3)
-
fenomena
kehidupan (24:45)
-
fenomena
petunjuk dan ilham (20:50)
-
fenomena
pengabulan doa (6:63)
-
keindahan
Al-Qur' an (2:23)
-
pemberitahuan
tentang umat yang lampau [9:70]
-
pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang
(30:1-3, 8:7, 24:55)
2.
Lewat
memahami Asma’ul Husna:
-
Allah sebagai
Al-Khaliq (40:62)
-
Allah sebagai
pemberi rizqi (35:3, 11:6)
-
Allah sebagai
pemilik (2:284)
-
dll.
(59:22-24)
Hal-hal yang menghalangi
ma’rifatullah
Kesombongan (QS 7:146; 25:21).
Dzalim (QS 4:153) .
Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .
Dusta
(QS 7:176) .
Membatalkan janji dengan Allah (QS
2:2&-27) .
Berbuat kerusakan/Fasad .
Lalai (QS 21:1-3) .
Banyak
berbuat ma’siyat .
Ragu-ragu (QS 6:109-110)
Semua sifat diatas
merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati.
Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan
telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS 2:6-7).
Sumber Referensi :
1. Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu.
2. Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah.
MARI MENGENAL RASUL
A. TUJUAN
Peserta memahami makna risalah dan rasul
Peserta memahami kewajiban beriman kepada
rasul
Peserta mengetahui tugas para rasul
Peserta mengetahui sifat-sifat rasul
B. METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
C. RINCIAN BAHASAN
Makna Risalah dan Rasul
Risalah: Sesuatu yang
diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur
kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasul: Seorang laki-laki
(21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya
dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.
Pentingnya iman kepada Rasul
Iman kepada para rasul
adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin
kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan
hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
Juga tidak dianggap
beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak
membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)
Tugas para rasul
1.
Menyampaikan (tablig)
[5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa:
Ma'rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah)
.
Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah]
Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)
2.
Mendidik dan Membimbing [62:2]
Sifat-sifat para rosul
1. Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]
2. Ma'shum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]
3.
Sebagai suri teladan [33:2l,
6:89-90]
Sumber Referensi :
1.
Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah
Seorang Muslim, hal. 60-71 Al-Asyqor;
2.
Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka
Mantiq.
MARI MENGENAL ISLAM
A. TUJUAN
Peserta mengetahui pengertian diin menurut
Al-Qur'an
Mengetahui perbedaan dienullah dan dien ghoiru
dienullah
Mengetahui kesempurnaan ajaran Islam sehingga
berusaha mengamalkan dan mempelajarinya.
B.
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
C. RINCIAN BAHASAN
Ad-dien menurut Al-Qur’an
Dienullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh
semua Rosul dan nabi untuk
keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).
Dienul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih
dari satu (QS. 48;28) hasil rekayasa
pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli).
Ciri-ciri dienullah/dienus-Samaawi
Bukan
tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh
manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan
menciptakan.
Memiliki kitab suci yang bersih dari campur
tangan manusia.
Konsep
tentang Tuhannya adalah Tauhid.
Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah
dengan perubahan masyarakat penganutnya.
Kebenarannya universal dan sesuai dengan
fitrah manusia.
Ciri-ciri dienul ardli :
Tumbuh
dalam masyarakat.
Tidak
disampaikan oleh Rosul Allah.
Umumnya tidak memilki kitab suci, walaupun ada
sudah mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah.
Konsep
Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll.
Ajarannya
dapat berubah-ubah sesuai
dengan perubahan
masyarakat penganutnya .
Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu
tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan.
Pengertian Islam secara Ethimologi/
Bahasa :
Tunduk
patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].
Damai
(as-silm) .
Bersih
(as-saliim)
Aturan
Illahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup
mereka di dunia dan akhirat..
Ajaran
lslam:
a.
Sesuai fitrah manusia QS. 30;10 Kepentingan
seluruh manusia QS 34;28
b.
Rahmat
seluruh alam QS 21;107
c.
Untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179
d.
Sangat
sempurna QS. 5:3
REFERENSI
1.
Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin
BERSUCI
ITU KEREN!
Tujuan :
1.
Peserta memahami
Thaharah secara umum;
2.
Peserta dapat
memahami tata cara wudhu dan mandi wajib berdasarkan ajaran Islam.
Pada dasarnya,
thaharah (bersuci) tidak terlepas dari air yang digunakan untuk bersuci dan
kotoran (dalam hal ini najis) yang ingin dibersihkan. Oleh karena itu, artikel
ini memaparkan secara sederhana mengenai hukum air, macam-macam najis,
bagaimana cara membersihkan najis, dan bagaimana adab-adab buang hajat. Semoga
bermanfaat.
Hukum Air
Empat macam air itu adalah:
1. Air Muthlaq, seperti air hujan, air sungai, air laut;
hukumnya suci dan mensucikan
2. Air Musta’mal, yaitu air yang lepas dari anggota tubuh
orng yang sedang berwudhu atau mandi, dan tidak mengenai benda najis; hukumnya
suci seperti yang disepakati para ulama, dan tidak mensucikan menurut jumhurul
ulama
3. Air yang bercampur benda suci, seperti sabun dan cuka,
selama percampuran itu sedikit tidak mengubah nama air, maka hukumnya masih
suci mensucikan, menurut Madzhab Hanafi, dan tidak mensucikan menurut Imam
Syafi’i dan Malik.
4. Air yang terkena najis, jika mengubah rasa, warna,
atau aromanya, maka hukumnya najis tidak boleh dipakai bersuci, menurut ijma’.
Sedang jika tidak mengubah salah satu sifatnya, maka mensucikan, menurut Imam
Malik, baik air itu banyak atau sedikit; tidak mensuciakn menurut Madzhab
Hanafi; mensucikan menurut Madzhab Syafi’i jika telah mencapai dua kulah, yang
diperkirakan sebanyak volume tempat yang berukuran 60 cm3. Su’r (sisa) yaitu
air yang tersisa di tempat minum setelah diminum:
1. Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia
seorang kafir, junub, atau haidh.
2. Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya, hukumnya
suci.
3. Sisa keledai dan binatang buas, juga burung, hukumnya
suci menurut madzhab Hanafi.
4. Sedangkan sisa anjing dan babi, hukumnya najis menurut
seluruh ulama
Najis dan Cara
Membersihkannya
A. Najis
Najis adalah kotoran yang wajib
dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena.
Macam najis:
1. Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal
dagingnya, telah disepakati para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal
dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i; dan suci
menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
2. Madzyi, yaitu air putih lengket yang keluar ketika
seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya.
3. Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air
kecil.
4. Darah yang mengalir. Sedangkan yang sedikit di-ma’fu.
Menurut madzhab Syafi’i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima’fu jika secara
umum dianggap sedikit.
5. Anjing dan babi
6. Muntahan.
7. Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan
hewan yang tidak berdarah mengalir.
B. Menghilangkan
najis
Jika ada najis yang
mengenai badan, pakaian manusia, atau lainnya, maka wajib dibersihkan. Jika
tidak terlihat, maka wajib dibersihkan tempatnya sehingga dugaan kuat najis
telah dibersihkan. Sedangkan pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing,
wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu.
Sedangkan sentuhan
anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara
pembersihan yang biasa . Sedang najis sedikit yang tidak memungkinkan
dihindari, hukumnya dimaafkan. Demikianlah hukum sedikit darah dan muntahan.
Diringankan pula hukum air kencing bayi yang belum makan makanan, hanya cukup dengan
diperciki air.
Rukun wudhu ada enam
:
1. Membasuh muka dan termasuk berkumur-kumur dan
beristinsyaq,
2. Mencuci kedua tangan sampai dua siku,
3. Membasuh seluruh kepala dan termasuk darinya dua
telinga,
4. Mencuci atau membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki,
5. Tertib,
6. Terus-Menerus berkelanjutan (tidak putus),
Disunnahkan
untuk mengulangi membasuh muka, kedua tangan dan kedua kaki sebanyak tiga kali.
Begitu juga dengan berkumur-kumur dan istinsyaq, yaitu memasukkan air kedalam
hidung kemudian mengeluarkannya. Dan yang wajib dari wudhu tersebut adalah
dibasuh satu kali. Adapun mengusap kepala, maka tidak disunnahkan untuk
diulangi sebagaimana yang diterangkan oleh hadits-hadits yang shahih.
Fardhu (rukun) mandi besar ada dua, yaitu niat dan
mengguyur rata badan dengan air.
Pertama: Ayat yang menerangkan tentang mandi wajib
sudah menjelaskan pula tentang rukun mandi.
وَإِنْ
كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
“Dan
jika kamu junub maka mandilah …” (QS. Al-Maidah: 6).
Dalam ayat ini tidak dikhususkan satu anggota tubuh dari anggota
lainnya. Akan tetapi, Allah jadikan bersuci untuk seluruh badan.
Tata cara mandi adalah dengan mengguyur seluruh badan luar dengan air,
termasuk pula bagian bawah rambut, baik rambut yang tipis maupun yang tebal.
Mandi dilakukan dengan membasuh atau mencuci, bukan mengusap.
Kalau
kita lihat dalam hadits di antaranya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
ثُمَّ
يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ
“Kemudian
beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i, no. 247.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu
Hajar Al-Asqalani mengatakan,
هَذَا
التَّأْكِيد يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ عَمَّمَ جَمِيع جَسَدِهِ بِالْغُسْلِ
“Penguatan
makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke
seluruh tubuh.” (Fath Al-Bari, 1: 361)
Jadi
kalau ada yang bertanya tata cara mandi yang ringkas adalah cukup mengguyur air
pada seluruh badan, tanpa memulai dengan wudhu. Itu sudah memenuhi rukun dalam mandi
junub.
Kedua: Tata cara mandi yang lengkap diterangkan
dalam dua hadits berikut.
عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله
عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ،
ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ
فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ
ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi
junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian
beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan
jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian
menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya
sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR.
Bukhari, no. 248 dan Muslim, no. 316)
Dalil
lainnya,
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا
مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى
شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ
مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ
ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ
فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa
Maimunah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku pernah
menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua
kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada
telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau
menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan
air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian
beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu
beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di
tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari, no. 265 dan Muslim, no. 317)
Dua cara mandi seperti disebutkan dalam dua hadits di atas dibolehkan.
Yaitu kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu,
setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam
riwayat ‘Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai
berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua
tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki
dicuci terakhir.
Boleh saja bagi muslim menggunakan air panas atau air dingin
sesuai yang ia anggap maslahat untuk dirinya. Dalam masalah ini begitu longgar
untuk memilih. Ingatlah, Islam adalah agama yang memberi kemudahan. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 185)
Semoga bermanfaat, Allah senantiasa
beri taufik dan hidayah.
Sumber Referensi :
THE
BEST 10
Tujuan :
1.
Peserta mengetahui 10 Sahabat yang dijamin masuk
Surga;
2.
Peserta terinspirasi dengan Sosok serta kisah 10
Sahabat yang dijamin masuk Surga.
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang
petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan
mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)
Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk
surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau
adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar
juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian
beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat
ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari
dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu
dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama
kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya
dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur
63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau
adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang
sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam,
Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak
ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai
Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan
perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya,
Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan
Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau
meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu
Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid
Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah
ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan
wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian
disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga
menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau
meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan
di Baqi’.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan
khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya
didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup
bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi
Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam
dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain
Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw
sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau.
Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi
Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Memeluk
Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke
Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal
dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti
Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan
musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu
perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan
dikuburkan di Baqi’.
8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam
sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama
Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan
musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.
9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk
Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan
bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur
72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam
bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan
mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di
urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini
masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.
Sumber
Referensi :
INDAHNYA
AKHLAKUL KARIMAH
Tujuan :
1.
Peserta dapat memahami apa itu akhlakul karimah;
2.
Peserta mampu menerapkan Akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari.
Akhlakul karimah merupakan manivestasi
keimanan dan keislaman paripurna seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam
pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada
nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul
karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih
belum menerima wahyu, beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka
Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah
usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak
untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau
meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu,
masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama
mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak
merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang
remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata
masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan
memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa
sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia,
masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam
membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah.
Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat
garang, simpati daripada benci.
Dalam konteks sederhana, orang
berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia
katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta
yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya
menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia
akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya karena
gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka,
tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja
yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam.
Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter
dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia
maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan
pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih
penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen
bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan
toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai
persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan
teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal
jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.
Sumber Referensi :
KEUTAMAAN AL-QUR'AN
Tujuan :
1. Peserta memahami tentang keutamaan
Al-Qur'an;
2. Peserta termotivasi untuk terus
memuliakan Al-Qur'an.
[1] al-Qur’an adalah Cahaya
Cahaya yang akan menerangi perjalanan
hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an
dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di
dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak
mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami
jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk
siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS.
asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan
sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala
kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling
agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat
bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-‘Ilmu,
Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada
kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian
cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman,
Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun
orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka
dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan
dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang
banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat
keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata
mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam
kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka
Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan
yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-‘Ilmu,
Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
[2] al-Qur’an adalah Petunjuk
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Alif lam mim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun
keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah:
1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka
akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat
al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada
hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah
mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi Allah
pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS.
an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah
memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan
ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan
tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas
(lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari
mengikuti petunjuk Allah ialah:
- Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
- Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
- Mematuhi perintah,
- Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah
ar-Risalah)
[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada
kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada
di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat
meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga
mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan
untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas
derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya
di antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih
sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan
Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di
sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa
at-Taubah wa al-Istighfar [2699])
[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak
Akan Merugi
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan
mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan
suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk
mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan
kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang
sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi
kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah
kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan
surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh
(musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di
dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji
selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang
kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS.
at-Taubah: 111)
[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia
menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di
‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar
mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah
yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’
menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa
itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang
tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu
mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’
menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa
jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun
Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda, “Sesungguhnya
Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia
akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab
Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari
dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])
[6] al-Qur’an dan Hasad Yang
Diperbolehkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu oleh
Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang malam dan siang
maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata, “Seandainya aku
diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan
beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah
berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan yang benar
kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang
diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia
lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])
[7] al-Qur’an dan Syafa’at
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah
al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan
syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat
al-Musafirin [804])
[8] al-Qur’an dan Pahala Yang
Berlipat-Lipat
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu
kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku
tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf,
Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab
Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)
[9] al-Qur’an Menentramkan Hati
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa
tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah
maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullahmenyebutkan
bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah
mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan
bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di
dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan
menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)
[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan
Umat
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian
berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika
kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS.
an-Nisaa’: 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali
kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul
adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada
Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis
Sunnah, hal. 14)
[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh
as-Sunnah
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya
kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan
mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia
telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada
diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS.
al-Ahzab: 21)
Mak-hul berkata, “al-Qur’an
lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada
al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13).
Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an
dan menjelaskannya.”(lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13).
Sumber Referensi :
PEMUDA & PERUBAHAN
Tujuan :
1. Peserta menyadari peran penting
Pemuda;
2. Peserta menyadari bahwa pemuda adalah
salah satu aset besar menuju perubahan.
Pemuda tentunya memiliki peran strategis dalam
merencanakan dan menentukan perjalanan kehidupan manusia ke depan bahkan
kehidupan sebuah bangsa dan peradabannya. Sejarah telah membuktikan ungkapan
ini, dimana dalam setiap perubahan, pemuda menjadi garda terdepan dan martir
yang siap dilesatkan. Tidak berlebihan jika ada sebuah ungkapan yang menyebut
bahwa generasi muda sebagai generasi pendobrak. "Mereka dikenal sebagai remaja masjid dan pemuda masjid pada
masanya. Mereka telah melakukan pendobrakan dalam proses transformasi budaya
islam dengan mengadakan revolusi budaya, yaitu revolusi budaya busana muslimah
menurut ketentuan Al-Qur'an dan As-Sunnah."
Peran pemuda dalam memimpin dan mengubah peradaban tidak
hanya terjadi masa-masa sekarang saja, tetapi sudah menjadi ketentuan Allah
dalam menjaga keberlangsungan Syari'atNya. Kisah Pemuda Kahfi menjadi pelajaran
langsung yang telah di abadikan oleh Allah dan menjadi ilham bagi para
penghasung risalahNya untuk mendidik dan merangkul kaum muda, Firman Allah SWT.
"Kami ceritakan kisah mereka
kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka
dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk". (Q.S.Al-Kahfi:13)
Ini menjadi fakta yang tidak menyalahi ciri kebangkitan
suatu kaum dalam sejarah kebangkitan umat manusia sepanjang kehidupannya di
dunia. Sejak dulu hingga sekarang dan dimasa yang akan datang, Pemuda selalu
menjadi ciri dan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan
pengibar panji-panjiannya. Inilah aset utama umat islam. Selama aset utama itu
ada, maka harapan akan tegaknya Islam di muka bumi ini senantiasa bersemayam
dalam jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan. Hasan Al-Banna menceritakan kisah
harapan itu setelah melanglang buana mengamati kondisi utama sampai beliau pada
sebuah kesimpulan : "Umat harus
kembali bangkit. Namun, aset umat kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali
satu. Itulah Pemuda."
Sumber
Referensi :
1. Budi
Wiyarno, Dakwah Kampus di Era Baru, Taman Pena, Yogyakarta : 2015.
URGENSI DAKWAH PEMUDA
Tujuan :
1. Peserta memahami tentang tugas penting
amar ma'ruf nahi munkar;
2. Peserta memahami tugas penting pemuda
yaitu berdakwah.
"Setiap masa mempunyai cara
tersendiri dalam menulis, sejalan dengan cara penduduk masa tersebut dalam
memahami dan mempelajari sesuatu. Karenanya, harus ada pembaruan sejalan dengan kemajuan akal
manusia dan perubahan metode riset, berpikir, dan mengambil kesimpulan. Untuk
menjawab perubahan dan kemajuan tersebut tidak cukup hanya dengan kata-kata
yang keluar secara refleks, atau ceramah yang membangkitkan perasaan, atau
kata-kata yang dapat mengobarkan emosi. Akan tetapi para aktivis dakwah
berkewajiban memberikan gambaran kepada manusia dengan gambaran yang logis, cermat,
dan jelas; yang dibangun di atas kaidah-kaidah riset ilmiah; dan membeberkan
kepada ,amusia cara-cara yang aplikatif dan produktif yang telah mereka
persiapkan untuk mewujudkan apa yang di inginkan; dan agar dapat mengatasi
tantangan yang akan mereka hadapi, maka hal-hal di atas harus ada dalam
perjalanan dakwah." (Risalah Da'watuna fi Thaurin Jadid,
Hasan Al-Banna).
Tugas menegakkan amar makruf nahi munkar merupakan
sesuatu yang sangat fundamental dalam Islam. Melalui tugas inilah, Allah SWT
menyeleksi kehidupan ini menjadi hitam dan putih, menjadi benar dan salah,
menjadi berserah dan berserak, menjadi Islam yang berlandaskan syukur dan jahil
yang mencerminkan kufur. Melalui tugas ini pula, Allah SWT memberikan gelar
kepada umat ini khaira'ummah (umat terbaik) (Ali-'Imran : 110). Umat terbaik
disisi Allah, Umat terbaik di sisi manusia, dan umat terbaik bagi alam semesta.
Biasanya sesuatu yang terbaik itu, dalam sisi kemanusiaan dan kehidupan, akan
selalu dijadikan rujukan. Maka kemudian Umat Islam dikenal pula sebagai umat
pertengahan (Al-Baqarah : 143, Al-Hujurat : 9-10). Hal ini muncul karena tabiat
amar makruf nahi munkar akan selalu melahirkan sikap adil dan wara', disamping
ketegasan, kelembutan, dan kejujuran. Kesemuanya adalah syarat untuk menjadi
umat pertengahan, menjadi hakim kehidupan, juga prasyarat kepemimpinan umat
manusia dan alam semesta.
Tugas amar makruf nahi munkar ini hidup dalam keseluruhan
risalah Islamiyah. Dia adalah ruh yang menjiwai islam kita, energi yang
membentuk keberislaman kita, dan senjata yang menjadikan Islam ini dapat tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan. Tugas
ini tumbuh bersama tumbuhnya Islam dan berkembang bersama perkembangannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sejarah Islam sesungguhnya tidak lain adalah
sejarah amar makruf nahi munkar. Hal ini terbukti, dan dapat ditelusuri dengan
menelaah lembaran sejarah yang ada.
Konsep amar makruf nahi munkar ini hidup dalam tubuh
Islam dan Umat Islam. Konsep ini akan kita temukan dalam aqidah, ibadah,
syariah, dan akhlak. Begitupun dalam muamalah. Konsep ini merasuk dalam
kehidupan jihad Islam, Hijrah, ketatanegaraan bernapaskan Islam, bidang sosial,
nilai budaya dan pendidikan, etika, bidang ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, tata perilaku kemasyarakatan, dan kehidupan individu.
Konsep amar makruf nahi munkar ini dalam Islam
diterjemahkan kedalam terminologi dakwah. Dakwah merupakan usaha mendorong
manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dakwah pun dapat diartikan sebagai upaya memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan
petunjuk, dan melakukan amar makruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan
kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat. Toha Yahya Oemar mengartikannya
sebagai mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar dan
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan
akhirat. Ibnu Taimiyah mengartikan bahwa dakwah kepada Allah ialah mengajak
orang lain untuk beriman kepadaNya dan ajaran yang dibawa oleh RasulNya, dengan
membenarkan informasi yang mereka bawa dan menaati apa yang mereka perintahkan.
Pemuda yang merupakan iron stock peradaban adalah SDM
yang sangat mungkin untuk mengambil peran ini, menjaga nyala api semangat
perubahan, menggelorakan semangat dalam relung jiwa dan aksi, pentingnya peran
ini harus segera di ambil alih dan digerakkan oleh para pemuda. Oleh karena itu
Pemuda ibarat ruh bagi Tugas mulia ini, yang menjadi engineer perubahan dan
pergerakkan, membebaskan kejahilan menuju intelektualitas, dakwah adalah tugas
mulia yang harus di ambil alih oleh para pemuda melintasi zaman. Pemuda yang
terus menerus belajar, tanpa pengalaman masa lalu, pemuda lebih cenderung
melakukan eksperimen-eksperimen lapangan yang berani dan inovatif. idi
tengah-tengah zaman ketidakpercayaan ini, pemuda harus maju tampil di panggung,
bukan panggung ratapan, menjadi yang terbaik diantara pemuda-pemuda
non-produktif adalah sebuah kemuliaan, menjadi trend-setter kebaikan di
tengah-tengah kemalasan kaum muda adalah misi yang harus dihadapi dengan
kesabaran dan semangat pantang menyerah, untuk perubahan yang lebih baik itulah
urgensi dakwah bagi pemuda.
Sumber Referensi :
3.
Ahmad
Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.
KONSEP DAKWAH PEMUDA
Tujuan :
1. Peserta memahami makna dakwah;
2. Peserta memahami makna dakwah islam;
3. Peserta memahami konsep dakwah pemuda.
Dakwah berasal dari kata da'a, yad'u yang berarti
panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan Da'awa sendiri merupakan unsur yang
bermakna mengajak, meminta, memanggil, dan menyeru. Dakwah secara makro, dalam
bahasa Muhammad Ali Azis, berarti berupaya melakukan pembebasan umat manusia
secara fundamentalis, yaitu aktualisasi teologis (iman yang dimanifestasikan
dalam sistem kegiatan dalam bidang sosial kemasyarakatan). Sesungguhnya, yang
perlu kita pahami tentang esensi dakwah adalah bahwa sesungguhnya dakwah
merupakan sebuah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia individu maupun
kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Situasi
yang lebih baik yang dimaksud dalam keberislaman setelah kejahilan, kesyukuran
setelah kekufuran, kesadaran setelah kelupaan, dan kesempurnaan setelah
kekurangan.
Jika ditelaah lebih lanjut kita dapati bahwa dakwah Islam
yang dimaksud memenuhi tiga pengertian pokok mendasar, yaitu,; proses
penyampaian agama dari seseorang kepada orang lain, penyampaian dari amar
makruf nahi munkar, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu
individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh ajaran
dinul islam. Sedangkan tabiat inti yang kita pahami sebagai dasar dalam memulai
langkah perjalanan dakwah, sehingga kita mampu bersiap menghadapi perjalanan
ini dan menentukan bekal-bekal yang tepat adalah; bahwa sesungguhnya dakwah
memiliki tiga karakteristik mendasar; yaitu thulut thariq (panjang jalannya),
katsirul'aqabat (banyak timpaannya), dan qilatur rijal (sedikit orangnya).
Dakwah merupakan sesuatu yang menjadi tuntutan dari
keberislaman kita. Islam yang kita anut ini tidak dapat dipisahkan dari
kewajiban untuk menyebarkannya. Baik dengan perbuatan, lisan, tulisan, maupun
dengan hati. Di manapun kita berdiri kini, di bumi manapun Allah memberikan napas
kehidupan bagi kita kini, bagaimanapun keadaannya, seperti dan jadi apapun
kita, peran dakwah adalah peran paling urgen dalam kehidupan kita. Dia adalah
dimensi strategis yang mesti hidup dalam kehidupan kita, nuansa filosofis yang
mesti melekat dalam perjalanan kita, dan warna ideologis yang mencerminkan
siapa kita.
Dakwah merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam
kehidupan umat manusia. Karena dakwah merupakan sebuah upaya perubahan manusia,
baik berubah maupun mengubah, baik secara individu maupun kolektif, dari
situasi yang tidak baik (atau kurang baik) kepada situasi yang lebih baik. Dakwah
dalam Islam dilaksanakan pada setiap zaman, dikerjakan di setiap tempat,
dilaksanakan dalam kondisi apapun, pada setiap waktu dan oleh setiap generasi.
Dari zaman para Rasul sampai kita hari ini.
"Akan selalu ada dari umat ini,
segolongan umat yang akan senantiasa menegakkan urusan (dakwah islam) ini.
Orang-orang yang mendustakan mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada
mereka. Demikian pula halnya orang-orang yang memusuhi mereka. Demikianlah
keadaannya sampai datangnya urusan Allah dan mereka meraih kemenangan atas
manusia." (HR.Bukhari
Muslim).
Konsep Dakwah Pemuda tegak atas manhaj Da'wah Ammah
Harakatudh Dhagirah, yakni dakwah yang bersifat umum dengan aktifitas terbuka
dan nyata. Pemahamannya adalah bahwa ia merupakan dakwah yang terbuka untuk
seluas mungkin civitas akademik di lingkungan sekolah/kampus dengan aktivitas
dakwah yang riil dan nyata manfaat serta dampaknya bagi kehidupan sekolah/kampus.
Pada tataran operasionalnya manhaj, konsep dakwah pemuda diletakan
pada lima landasan :
1.
Aqidah
yang bersih;
2.
Sumber
yang jelas;
3.
Perubahan
bertahap dan menyeluruh serta menyentuh semua aspek kehidupan;
4.
Perbaikan
berkelanjutan;
5.
Menjauhi
perselisihan dan menjunjung persatuan serta ukhuwah Islamiyah.
Sumber Referensi :
1.
Ahmad
Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.
2.
Budi
Wiyarno, Dakwah Kampus di Era Baru, Taman Pena, Yogyakarta : 2015.
KESEIMBANGAN
Tujuan :
1. Peserta memahami tentang keseimbangan
dalam diri manusia;
2. Peserta memahami unsur-unsur yang
menyusun keseimbangan dalam diri manusia.
Allah menciptakan segalanya dalam keseimbangan. Dengan itu ia tetap
indah, selaras, harmonis dan lestari. Sebagaimana makhluk yang lain, manusia
juga diciptakan dengan fitrah keseimbangan. Apabila berada pada fitrah
keseimbangan ini ia disebut sebagai orang yang hanif [lurus].
Manusia sebagai individu tersusun dari
unsur jiwa, akal dan jasad. Masing-masing membutuhkan sentuhan dan pemenuhan
kebutuhan secara wajar dan proporsional. Kurang dalam memberikan sentuhan dan
pemenuhan akan menyebabkan kekerdilan yang berakibat munculnya ketidakseimbangan.
Sebaliknya berlebihan dalam pemenuhan dan sentuhan terhadapnya juga akan
menyebabkan terabainya dan terlalaikannya bagian lain. Kekurangan maupun
berlebihan dalam memberikan hak-haknya akan menyebabkan terjadinya
ketidakwajaran.
Ruh
[jiwa]
Kesehatan jiwa sangat mempengaruhi kesehatan fisik.
Karena itu sentuhan dan pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa juga tidak boleh
diabaikan. Rasulullah saw. mengatakan bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging,
apabila ia sehat maka sehatlah seluruh tubuhnya dan jika ia sakit maka sakitlah
seluruh tubuhnya. Segumpal dagin itu adalah hati. Kebutuhan jiwa adalah kedekatannya
kepada Allah yang telah menciptakan dan memberikan jaminan kepadanya. Karena
itu santapan ruhani adalah dzikir. Dengan dzikir hati akan menjadi tenang.
Keresahan, kegelisahan, dan kegundahan hanya terjadi manakala hati tidak
berdzikir kepada Allah. Pada kondisi yang parah, jiwa akan mengalami stress dan
depresi bahkan sinting dan gila.
Akal
Sebagaimana fisik, akal juga membutuhkn pemenuhan
kebutuhan secara wajar dan proporsional. Kalau daya tampung dan kebutuhan tubuh
terbatas, kebutuhan dan kapasitas akal dapat dikembangkan lebih dari kemampuan
fisiknya. Karena itu rakus terhadap materi merupakan sifat tercela. Sebaliknya
rakus terhadap ilmu dan hikmah adalah sifat terpuji. Pemenuhan kebutuhan akal
dilakukan dengan cara belajar mencari ilmu, tadabbur ayat-ayat quliyah, dan
tafakkur ayat-ayat kauniyah.
Jasad
(fisik)
Sel-sel, organ-organ tubuh, dan fisik menusia menunjukkan
keseimbangan yang sangat jelas. Keseimbangan pada fisiknya akan mempengaruhi
keindahan dan kesehatan fisik itu sendiri dan juga psikis. Karena itu ia harus
menjaga keseimbangan fisiknya dengan memberikan sentuhan dan pemenuhan
kebutuhannya secara seimbang. Jasad membutuhkan pemenuhan berupa makanan,
minuman, gerak dan istirahat. Makanan dan minuman yang ia konsumsi juga harus seimbang
sesuai dengan kebutuhan. Seimbang dalam makanan meliputi kuantitas dan
kualitasnya. Kuantitas makanan disesuaikan dengan kebutuhan, kualitas meliputi
aspek kelengkapan nutrisi dan bobot gizi sesuai kebutuhan.
“Makanlah yang halal dan yang baik [bergizi] dari apa yang terdapat di muka bumi, dan janganlah kamu mengikuti cara-cara setan.” (al-Baqarah: 168)
Apabila fungsi-fungsi fisik normal, kelebihan makanan dan
nutrisi akan dibuang sia-sia. Termasuk kebutuhan fisik adalah gerak badan
dengan bekerja, berolahraga, menjaga kebersihan diri, tempat tinggal dan
lingkungan hidup.
Ketiga aspek di atas saling terkait dan mempengaruhi.
Terpenuhinya kebutuhan secara seimbang akan membentuk pribadi utuh dan sehat
sehingga ia dapat menunaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Itulah nikmat Allah lahir dan batin.
Sumber Referensi :
PROPHETIC LEADERSHIP
Tujuan :
1. Peserta memahami makna prophetic
leadership;
2. Peserta memahami enam kriteria
Prophetic leadership;
3. Peserta dapat menerapkan prophetic
leadership dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya Prophetic Leadership adalah kepemimpinan yang membebaskan
penghambaan kepada manusia hanya kepada Allah semata. Prophetic Leadership
dapat kita pelajari dari para nabi dalam Al Quran.
Mengetahui apa itu Prophetic Leadership, kita
tidak hanya mempelajari Abu Sejarah keberhasilan para nabi dalam menjadi
pemimpin saja, namun Api Sejarah kepemimpinan para nabilah yang harus kita
dapat dan kita terapkan dalam proses membangun pribadi kita masing-masing, dan
tentunya untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Lalu apa bedanya dengan kepemimpinan pada
umumnya? Tentunya setiap konsep kepemimpinan memiliki kriteria masing-masing.
Prophetic Leadership sendiri memiliki kriteria, dimana suatu kepemimpinan dapat
disebut sebagai Prophetic Leadership bila kepemimpinan itu mengusung 6
kriteria. Enam kriteria ini didasarkan pada pemahaman Al Quran surah Ali Imran
ayat 110 :
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S.Ali-'Imran:110).
Berikut ini 6 kriteria Prophetic Leadership
yaitu :
1. Yang pertama adalah Ta’muruna bil ma’ruf atau Misi
Humanisasi
Maksudnya bahwa Prophetic Leadership pastilah memiliki misi untuk memanusiakan
manusia, istilahnya humanis. Dimana seorang pemimpin yang
menggunakan konsep Prophetic Leadership pastilah memiliki tujuan untuk
mengangkat harkat hidup manusia. Tidak hanya itu, Prophetic Leadership memiliki
tujuan untuk menjadikan manusia bertanggung jawab atas apa yang telah
dikerjakannya,dengan kata lain membangun kesadaran dalam diri masyarakat.
2. Yang kedua, Tanhauna ‘anil munkar atau Misi Liberasi
Maksudnya adalah misi untuk misi membebaskan manusia dari keterpurukan dan
ketertindasan.
3. Yang ketiga, Tu’minunabillah atau Misi Transendensi
Maksud poin ketiga ini adalah adanya kesadaran ilahian dalam diri seseorang,
yang mampu menggerakkan hati dan sikap orang ybs untuk ikhlas terhadap segala
yang telah dilakukan. Apakah teman-teman tahu, bahwa kriteria utama kesuksesan
seorang pemimpin adalah kesadaran akan peran dan fungsinya sebagai khalifah
atau wakil Allah di muka bumi. Karena tanpa adanya visi dan misi keilahian yang
kuat, keberhasilan seorang pemimpin hanyalah keberhasilan semu. Benar bukan?
Jika kriteria pertama sampai ke tiga tadi berhubungan dengan misi Prophetic
Leadership itu sendiri. Maka ciri ke empat hingga ke enam ini berkaitan dengan
pribadi seseorang yang memiliki potensi untuk menerapkan Prophetic Leadership.
Apa saja ciri-ciri itu?
4. Yang ke empat, Seseorang yang berilmu, kuat, dan amanah.
Prophetic Leader haruslah seseorang yang memiliki ilmu. Ilmu yang dimaksud
meliputi pengetahuan dan hikmah yang mampu menjadikan seseorang mampu
memutuskan kebijakan yang tepat, dan sejalan dengan akal sehat dan
sunatullah. Kemudian kekuatan. Bukan hanya kekuatan fisik, namun lebih
kepada kekuatan untuk memegang amanah. Kenapa hal ini penting sekali? Begitu
pentingnya pemimpin yang memiliki kekuatan untuk memegang amanah sehingga hal
ini pernah disinggung oleh Rasulullah saw…Disebutkan dalam Riwayat Imam Muslim,
bahwa suatu hari Abu Dzar Al Ghifariy pernah berkata kepada Rasulullah:“Ya
Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku sebagai penguasa (amil)?”
Rasulullah pun menjawab: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah.
Padahal kekuasaan itu adalah amanah yang kelak di hari akhir hanya akan menjadi
kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak, dan
diserahkan kepada orang yang mampu memikulnya.”Dan terakhir adalah seseorang
yang amanah, yaitu seseorang yang memiliki kredibilitas dan integritas tinggi,
serta dapat dipercaya oleh yang dipimpinnya. Orang ini haruslah tidak mudah
goyah oleh godaan harta, takhta, dan nafsu dalam menjalani amanah.
5. Yang ke lima, Seseorang yang memiliki daya regenerasi.
Dalam sebuah Prophetic Leadership, penting sekali memiliki seseorang yang mampu
mewariskan sifat-sifat Prophetic Leadershipnya. Karena bagaimana mungkin kita
berjuang menegakkan Prophetic Leadership selama kita hidup, namun gagal
mewariskannya? Karena Prophetic Leadership hanya puas ketika mereka dapat
melahirkan generasi penerus yang lebih baik disbanding era mereka.
6. Yang ke enam, Seseorang yang memiliki ketakwaan.
Ketakwaan menjadi unsur penting yang harus dimiliki seorang pemimpin. Sebegitu
pentingnya sifat ini sehingga dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa tatkala
nabi Muhammad saw melantik seorang panglima pasukan atau ekspedisi perang,
beliau berpesan kepada mereka, terutama pesan untuk selalu bertakwa kepada
Allah dan bersikap baik kepada kaum muslim yang bersamanya.
Sumber
Referensi :
MENUJU KEMENANGAN DAKWAH
PEMUDA
Tujuan :
1. Peserta memahami tentang kemenangan
dakwah;
2. Peserta memahami tentang kemenangan
dakwah pemuda serta implikasinya.
"Allah telah
menetapkan: Aku dan Rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi
Mahaperkasa." (Q.S.Al-Mujadilah
: 21).
"Rupanya perjuangan
itu mempunyai insting yang membuat kehidupan senantiasa menjadi kemenangan.
Sebab setiap anak pikiran yang lahir disitu selalu menjadi
penghancur-penghancur kekalahan." (Arsitek Peradaban, Anis Matta).
Dimanapun seorang Muslim sejati berada, Islam menjadi
sesuatu yang akan selalu mereka bawa dan sebarkan. Dakwah adalah pekerjaan
setiap Muslim. Siapa pun, kapan pun, di mana pun, dan bagaimana pun. Itulah
sebabnya seorang Muslim tidak akan pernah menganggur. Seharusnya seorang Muslim
mesti terus produktif, Produktif berdakwah.
Dakwah Pemuda merupakan bagian dari dakwah Islam. Dakwah
Pemuda secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha menyebarkan dan
mengajarkan Islam di kalangan pemuda. Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan
dan mengikuti petunjuk, menyeru kepada kebaikan dan mencegah mereka dari
perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Kemenangan
Dakwah, khususnya kemenangan dakwah pemuda merupakan sebuah keniscayaan.
"Dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir
membencinya." (Q.S.Attaubah
: 32).
Sebuah pilihan yang tidak boleh ditinggalkan. Dakwah
Pemuda harus menang agar kemudian mampu mencapai setiap tujuan yang Dakwah
Pemuda kehendaki. Kemenangan akan selalu menghadirkan ketenangan. Sehingga
dengan kemenangan Dakwah Pemuda, kita akan semakin tenang berdakwah di kalangan
pemuda. Kemenangan pun akan selalu melahirkan kemudahan. Sehingga dengan
demikian kemenangan dakwah Pemuda akan semakin mempermudah kita dalam berdakwah
di kalangan pemuda.
Kemenangan hanya akan didapatkan melalui kekuatan. Karena
itulah Rasulullah SAW. berpesan, "Allah
lebih menyenangi muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Walaupun pada
keduanya masih tetap ada kebaikan."
Kemenangan Dakwah Pemuda harus terjadi di semua lini yang
ada. Kemenangan ini harus terwujud di setiap sisinya. Kemenangan itu harus
terjadi di tataran individu dan institusi. Kemenangan itu mesti terjadi di
tataran ideologis, strategis, taktis, dan teknis. Kemenangan itu terjadi secara
harfiah dan maknawiyah. Kemenangan itu terjadi secara spiritual, mental, moral,
intelektual, emosional, dan fisik.
Kemenangan individu hanya akan terwujud ketika dakwah
pemuda memiliki individu-individu yang kuat. Individu-individu ini kuat secara
ideologis, strategis, taktis, teknis, ruhiah, fikriyah, maknawiyah, dan
jasadiyah. Individu-individu ini terbina dalam tarbiyah yang sehat dan
kaderisasi yang baik. Selain itu kemenangan dakwah pemuda harus pula terjadi di
tataran institusi. Dakwah pemuda mesti memiliki institusi dakwah pemuda yang
kuat. Kuat dengan individu-individu yang kuat, kekokohan soliditas internal,
dan kekuatan hubungan dengan elemen eksternal yang mantap.
Kemenangan dakwah pemuda harus terjadi pada tataran
ideologis, strategis, taktis, dan teknis. Dakwah pemuda mesti memiliki ideologi
yang kuat, strategis yang brilian, taktik yang jitu, dan teknis yang
profesional. Kemenangan dakwah pemuda mesti terjadi di tataran spiritual,
mental, moral, intelektual, emosional, dan fisik. Oleh karenanya, dakwah pemuda
harus memiliki spiritual yang terjamin dan terjaga, mental yang sehat, moral
yang mengagumkan, intelektual yang cerdas, emosional yang baik, dan fisik yang
prima.
Kemenangan ini akan dicirikan oleh penguasaan dakwah
pemuda, gelombang para pemuda yang hijrah akan hakikat kehidupannya di hadapan
Sang Pencipta, gelombang perubahan ini di dorong oleh kejadian penistaan agama
oleh salah seorang oknum beberapa tahun yang lalu. Islam menjadi arus utama,
baik secara opini maupun fisik; penerimaan masyarakat terhadap dakwah yang
digulirkan; dipermudahnya dakwah berjalan pada semua tataran yang ada; tidak
adanya usaha menentang dakwah dari semua elemen terkait; dan setiap pihak
terbiasa mendengar senandung dakwah, intinya, kemenangan dakwah pemuda
merupakan sebuah tujuan yang mulia dan kesuksesan yang sempurna.
Sumber Referensi :
1.
Ahmad
Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.
FIQIH PRIORITAS
Tujuan :
1. Peserta memahami fiqih prioritas
secara umum;
2. Peserta memahami betapa pentingnya
belajar fiqih prioritas dalam menghadapi zaman.
Diantara konsep terpenting dalam fiqih kita sekarang ini ialah
fiqih prioritas. Yang dimaksud dengan fiqih prioritas ialah meletakkan segala
sesuatu pada peringkatnya dengan adil, dari segi hukum, nilai, dan
pelaksanaannya. Pekerjaan yang mula-mula dikerjakan harus didahulukan,
berdasarkan penilaian syari'ah yang shahih, yang diberi petunjuk oleh cahaya
wahyu, dan diterangi oleh akal. Sehingga sesuatu yang tidak penting, tidak
didahulukan atas sesuatu yang lebih penting. Sesuatu yang tidak kuat tidak di
dahulukan atas sesuatu yang kuat. Dan sesuatu yang biasa-biasa saja tidak
didahulukan atas sesuatu yang utama, atau yang paling utama.
sesuatu yang semestinya didahulukan harus didahulukan,
dan yang semestinya diakhirkan harus diakhirkan. Sesuatu yang kecil tidak perlu
dibesarkan, dan sesuatu yang penting tidak boleh diabaikan. Setiap perkara
mesti diletakkan di tempatnya dengan seimbang dan lurus, tidak lebih dan tidak
kurang. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Allah SWT
telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu
jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan
adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (Q.S.Arrahman:7-9).
Dasarnya ialah bahwa sesungguhnya nilai, hukum,
pelaksanaan, dan pemberian beban kewajiban menurut pandangan agama ialah
berbeda-beda satu dengan lainnya. Semuanya tidak berada pada satu tingkat. Ada
yang besar, ada pula yang kecil; ada yang pokok dan adapula yang cabang; ada
yang berbentuk rukun dan ada pula yang hanya sekedar pelengkap; ada persoalan
yang menduduki tempat utama (esensi) tetapi ada pula yang hanya merupakan
persoalan pinggiran; ada yang tinggi dan ada yang rendah; serta ada yang utama
dan ada pula yang tidak utama. Persoalan seperti itu telah dijelaskan di dalam
nas Al-Qur'an, sebagaimana difirmankan Allah SWT :
"Apakah orang-orang
yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan
mengurus Masjid Al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian serta Berjihad di Jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk
kepada kaum muslim yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (Q.S.Attaubah : 19-20)
Para Sahabat Nabi SAW. memiliki antusiasme untuk
mengetahui amalan yang paling utama (atau yang diprioritaskan), untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu banyak sekali pertanyaan
yang mereka ajukan kepada baginda Nabi SAW mengenai amalan yang paling mulia,
amalan yang paling dicintai Allah SWT; sebagaimana pertanyaan yang pernah
dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud, Abu Dzarr, dan lain-lain. Jawaban yang diberikan
Nabi SAW atas pertanyaan itupun banyak sekali.
Barangsiapa yang mau meneliti apa yang dinyatakan didalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang suci dalam masalah ini, maka dia akan menemukan
jawaban atas pertanyaan tersebut, atau penjelasan mengenai hakikatnya. Dia akan
melihat bahwa sejumlah parameter yang berkaitan dengan penjelasan amalan,
nilai, dan kewajiban yang paling utama, paling baik, dan paling dicintai Allah
SWT telah diletakkan di depan kita.
Sumber Referensi :
1.
Yusuf Qardhawi, Fiqih
Prioritas Urutan Amal Yang Terpenting, Dari Yang Penting, Terjemahan,
Drs. Moh. Nurhakim, MA, Gema Insani Press, Jakarta, 2009.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Tujuan :
1. Peserta memahami perkembangan
teknologi di dunia saat ini;
2. Peserta memahami betapa perkembangan
teknologi industri berlangsung secara eksponensial;
3. Peserta memahami revolusi industri dan
bagaimana harus bersikap.
Pertama, kita lihat dulu
definisi dari revolusi industri itu sendiri. Revolusi industri secara simpel
artinya adalah perubahan
besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini tercatat
sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri
yang keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar
dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada
jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.
Lebih detilnya kita harus lihat di setiap revolusi industri, tapi
kasarnya adalah, beberapa hal yang semula begitu sulit, begitu lama, begitu
mahal dalam proses produksi mendadak jadi mudah, cepat, dan murah. Ingat,
Ekonomi membicarakan macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan. Revolusi
industri menurunkan, malah terkadang Menghilangkan beberapa kelangkaan
tersebut, sehingga waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk
mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak jadi bebas, jadi bisa digunakan
untuk hal lain, untuk mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis
mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi kalau ternyata
beberapa kelangkaan menghilang! Nah, kita lihat satu persatu, sesuai urutannya.
Revolusi
Industri 1.0
Revolusi industri pertama adalah yang
paling sering dibicarakan, yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya lalu
digunakannya mesin
uap dalam
proses produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum adanya
mesin uap, kita cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga
angin untuk menggerakkan apapun.
Masalahnya, tenaga otot amat terbatas. Misalnya, manusia, kuda, sapi dan
tenaga-tenaga otot lainnya tidak mungkin bisa mengangkat barang yang amat
berat, bahkan dengan bantuan katrol sekalipun. Butuh istirahat secara berkala
untuk memulihkan tenaga tersebut, sehingga proses produksi kalau mau berjalan
24 jam sehari membutuhkan tenaga.
Selain dengan otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air
dan tenaga angin. Biasanya ini digunakan di penggilingan. Untuk memutar
penggilingan yang begitu berat, seringkali manusia menggunakan kincir air atau
kincir angin. Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, kita tak bisa
menggunakannya di mana saja. Kita cuma bisa menggunakannya di dekat air terjun
dan di daerah yang berangin.
Untuk tenaga angin, masalah tambahan adalah tenaga angin tak bisa
diandalkan 24 jam sehari. Ada kalanya benar-benar tak ada angin yang bisa
digunakan untuk memutar kincir! Masalah ini juga muncul ketika tenaga angin
menjadi andalan transportasi internasional, yaitu transportasi laut. Sebagai
gambaran, di era VOC, butuh waktu sekitar 6 bulan untuk kapal dari Belanda
untuk mencapai Indonesia, lalu 6 bulan lagi untuk berlayar dari Indonesia ke
Belanda. Artinya, kalau mau berlayar bolak balik Batavia-Amsterdam-Batavia,
butuh waktu setahun! Maklum, terkadang ada kalanya benar-benar tak ada angin di
laut, terkadang ada angin tetapi berlawanan dengan arah yang diinginkan.
Penemuan mesin uap yang jauh lebih
efisien & murah dibandingkan mesin uap sebelumnya oleh James Watt di tahun
1776 mengubah semua itu. Kini tak ada lagi batasan waktu untuk menggerakkan mesin. Asal dipasang
mesin uap rancangan James Watt ini, sebuah penggilingan bisa didirikan di mana
saja, tak perlu dekat air terjun atau daerah berangin. Sebuah kapal jadi bisa
berlayar 24 jam, selama mesin uapnya dipasok dengan kayu atau batu bara. Waktu
perjalanan dari Belanda ke Indonesia terpangkas jauh, hitungannya bukan setahun
lagi, tapi jadi cuma sekitar 2 bulan.
Ini yang jarang dibahas di buku-buku
sejarah: revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang
mereka ke seluruh penjuru dunia dalam waktu jauh lebih singkat. Tidak ada lagi
cerita tentara-tentara Eropa kelelahan saat menyerang benteng milik Kerajaan
Asia. Semua daerah yang bisa terjangkau oleh kapal laut, sudah pasti terjangkau
oleh kekuatan imperialis Eropa. Negara-negara Imperialis di Eropa ini rame–rame ngegas menjajah
kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Ingat, di akhir 1800an inilah Belanda
akhirnya menaklukkan daerah-daerah terakhir di Indonesia seperti Aceh dan Bali,
yang belum ditaklukkan.
Revolusi Industri pertama mengubah peta
geopolitik Afrika di abad IX
Jadi, karena kini tenaga mesin tidak
dibatasi oleh otot, angin, dan air terjun, terjadilah penghematan biaya dalam
jumlah luar biasa di bidang produksi, transportasi, bahkan militer.
Barang-barang yang diproduksi menjadi jauh lebih banyak, lebih murah, dan lebih
mudah didapat. Uang yang semula dipakai untuk memproduksi dan membeli
barang-barang mahal tersebut kini bisa dipakai untuk hal lain, sehingga
barang-barang yang tak diproduksi menggunakan mesin uap pun menjadi jauh lebih
laku. Revolusi industri ini juga mengubah masyarakat dunia, dari masyarakat
agraris di mana mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, menjadi masyarakat
industri. Intinya,
kelangkaan Tenaga yang semula mendominasi kesukaran manusia dalam berlayar,
dalam memproduksi, mendadak lenyap. Tenaga tidak lagi dipasok cuma oleh otot,
angin, dan air terjun, tapi juga oleh mesin uap yang jauh lebih kuat, lebih
fleksibel, dan lebih awet.
Terakhir, kelangkaan yang dikurangi adalah
kelangkaan tenaga kerja. Semula begitu banyak manusia dibutuhkan untuk menjalankan
mesin-mesin produksi. Kini mendadak semua tenaga itu digantikan mesin uap.
Artinya, mendadak semua tenaga manusia tersebut jadi bebas, mereka bisa
dipekerjakan di bidang lain.
Perubahan-perubahan ini amat penting sebab perubahan ini berarti
menghilangkan keistimewaan para bangsawan. Berkat mesin uap, produksi kini bisa
berlangsung di mana saja. Berkat mesin uap, produksi besar-besaran bukan cuma
monopoli para tuan tanah yang memiliki ladang/sawah berhektar-hektar. Kini
orang-orang kaya yang memiliki mesin-mesin uap bisa memproduksi barang padahal
tanah mereka tak seberapa dibanding tanahnya para bangsawan ini. Kini
orang-orang bisa memproduksi tanpa memiliki tanah pertanian. Kini oran-orang-orang
bisa jadi kaya tanpa gelar bangsawan, karena sebelumnya cuma para bangsawan
yang bisa memiliki faktor produksi (tanah) dalam jumlah besar. Dominasi kaum
bangsawan yang berlangsung atas kaum non-bangsawan selama ribuan tahun
terpatahkan sudah.
Penampakan mesin uap Watt, yang menjadi
pijakan untuk revolusi industri pertama.
Namun, dampak negatif revolusi
industri ini, selain pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan
limbah-limbah pabrik lainnya yang sudah kalian pelajari di buku teks sekolah
kalian, adalah penjajahan di seluruh dunia. Tanpa mesin uap, Imperialis Eropa
takkan bisa menaklukkan Asia dan Afrika secepat dan semudah ini.
Revolusi
Industri 2.0
Revolusi industri pertama memang penting dan mengubah banyak hal. Namun,
yang tak banyak dipelajari adalah revolusi industri kedua yang terjadi di awal
abad ke-20. Saat itu, produksi memang sudah menggunakan mesin. Tenaga otot
sudah digantikan oleh mesin uap, dan kini tenaga uap mulai digantikan dengan
tenaga listrik. Namun, proses produksi di pabrik masih jauh dari proses
produksi di pabrik modern dalam satu hal: transportasi. Pengangkutan produk di
dalam pabrik masih berat, sehingga macam-macam barang besar, seperti mobil,
harus diproduksi dengan cara dirakit di satu tempat yang sama.
Pabrik mobil Ford model T sebelum revolusi
industri 2.0.
Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Namun, di pabrik
mobil, setiap mobil dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama. Semua
komponen mobil harus dibawa ke si tukang-perakit. Seorang tukang-perakit
memroses barang tersebut dari nol hingga produk jadi. Perhatikan foto di atas,
yang merupakan foto sebuah pabrik mobil sebelum industri 2.0. Setiap mobil akan
dirakit oleh seorang tukang yang “Generalis” yang memproses mobil tersebut dari
awal hingga selesai, dari merakit ban, pintu, setir, lampu, dst., sampai lengkap.
Namun, proses produksi ini memiliki
kelemahan besar: perakitan dilakukan secara Paralel. Artinya, untuk merakit
banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh sangat banyak tukang secara bersamaan! Artinya setiap
tukang harus diajari banyak hal: memasang ban, memasang setir, dan lain-lain.
Seandainya ada masalah dalam proses perakitan, mobil yang belum jadi harus
“Digeser” dan si tukang harus meminta mobil baru sehingga proses produksi mobil
bisa berjalan terus. Butuh waktu untuk memindahkan mobil bermasalah ini. Butuh
waktu mendapatkan mobil baru, dan proses perakitan harus mulai dari 0 lagi.
Karena itu, proses perakitan mobil seperti ini terasa lambat.
Ketika perusahaan mobil Ford di Amerika Serikat meluncurkan mobil murah
pertama di dunia, “Ford Model T” yang tersohor, mereka kebanjiran pesanan.
Mereka tak bisa memenuhi target produksi mereka. Maklum, butuh waktu sekitar 12
jam 30 menit buat seorang tukang untuk merakit Ford Model T! Di tahun 1912,
Ford cuma bisa memproduksi 68.773 mobil dalam setahun. Artinya, sistem “Satu
perakit, satu mobil” tak bisa dipertahankan. Sistem produksi harus direvolusi.
Revolusi terjadi dengan menciptakan
“Lini Produksi” atau Assembly Line yang
menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di
tahun 1913. Proses produksi berubah total. Tidak ada lagi
satu tukang yang menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir, para tukang
diorganisir untuk menjadi spesialis, cuma mengurus satu bagian saja, memasang
ban misalnya. Produksi Ford Model T dipecah menjadi 45 pos, mobil-mobil
tersebut kini dipindahkan ke setiap pos dengan conveyor belt, lalu dirakit
secara SERIAL. Misalnya, setelah dipasang ban dan lampunya, barulah dipasang
mesinnya seperti gambar di bawah. Semua ini dilakukan biasanya dengan bantuan
alat-alat yang menggunakan tenaga listrik, yang jauh lebih mudah dan murah
daripada tenaga uap.
Proses perakitan mobil Ford model T jauh
lebih efisien dengan bantuan conveyor belt.
Penggunaan tenaga listrik, ban berjalan, dan lini produksi ini
menurunkan waktu produksi secara drastis, kini sebuah Ford Model T bisa dirakit
cuma dalam 95 menit! Akibatnya, produksi Ford Model T melonjak, dari 68 ribuan
mobil di tahun 1912, menjadi 170 ribuan mobil di tahun 1913, 200 ribuan mobil
di tahun 1914, dan tumbuh terus sampai akhirnya menembus 1 juta mobil per
ahunnya di tahun 1922, dan nyaris mencapai 2 juta mobil di puncak produksinya,
di tahun 1925. Totalnya, hampir 15 juta Ford Model T diproduksi sejak 1908
sampai akhir masa produksinya di tahun 1927.
Produksi mobil murah secara besar-besaran ini mengubah bukan cuma
industri mobil Amerika, bukan cuma industri mobil dunia, tapi juga budaya
seluruh dunia. Produksi mobil murah secara massal seperti itu berarti membuat
mobil menjadi barang terjangkau. Sejak Model T diproduksi massal, bukan cuma
orang kaya yang membeli dan menggunakan mobil, kelas menengah bisa membelinya,
bahkan kelas miskin bisa menyicilnya atau meminjamnya. Mendadak, ratusan ribu,
bahkan jutaan orang jadi punya mobil. Mendadak, transportasi dari rumah ke
tempat kerja jadi jauh lebih mudah, tidak tergantung jarak, tidak tergantung
jadwal transportasi umum. Ini menyebabkan munculnya daerah yang disebut “Suburb” atau “Pinggiran” yaitu perumahan yang muncul
di pinggir kota, bukannya di pusat kota. Mendadak, jutaan orang ini butuh
garasi, tempat parkir, bengkel ganti oli, bengkel ganti ban, tukang cuci mobil,
dan 1001 hal lain yang tidak terpikir sebelumnya.
Itu baru mobil. Produksi menggunakan
conveyor belt ini juga menurunkan waktu dan biaya produksi di banyak bidang
lainnya. Artinya,
bertambahnya waktu, menyebabkan berkurangnya kelangkaan waktu. Selain itu, conveyor belt juga
digunakan untuk mengangkut barang tambang dari tambang ke kapal lalu dari kapal
ke pabrik. Sekali lagi, menghemat waktu dan tenaga. Masih belum cukup,
penggunaan conveyor belt dan lini produksi juga menghemat luas lahan
yang diperlukan pabrik. Artinya, kelangkaan lahan perkotaan untuk produksi juga
berhasil dikurangi.
Revolusi industri kedua ini juga
berdampak pada kondisi militer di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa
revolusi industri 2.0 sudah terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah
efeknya benar-benar terasa. Ribuan tank, pesawat, dan senjata-senjata
tercipta dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan.
Ini semua terjadi karena adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri boleh dibilang jadi komplit.
Revolusi
Industri 3.0
Setelah mengganti tenaga otot dengan uap, lalu produksi paralel dengan
serial, perubahan apa lagi yang bisa terjadi di dunia industri? Faktor
berikutnya yang diganti adalah manusianya. Setelah revolusi industri kedua,
manusia masih berperan amat penting dalam produksi barang-barang, seperti udah
disebutkan sebelumnya, ini adalah era industri!
Revolusi industri ketiga mengubahnya. Setelah revolusi ini, abad
industri pelan-pelan berakhir, abad informasi dimulai. Kalau revolusi pertama
dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik,
revolusi ketiga dipicu oleh mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis:
komputer dan robot.
Komputer semula adalah barang mewah.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era Perang Dunia 2 sebagai
mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman, yaitu komputer yang bisa
diprogram pertama yang bernama Colossus adalah
mesin raksasa sebesar sebuah ruang tidur. Tidak punya RAM, dan tidak bisa
menerima perintah dari manusia melalui keyboard, apalagi touchscreen, tapi melalui pita kertas. Komputer purba
ini juga membutuhkan listrik luar biasa besar: 8500 watt! Namun
kemampuannya tidak ada
sepersejutanya smartphone yang ada di
kantong kebanyakan orang Indonesia saat ini.
Ini adalah foto komputer Colossus, yang
menjadi pijakan awal revolusi industri 3.0.
Namun, kemajuan teknologi
komputer ngebut luar biasa setelah
perang dunia kedua selesai. Penemuan semi konduktor, disusul transistor, lalu
integrated chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang
dibutuhkan semakin sedikit, sementara kemampuan berhitungnya terbang ke langit.
Mengecilnya ukuran komputer menjadi
penting, sebab kini komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang mengoperasikan
lini produksi. Kini, komputer menggantikan banyak manusia sebagai operator dan
pengendali lini produksi, sama seperti operator telepon di perusahaan telepon
diganti oleh relay sehingga kita tinggal
menelpon nomor telepon untuk menghubungi teman kita. Proses ini disebut
“Otomatisasi” semuanya jadi otomatis, tidak memerlukan manusia lagi. Artinya, sekali lagi terjadi penurunan
kelangkaan sumber daya manusia, terbebasnya ribuan tenaga kerja untuk pekerjaan
– pekerjaan lain.
Seiring dengan kemajuan komputer, kemajuan mesin-mesin yang bisa
dikendalikan komputer tersebut juga meningkat. Macam-macam mesin diciptakan
dengan bentuk dan fungsi yang menyerupai bentuk dan fungsi manusia. Komputer
menjadi otaknya, robot menjadi tangannya, pelan-pelan fungsi pekerja kasar dan
pekerja manual menghilang.
Namun, ini bukan berarti tugas manusia di produksi bisa digantikan
sepenuhnya oleh robot. Pabrik-pabrik mobil semula berpikir revolusi industri
3.0 ini akan seperti 2.0, di mana produksi paralel diganti total oleh lini
produksi, robot akan secara total diganti oleh manusia. Pabrik-pabrik mobil di
tahun 1990an mencoba mengganti semua pegawai mereka dengan robot, hasilnya
adalah produktivitas malah menurun. Elon Musk mencoba melakukannya lagi di
tahun 2010-an ini di pabrik mobil Teslanya. Sekali lagi, semua orang menemukan
fakta bahwa untuk produksi mobil, kombinasi manusia dan robot-komputer adalah
yang terbaik. Munculnya robot dan komputer menjadi penolong manusia, bukannya
penggantinya.
Sekali lagi, revolusi ini mengubah masyarakat. Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat cenderung berubah dari
mengandalkan sektor manufaktur, menjadi mengandalkan sektor jasa seperti bank,
studio film, TI, dll. sebagai motor ekonomi mereka. Mereka berubah dari ekonomi
industri menjadi ekonomi informasi.
Karena kemajuan ini juga, terjadilah
perubahan dari data analog menjadi data digital. Misalnya, dari merekam musik
menggunakan kaset menjadi menggunakan CD, dari menonton film di video player menjadi menggunakan DVD player; dst. Ini terjadi karena komputer itu cuma
bisa bekerja dengan data digital. Karena inilah revolusi industri ketiga ini
nama lainnya adalah “Digital revolution“. Karena revolusi ini juga, video game menjadi sesuatu yang normal dalam
kehidupan kita, menjadi bisnis dengan nilai milyaran, bahkan trilyunan Dolar.
Di sisi negatifnya, digitalisasi, komputerisasi membuat kejahatan-kejahatan
baru muncul: penipuan menggunakan komputer,
Revolusi
Industri 4.0
Konsep “Industri 4.0” pertama kali
digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover,
Jerman di tahun 2011. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan
“Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama “Revolusi
Teknologi” dan “Revolusi Digital”.
Perhatikan, semua revolusi itu terjadi
menggunakan revolusi sebelumnya sebagai dasar. Industri 2.0 takkan muncul
selama kita masih mengandalkan otot, angin, dan air untuk produksi. Industri
3.0 intinya meng-upgrade lini produksi dengan
komputer dan robot. Jadi, industri 4.0 juga pasti menggunakan komputer dan
robot ini sebagai dasarnya. Jadi, kemajuan apa saja yang muncul di dunia
komputer kita akhir-akhir ini?
Pertama, kemajuan yang paling terasa adalah internet. Semua komputer
tersambung ke sebuah jaringan bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga
bisa menjadi sebesar kepalan tangan kita, makanya kita jadi punya smartphone.
Bukan cuma kita tersambung ke jaringan raksasa, kita jadinya selalu tersambung
ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian pertama dari revolusi industri
keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer yang ada di pabrik itu
tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di lini produksi bisa
langsung diketahui saat itu juga oleh pemilik pabrik, di manapun si pemilik
berada!
Ponsel pintar (smartphones) yang senantiasa
membuat kita terhubung dengan dunia luar adalah instrumen penting dalam
revolusi industri 4.0.
Kedua, kemajuan teknologi juga
menciptakan 1001 sensor baru, dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang
didapat dari sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam
sehari. Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai manusianya.
Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap pegawainya
selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya,
kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu
bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001 informasi
lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga masih ada
1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak terpikirkan.
Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek ini sering
disebut Big Data.
Ketiga, berhubungan dengan yang
pertama dan kedua, adalah Cloud Computing.
Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer canggih yang besar,
tapi karena sudah terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa
dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat
lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5
negara berbeda tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang
diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5
superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.
Keempat, ini yang sebetulnya paling
besar: Machine learning, yaitu mesin yang memiliki kemampuan
untuk belajar, yang bisa sadar bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga
melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya. Ini bisa
dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”. Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan tugasnya
dengan “Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih
detilnya, lo bisa baca artikel mengenai Artificial Intelligence.
Mengkombinasikan keempat hal ini
artinya perhitungan yang rumit, luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal
apapun bisa dilakukan oleh superkomputer dengan kemampuan di luar batas
kemampuan manusia. Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu. Point keempat, yaitu AI dan Machine Learning, masih amat terbatas untuk tugas-tugas
tertentu. Bukan cuma Indonesia, negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan
Amerika Serikat saja masih terus menerus memperdebatkan konsekuensi dari
revolusi industri keempat ini, sebab revolusi ini masih berlangsung, atau
bahkan baru dimulai. Tantangannya masih banyak. Koneksi internet misalnya,
belum universal. Masih ada beberapa daerah yang tak memiliki koneksi internet,
bahkan di Amerika Serikat sekalipun. Selain itu, koneksi internet berarti
munculnya celah keamanan baru. Perusahaan saingan pasti berusaha mengintip
kinerja dan rancangan produksi lewat celah keamanan komputer pengendali
produksi yang kini bisa diakses dari internet.
Sumber
Referensi :
1. Forbes: What Is Industry 4.0?
https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2018/09/02/what-is-industry-4-0-heres-a-super-easy-explanation-for-anyone
2. The Guardian: AlphaZero AI Beats
Champion Chess Program After Teaching Itself in Four
Hourshttps://www.theguardian.com/technology/2017/dec/07/alphazero-google-deepmind-ai-beats-champion-program-teaching-itself-to-play-four-hours
3. “When Was the First Computer Invented”
https://www.computerhope.com/issues/ch000984.htm
4. Wikipedia: Assembly Line
https://en.wikipedia.org/wiki/Assembly_line
5. Wikipedia: Colossus Computer
https://en.wikipedia.org/wiki/Colossus_computer
6. Wikipedia: Ford Model T
https://en.wikipedia.org/wiki/Ford_Model_T
7. Wikipedia: Fourth Industrial
Revolution https://en.wikipedia.org/wiki/Fourth_Industrial_Revolution
Sumber Peta & Foto:
1.
Wikimedia
commons
2.
Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Scramble_for_Africa#/media/File:Scramble-for-Africa-1880-1913.png
3.
CNN:
https://money.cnn.com/gallery/technology/2015/04/29/ford-factory-assembly-line-robots/index.html
MA'RIFATUL INSAN
A. TUJUAN
Peserta memahami hakikat penciptaan manusia.
Peserta memahami kedudukan manusia di dunia.
Peserta memahami tujuan penciptaan manusia.
Peserta memahami sifat-sifat dasar manusia.
Peserta memahami bagaimana mengelola
sifat-sifat dirinya.
B. METODE PENDEKATAN
Ceramah, Game, dan Diskusi
C. RINCIAN BAHASAN
1.
Penjelasan tentang hakikat penciptaan
manusia. Asal kejadian manusia :
(1)
Dari tanah (turob, 3:59), tanah liat (lazib,
37:11), tanah kering dan lumpur hitam (shalshaal, 15:28), saripati tanah (23:12).
(2)
Dari air yang hina (32:7-8), dari air yang
dipancarkan (86:6-7), dari nuthfah (36:77).
Al-Qur'an tersebut Allah mengingatkan manusia
tentang asal kejadiannya (Adam) yaitu dari tanah dengan berbagai unsurnya, dan
keturunannya diciptakan dari saripati tanah berupa air mani yang hina, sehingga
sepantasnya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dengan penuh
ketawadhuan.
2.
Penjelasan tentang kedudukan (tugas) manusia di dunia.
(1) Sebagai hamba Allah
Tugas utama
diciptakannya manusia adalah sebagai hamba Allah yang menjadikan Allah sebagai
satu-satunya Rabb yang disembah dan sebagai prioritas utama cinta kita.
(2) Sebagai khalifah di bumi
Kedudukan
manusia sebagai wakil Allah di bumi untuk mewujudkan eksistensi Allah di bumi
dengan memberi kontribusi mengatur bumi berdasarkan syari'at yang ditetapkan
Allah (2:30, 6:65, 33:72), memanfaatkan kekayaan bumi dengan ketentuan Allah
(11:61) dan berlaku adil demi kemaslahatan dan kebaikan (57:25, 38:26).
3.
Penjelasan tentang tujuan penciptaan manusia.
Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa
manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan
seorang hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada
Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhaan-Nya.
4.
Penjelasan tentang keadaan manusia ketika
diciptakan oleh Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk
yang sempurna. Dari sisi jasmani manusia dikatakan sebagai makhluk yang paling
baik bentuknya (95:4), namun kebaikan secara fisik tersebut bisa jatuh ke
tingkat yang paling rendah ketika rohaninya tidak ditata dengan baik (95:5).
5.
Penjelasan bahwa pada dasarnya manusia
memenuhi karakter berikut :
(1)
Sanggup memegang amanah kepemimpinan di muka
bumi (33:72).
(2) Memiliki fitrah yang telah ditetapkan
Allah (30:30).
(3) Memiliki kecenderungan bertauhid
(7:172).
(4) Bertanggung jawab atas segala
aktivitasnya (17:36).
Manusia juga memiliki beberapa sifat
jasmani maupun rohani berikut :
(1) Lemah (4:28)
(2) Pembantah (36:77)
(3) Keluh-kesah, kikir (70:19-21)
(4) Tergesa-gesa (17:11)
(5) Zhalim, bodoh, keras hati (33:72)
(6) Melampaui batas (10:12)
(7) Fitrah, hanif, cenderung pada
kebaikan (30:30)
(8) Merdeka (91:8, 2:256)
(9) Bebas memilih (18:29)
D. GAMES
Games ”Bagaimana
orang lain melihat saya". Langkah-langkah :
(1)
Minta peserta menyiapkan satu lembar kertas,
beri nama di bagian atas.
(2)
Setiap peserta menyerahkan kertasnya kepada
teman di sebelah kanannya.
(3)
Pada kertas yang dipegangnya sekarang, setiap
peserta menuliskan apa yang dinilainya terhadap orang yang memiliki kertas
tersebut.
(4)
Setiap peserta menyerahkan kertas yang
dipegangnya kepada teman di sebelah kanannya. Demikian terus hingga setiap
peserta memegang kembali kertas miliknya.
(5) Minta peserta untuk membaca dan
merenungi apa yang telah ditulis
teman-temannya mengenai dirinya.
Sifat-sifat
yang ada dalam diri manusia tersebut baik yang buruk maupun yang baik merupakan
modal awal kita untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah
sebagai pemimpin di muka bumi. Berikan pemahaman kepada peserta bahwa sifat-sifat
yang negatif harus diminimalkan, sedangkan sifat-sifat positif harus
dimaksimalkan. Diskusikan dengan peserta masalah-masalah yang sering dihadapi
dan bagaimana pemecahannya.
Sumber Referensi :
1. KSI Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim.
2. Panduan Pembinaan Generasi Muda
Muslim, LP2i.
AMAL ISLAMI
Tujuan :
1.
Peserta
memahami Realitas Kaum Muslimin;
2.
Peserta
memahami tentang bagaimana seharusnya bersikap dengan sikap Islami;
3.
Peserta
memahami macam-macam amal islam.
Sengaja judul ini tidak diterjemahkan karena amal Islami
mengandung makna dan pengertian tersendiri yang lebih luas dari sekedar kerja
Islami atau aktivitas Islami. Amal Islami adalah rangkaian perjuanan Islam yang
panjang dalam rangka reeksistansi Islam ke pentas dunia. Demikian itu karena
Islam adalah keyakinan. Dalam waktu yang sama ia adalah pemikiran, perasaan,
dan akhlak. Islam adalah idealisme yang harus diwujudkan dalam realitas
kehidupan hingga tercipta kondisi yang Islami. Kondisi paling ideal dalam
interaksi kaum muslimin dengan saudara seiman adalah ketika mereka mendahulukan
kepentingan jamaah [kaum muslimin] dibanding kepentingan sendiri.
Realitas Kaum Muslimin
Realitas terkini
menunjukkan bahwa Islam sangat jauh dari kehidupan bahkan kehidupan kaum
muslimin sendiri. Islam unggul dan tidak terungguli namun kaum muslimin mundur
dan terpinggirkan. Sungguh ironis. Syaikh Syakib Arselan menulis kitab dengan
judul “Mengapa Muslim Terbelakang dan Non Muslim Maju”. Dalam
kitab itu beliau menjawab bahwa kaum muslimin terbelakang karena mereka
meninggalkan kitab sucinya sementara non muslim maju karena mereka meninggalkan
kitab sucinya.
Sikap Islami
Kondisi seperti di atas harus diubah menjadi kondisi yang
Islami melalui perjuangan dakwah dan jihad nan ikhlas tak kenal lelah, lemah
dan menyerah. Barisan mukmin harus sabar dan tabah, selalu istighfar dan
memohon ampun kepada Allah, serta menghindari perbuatan yang melampaui batas.
Mereka harus selalu teguh hingga datangnya kemenangan dan pertolongan Allah. Amal
Islam meliputi:
1. Dakwah dan tarbiyah
Mendakwahkan Islam adalah upaya menyampaikan Islam kepada seluruh manusia
melalui berbagai cara dan pendekatan yang sah lagi halal. Selain itu mereka
yang telah menerima dakwah juga harus mendapat pembinaan dan pendidikan Islam
secara cukup dan baik. Tarbiah adalah usaha untuk merawat dan menlayani jamaah
agar komitmen dan loyalitas mereka kepada Allah, Islam, dan Rasulullah tetap
segar.
2. Harakah dan jihad
Islam tidak cukup hanya disampaikan melalui tabligh. Harus ada upaya-upaya
sadar dan terprogram untuk mengimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam
semua lini kehidupan. Masyarakat yang stagnan, pasif, apatis, dan beku harus
digerakkan kembali. yang dapat menggerakkan mereka tidak lain adalah aktifitas
yang berkemampuan sebagai reformer di levelnya. Dakwah dan tarbiyah serta
harakah dan jihad harus berorientasi pada pemurnian ibadah kepada Allah untuk
mencapai masyarakat yang bertakwa. Bila itu dapat diwujudkan, manusia dapat
menyaksikan bukti kebenaran Islam yang unggul dan tidak terungguli. Amal Islam
yang dilakukan secara manhaji memberi harapan kepada kita akan kemenangan.
Kepercayaan dan dukungan akan diberikan Allah [hablun minallah]
dan umat manusia [hablun minannaas] kepada kaum
muslimin. Jika demikian, pertolongan dan kemenangan tinggal menghitung hari.
Kepercayaan adalah amanah yang harus dijaga dengan baik agar kemapanan yang
Allah janjikan pun terwujud. Sebagaimana tersebut dalam surah an-Nuur: 55.
Sumber Referensi :
PEMETAAN MATERI PER
KELAS
Kelas X
1. Ikrar
Suci
2. Islam
itu Indah
3. Yuk
Mentoring
4. Pentingnya
Mengenal Allah
5. Mari
Mengenal Rasul
6. Mari
Mengenal Islam
7. Bersuci
Itu Keren!
Kelas XI
1. Tarbiyatul
Aulad
2. The
Best 10
3. Indahnya
Akhlakul Karimah
4. Keutamaan
Al-Qur'an
5. Pemuda
& Perubahan
6. Keseimbangan
7. Ma'rifatul
Insan
Kelas XII
1. Urgensi
Dakwah Pemuda
2. Konsep
Dakwah Pemuda
3. Prophetic
Leadership
4. Menuju
Kemenangan Dakwah Pemuda
5. Fiqih
Prioritas
6. Revolusi
Industri 4.0
7. Amal
Islami