This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 27 Januari 2015

Tarbiyah Madal Hayah, Jangan Berhenti Kawan!

Palu, Diruang tengah, 13 Januari 2015
Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.

Ilustrasi. (Foto: inet)
Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com – Gedung yang begitu megah berdiri didepan jalan utama Kota Palu, pola arsitek gedung tersebut benar-benar mencerminkan budaya khas daerah Sulawesi Tengah. Desain khas gedung tersebut menunjukkan bahwa betapa bangsa ini sangat menghargai para pendahulunya dari sisi kebudayaan dan struktur sosial. Betapa luhurnya budi pekerti bangsa ini yang menghormati para pendahulu dan mewujud nyata dalam hal-hal yang bersifat fisik. Desain gedung, baruga, batik bomba, kayu hitam, yang menjadi ciri khas Sulawesi Tengah. Betapa besarnya bangsa ini ketika tim sepakbola nasional bangsa ini sedang bertanding dikancah internasional, para supporter dengan bangga mengenakan baju merah putih berlambang Burung Garuda lambang Negara ini. Segala hal yang berkaitan dengan pembangunan sarana prasarana dan infrastrukstur atau dengan kata lain pembangunan fisik begitu diprioritaskan. Hal ini terbukti dari sebagian besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) digelontorkan untuk pembangunan fisik, dan hal-hal yang berkaitan dengan yang tampak di mata kita. Mungkin sebagian besar dari kita semua lupa dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Raganya, Untuk Indonesia Raya..”.

Gedung kebanggaan Sulawesi Tengah tersebut, atau sering disebut Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tengah (DPRD Sulteng) telah menjadi pilihan sekelompok mahasiswa yang aktif berlembaga untuk mengadakan musyawarah. Agenda tahunan inipun tidak penulis sia-siakan untuk menghadirinya, sebagai bentuk tanggungjawab moril sebagai orang yang pernah berkecimpung di dalam dunia dakwah kampus meskipun sudah berstatus sebagai purna atau alumni. Ini sudah yang keenam kalinya penulis mengikuti agenda musyawarah besar Mahasiswa Pecinta Mushallah (MPM) Al-Iqra’ Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, pengalaman pertama mengikuti musyawarah besar penulis pernah diamanahkan sebagai sekretaris dalam kepanitiaan. Agenda ini juga menjadi ajang silaturrahim para panitia, anggota, dan seluruh kader dakwah kampus baik yang sudah alumni maupun yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Terus terang saja, kerinduan untuk menjadi pionir utama dakwah kampus masih ada, dan masih sangat merindukan kehangatan persaudaraan ketika masih menjadi pengurus lembaga dakwah. Namun, sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap masa ada orang-orangnya dan setiap orang-orang ada masanya.

Aula Gedung DPRD Sulteng terdengar begitu gaduh dengan argumen-argumen cerdas dan retorika yang merupakan ciri khas kaum intelektual. Layaknya para pejabat Negara, berbagai pendapat dikemukakan dengan memperhatikan etika dan adab-adab persidangan. Bagaimana tidak, mereka para peserta sidang adalah orang-orang yang ter-tarbiyah dengan baik. Mereka para peserta sidang adalah orang-orang intelektual yang memiliki akhlak yang baik karena memiliki keinginan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik melalui kegiatan mentoring yang dijalani setiap pekannya. Mereka para aktifis dakwah kampus tersebut adalah orang-orang yang mampu menjadi teladan di antara teman-teman seangkatannya, memiliki perangai yang baik dalam bersikap, di rumah, di kampus, di manapun mereka berada. Sebagaimana teladan sejati umat manusia sepanjang masa, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang mampu menjadi khalifah yang bijaksana, ayah yang penyayang, sahabat yang baik, panglima perang yang tegas, pada saat yang bersamaan, di manapun dan kapanpun akan menjadi teladan terbaik. Mengutip perkataan George Bernard Shaw, “alangkah butuhnya dunia di era modern ini kepada seorang pribadi seperti Muhammad, yang dapat memecahkan berbagai persoalan pelik sembari meneguk secangkir kopi”.

Sidang pleno Lembaga Dakwah Fakultas MPM Al-Iqra’ masih berlangsung, dan perdebatan semakin hebat ketika memasuki pembahasan struktur lembaga MPM yang oleh beberapa ikhwah berinisiatif untuk mengubahnya, tidak lain dan tidak bukan perubahan struktur tersebut mempunyai maksud yang baik demi kemajuan dakwah kampus kedepan. Mungkin perdebatan pendapat yang cukup panjang ini, terkait perubahan struktur, bisa saja meruncing sampai pada konflik. Tetapi hal tersebut adalah dinamika yang harus disikapi dengan kedewasaan cara berpikir dan bertindak. Mungkin juga, eratnya persaudaraan sebuah lembaga dakwah yang mempunyai jargon keep ukhuwah perlu dibumbui dengan konflik agar semakin dinamis. Ingin rasanya mengutip pemikiran salah seorang penulis hebat dari Kota Yogyakarta, dalam bukunya “Dalam Dekapan Ukhuwah”, bahwa salah satu hal yang membuat persaudaraan semakin erat adalah engkau pernah berkonflik dengan dia.

Perjalanan dakwah kampus adalah perjalanan yang sangat menginspirasi, seharusnya dan sepantasnya, orang-orang yang telah memilih jalan ini akan semakin baik dalam tindak-tanduknya, semakin dewasa cara berpikirnya. Yang menjadi ironi adalah ketika orang-orang yang telah memilih untuk bergabung dalam barisan dakwah kampus, kehidupan pasca kampusnya terasa biasa-biasa saja tanpa perubahan yang berarti, bahkan lebih ironi lagi apabila terjadi kemunduran dalam kualitas hidupnya. Dengan bangganya berkata, “dulu saya pernah tarbiyah, lalu berhenti..”, “dulu saya pernah ikut liqa, lalu nggak lanjut lagi..”. sungguh sangat-sangat ironi terjadi kemunduran cara berpikir, cara bertindak, semakin kekanak-kanakan sikapnya, padahal pernah menjadi aktifis dakwah kampus. Lebih parah lagi, seorang aktifis dakwah kampus yang ketika sudah menjadi alumni malah semakin jauh dari Allah dan aktifitas dakwah.

Mungkin, sebagian besar dari aktifis dakwah kampus akan terkaget-kaget dengan realitas yang ada di masyarakat ketika menyelesaikan masa studinya di kampus. Betapa berbeda alam idealis dan alam realitas. Mungkin sebagian besar dari para aktifis dakwah kampus akan sedikit shock dengan perubahan iklim sosial yang begitu drastis ketika memasuki dunia kerja. Ada perbedaan secara sosio-kultural yang bisa saja kita pun terpengaruh dan terjerumus dalam derasnya arus globalisasi dan tak terkendalinya penyebaran paham sekuler dan liberal, yang bisa saja hal ini membuat status kita yang dulunya adalah seorang aktifis dakwah malah menjadi seseorang yang justru antipasti terhadap dakwah.

Melalui tulisan seorang penulis amatiran yang masih harus banyak belajar ini, penulis ingin mengingatkan kepada para pembaca dan lebih khusus kepada diri penulis pribadi, untuk jangan pernah berhenti belajar dan berproses. Ketika status sosial yang semakin meningkat, perubahan fisik, psikis, dan ekonomi, membuat kita semua justru semakin jauh dari Allah bahkan menjadi para penentang dakwah. Tanpa kita sadari dakwah ini menjadi penyebab semakin berkualitasnya diri kita di hadapan manusia dan di hadapan Allah SWT. Teruslah berproses dan belajar! Jangan pernah berhenti! Bisa jadi masa-masa saat menjadi aktifis dakwah kampus tilawah Quran kita setiap hari, seharusnya kehidupan pasca kampus tilawah Quran kita semakin menjadi berkualitas dari segi tajwid dan hafalan. Bahkan, bila perlu tidak hanya dibaca saja, tetapi ditadabburi, dipahami, diamalkan, dan didakwahkan. Jangan berhenti kawan! Boleh jadi, kita adalah orang- orang yang rajin mengikuti mentoring saat menjadi mahasiswa, namun pada saat menjadi alumni malah menjadi malas untuk hadir di liqa’. Seharusnya, kita menyadari bahwa pertemuan pekanan tersebut adalah kebutuhan diri kita dan untuk kebaikan diri kita sendiri. Jangan pernah berhenti kawan! Jangan berhenti untuk belajar! Karena tarbiyah mengajari kita begitu banyak hal, termasuk tentang tarbiyah madal hayah, bahwa proses tarbiyah berlangsung sepanjang hidup kita. Jangan berhenti kawan!