This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 17 Juli 2019

MATERI BPI SMAIT Nurul Fikri Makassar



Tim BPI SMAIT Nurul Fikri Makassar
11.      Ikrar Suci
22.      Islam itu Indah
33.      Tarbiyatul Aulad
44.      Yuk Mentoring
55.      Pentingnya Mengenal Allah
66.      Mari Mengenal Rasul
77.      Mari Mengenal Islam
88.      Bersuci Itu Keren!
99.      The Best 10
110.  Indahnya Akhlakul Karimah
111.  Keutamaan Al-Qur'an
112.  Pemuda & Perubahan
113.  Urgensi Dakwah Pemuda
114.  Konsep Dakwah Pemuda
115.  Keseimbangan
116.  Prophetic Leadership
117.  Menuju Kemenangan Dakwah Pemuda
118.  Fiqih Prioritas
119.  Revolusi Industri 4.0
220.  Ma'rifatul Insan
221.  Amal Islami

























IKRAR SUCI

A.      TUJUAN
 Peserta mamahami makna dan hakikat dua kalimat syahadah.

 Peserta menngetahui pengaruh dua kalimah syahadah bagi kehidupan seoorag mukmin.

 Peserta termotivasi untuk menjalankan secara benar syahadah uluhiyah dan syahadah risalahnya dalam kehidupan sehari-hari.


B.       METODE PENDEKATAN

Ceramah dan Diskusi


C.  RINCIAN BAHASAN

Syahadatain berarti 2 kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah uluhiyah dan syahadah risalah. Syahadah uluhiyah terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. Secara bahasa kata Laa berfungsi sebagai Kalimatun Nafii (kata yang menolak), kata Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak), kata Illa berfungsi sebagai Kalimatul Itsbatu (kata yang mmengukuhkan), dan Dan kata Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan). Jadi syahadah uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. Firman Allah:

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS.21:25)

Tauhid ulllluhiyah juga mengandung pengertian bahwa Allah sebagai Ma'bud (yang disembah) dan Allah sebagai Ghayah (tujuan). Dalam QS>51:56 Allah Berfirman : "Dan Ak tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku."

Bahkan seorang muslim dalam sehari mengikrarkan minimal sebanyak 17 kali bahwa "hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan." Dengan demikian Laa Ilaha Illallah juga berarti Laa Ma'buda Illallah.

Kalimat ini juga berarti Laa Ghayatu Illallah (tidak ada tujuan melainkan Allah). Allah berfirman dalam QS. 94:8 : " Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap (menempatkan tujuan)". Bahkan seorang muslim juga senantiasa berikrar bahwa 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya bagi Allah Roob semesta alam'.

Allah sebagai satu-satunya sesembahan adalah konsekuensi tertinggi dari syahadat tauhid uluhiyah. Seseorang yang telah bersyahadat tauhid berarti telah memproklamirkan dan berjanji untukmengabdikan dirinya kepada Allha semata, artinya tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Ia telah menyatakan dirinya muslim (orang yang tunduk patuh kepada Allah sehingga selamat di dunia dan akhirat). Konsekuensinya, seluruh hidupnya untuk taat kepada Allah dan keridhoan-Nya. Janji Allah bagi seorang yang bertauhid disabdakan oleh Rasulullah SAW :

"Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallah niscaya ia akan masuk surga ." (Al Hadits).

Jika seseorang telah memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha Illallah pada dirinya maka akan tumbuh sikap Al-Baro'. Al-Baro' berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap bentuk Ilah selain Allah. Pengertian Ilah sendiri adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah. Firman Allah :

"Sesungguhnya kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." (QS.60:4)

Al-Baro' juga berarti pengingkaran, berlepas diri, mengambil garis pemisah terhadap Al Bathil. Ia merupakan perwujudan syahadah, berupa penolakan terhadap semua ilah, lalu menyerahkan loyalitasnya kepada Allah. Dalam kondisi ini seorang muslim menjadi manusia yang merdeka, bebas dari tuhan-tuhan palsu, jerat hawa nafsu syahwat, belenggu harta atau tahta/jabatan.

Al Baro' merupakan proses yang harus dilalui seorang muslim dalam upaya menyiapkan lahan yang subur bagi tumbuhnya keimanan. Ibarat petani membersihkan lahan, agar pohon ketaqwaan dapat berkembang sebagaimana seharusnya. Ibarat pemborong yang meruntuhkan puing-puing bangunan yang telah lapuk, lalu mendirikan bangunan iman yang menjulang kokoh.

Dengan membatalkan semua bentuk ilah di luar Allah SWT dan mengecualikannya hanya untuk Allah, maka akan tumbuh sikap Al Wala'. Al Wala' berati loyalitas, siap mentaati perintah Allah dengan kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapapun, kapanpun dan di manapun juga, kecuali jika sesuai (tidak bertentangan) dengan perintah Allah. Firman Allah :
"Sesungguhnya wala' kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ,yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tnduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi wala'nya, maka sesungguhnya hizbullah itulah yang pasti menang".(QS.5:54-55)

Al Wala' adalah tempat di mana kita menggantungkan harapan, menumpahkan rasa sedih dan gembira, memohon pertolongan dan perlindungan. Sebaik-baik wala' adalah Allah,Rasulnya dan orang-orang beriman. Maka barangsiapa berwala' kepada hal ini jaminan Allah adalah kemenangan. Menang dalam fase dunia adalah kemuliaan, dalam fase akhirat adalah surga.

Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah (Laa ma'buda bihaqqin illa Allah),barulah dapat dikatakan sebagai seorang mukhlisin(orang yang ikhlas)sejati. Orang-orang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaitan. Allah berfirman dalam QS. Shaad (38): 82-83:

"Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka ".

Orang-orang seperti ini mencintai Allah di atas segalanya. Allah berfirman dalam QS. 2:165:

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...".

Ibnu Taimiyah berkata bahwa 'Tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati, kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tidak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya. Inilah hakekat Laa Ilaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul'.

Adapun syahadah kedua yaitu syahadah risalah, yaitu pengakuan 'persona grata' (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan menjadikan sebagai 'examplia gratia' (contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan (QS. 21:107, 33:21, 68:4).

Jika seorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai 'persona grata' dan siap menjadikannya sebagai 'exmplia gratia', maka barulah dikatakan ia berwala' (loyal) kepada Rasulullah SAW. Berwala' kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba' (mengikuti) beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba'ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah:

"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(QS. Ali Imran: 31,32).
Risalah mengandung mengandung pengertian sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Urgensi (kepentingan) manusia terhadap risalah sangat jelas. Tanpa risalah manusia tidak mungkin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya serta tata cara beribadah kepada-Nya; manusia tidak akan mengetahui adanya alam ghaib seperti alam barzakh, alam mahsyar, surga dan neraka. Tanpa risalah manusia tidak menyetahui tujuan penciptaan-Nya dan tidak bisa menentukan undang-undang sistem hidup yang menjamin terealisirnya keadilan dan persamaan hak.

Jalan satu-satunya untuk mengetahui petunjuk Allah ini adalah lewat risalah-Nya yang diinterprestasikan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian syahadat risalah juga mengandung pengertian ; (1) membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan (QS. 53:3-4), (2) menaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59), (3) menjauhi apa yang beliau larang (QS. 59:7) dan (4) beribadah menurut syari'atnya.

Kewajiban seorang muslim terhadap Rasulullah SAW adalah beriman kepadanya, taat/mengikutinya dan mencintainya. Allah telah memberikan khabar tentang kerugian besar dan penyesalan yang mendalam bagi seseorangyang mengetahui ajaran Nabi SAW kemudian tidak taat dan tidak mengikutinya. Firman Allah:

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata:'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"(QS. 25-27).
Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menyediakan baginya surga (QS. 4:13).
Seorang muslim wajib mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cintanya kepada segala sesuatu. Sabda beliau SAW:

"Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) di antara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia"(Al Hadist).

Syahadah uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapt menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja, berarti dia menjadi seorang Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.

D. DISKUSI

Benarkah manusia memang membutuhkan risalah ilahi. Bukankah Allah telah memberikan akal kepada manusia untuk berfikir? Apakah akal saja cukup untuk membuat suatu perangkat sistem hidup? Faktor-faktor apa yang tidak dimiliki oleh manusia sehingga ia tidak dapat membuat 'risalah' bagi dirinya sendiri?

Sumber Referensi :

1.      Paket BP Nurul Fikri , Syahadahmu Syahadahku;
2.      Muh. Bin Sid bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam;
3.      Muh. Said Al-Qaathani, Muh. Bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah;
4.      Koleksi Bahan Tarbiyah Islamic Network (Isnet, 1996);
5.      Aqidah Seorang Muslim, Al Umma.



ISLAM ITU INDAH
Islam Itu Indah, seharusnya begitulah seorang muslim memandang ajaran Agamanya, karena Islam merupakan hadiah dari Allah SWT kepada Umat Manusia, disampaikan oleh manusia terbaik yang penuh cinta, Rasulullah SAW. Agama Islam terdiri dari Aqidah dan Syari'ah, telah disebutkan sebagian dari syariat Islam dan ditunjukkan rukun-rukunnya yang dianggap sebagai dasar bagi syariat-syariat Islam.
Aqidah Islam dasarnya adalah Iman kepada Allah, iman kepada MalaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada para RasulNya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan Sunnah RasulNya. Allah berfirman dalam kitab suciNya,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi... (Q.S.Al-Baqarah : 177)
Dalam Soal Takdir, Allah Berfirman,
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Q.S.Al-Qomar : 49-50).


Iman kepada Allah mengandung empat unsur :
1.      Mengimani Wujud Allah SWT
Indera yang kita miliki juga bisa menunjukkan tentang keberadaan Allah. Kita semua bisa menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang berdoa dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan. Ini menunjukkan secara qath’i (pasti) akan adanya Allah. Demikian pula ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi yang dinamakan mukjizat yang disaksikan oleh manusia atau yang mereka dengar merupakan bukti yang nyata akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah Ta’ala. Sebab, kemukjizatan-kemukjizatan itu di luar jangkauan manusia pada umumnya, yang memang sengaja diberlakukan oleh Allah Ta’ala untuk mengokohkan dan memenangkan para rasul-Nya.
Sedangkan dari segi syariat juga menyatakan keberadaan Allah. Sebab kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi, berupa hukum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa hal itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita yang berkenaan dengan alam yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut merupakan bukti bahwa kitab-kitab itu berasal dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mencipta apa yang diberitakan itu. (Simak pembahasan lengkap masalah ini pada kitab Syarh al ‘Aqidah al Wasithiyah dan Kitab Syarh Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin).

2.      Mengimani Rububiyah Allah SWT.
Maksudnya adalah beriman bahwa  Allah adalah satu-satunya Rabb yang tidak mempunyai sekutu. Rabb adalah Dzat ayang berwenang mencipta, memiliki, dan memerintah. Tiada yang dapat mencipta selian Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah, serta tiada yang berhak memerintahkan kecuali Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’rof: 54).
Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali  karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ اْلأَعْلَى
(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.” (QS. An Nazi’at: 24)
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَآأَيُّهَا الْمَلأُ مَاعَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.” (QS. Al Qashash: 38)
Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal dari keyakinan. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An Naml: 14).
Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengakui rububiyah Allah, namun mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az Zukhruf:87).
Dengan demikian beriman dengan rubiyah saja tidak cukup. Buktinya kaum musyrikin tetap diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka mengakui tentang rububiyah Allah.
3.      Mengimani Uluhiyah Allah SWT.
Kita wajib beriman terhadap tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatannya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk. Adapun yang dimaksud tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS. Luqman: 30).
Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah. Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka ini mengharuskan baginya untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya, jika seseorang mengimani tauhid uluhiyah pasti ia mengimani tauhid rububiyah. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti ia akan meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya.


4.      Mengimani Asma dan Sifat Allah SWT.
Termasuk pokok keimanan kepada Allah adalah iman terhadap tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah  pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan asma’ dan shifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh asma’ dan shifat bagi Allah sebagaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya dan sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam asma’ dan shifat-Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11)
Keimanan yang benar harus mencakup empat hal di atas. Barangsiapa yang tidak beriman kepada salah satu saja maka dia bukan seorang mukmin. (Syarh al ‘Aqidah al Washitiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin).
Islam didirikan atas lima dasar, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar,
Dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhuma-, katanya, “Aku mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,‘Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan’”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Rukun Islam terdiri dari lima perkara :
RUKUN ISLAM KE-1: SYAHADAT
Rukun Islam yang pertama dan yang paling agung adalah Syahadah (persaksian) bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah). Dengan menjelaskan makna-maknanya, juga menjelaskan syarat-syarat لا إله إلّا الله.

Makna dari لا إله, yaitu peniadaan terhadap semua yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun إلّا الله (kecuali Allah) adalah penetapan bahwasanya ibadah hanya milik Allah, tidak ada sekutu bagiNya.

RUKUN ISLAM KEDUA: MENEGAKKAN SHOLAT
Rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan sholat lima waktu. Bahkan sholat ini adalah pembeda antara seorang yang beriman dan yang tidak beriman, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Sesungguhnya yang memisahkan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim). Oleh karena itu seorang muslim haruslah memperhatikan sholatnya. Namun sungguh suatu hal yang sangat memprihatinkan, banyak kaum muslimin di zaman ini yang meremehkan masalah sholat bahkan terkadang lalai dari mengerjakannya.
Lima waktu sholat tersebut adalah sholat Zhuhur, sholat Ashar, sholat Magrib, Sholat Isya dan Sholat Subuh. Inilah sholat lima waktu yang wajib dilakukan oleh seorang muslim. Mari kita simak sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, beliau berkata, “Sholat lima waktu diwajibkan pada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra Mi’raj sebanyak 50 waktu, kemudian berkurang sampai menjadi 5 waktu kemudian beliau diseru, “Wahai Muhammad sesungguhnya perkataan-Ku tidak akan berubah dan pahala 5 waktu ini sama dengan pahala 50 waktu bagimu.” (Muttafaqun ‘alaihi).
RUKUN ISLAM KETIGA: MENUNAIKAN ZAKAT
Inilah rukun Islam yang ketiga yaitu menunaikan zakat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ
وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5).
RUKUN ISLAM KEEMPAT: BERPUASA PADA BULAN RAMADHAN
Inilah rukun Islam keempat yang wajib dilakukan oleh seorang muslim yaitu berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan dengan menahan makan, minum dan berhubungan suami istri serta pembatal lain dari mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari.
RUKUN ISLAM KELIMA: MENUNAIKAN HAJI KE BAITULLAH JIKA MAMPU
Rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan haji ke Baitullah jika mampu sekali seumur hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِي
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh, “Umroh yang satu dengan yang selanjutnya menjadi pelebur dosa di antara keduanya dan tidak ada pahala yang pantas bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhotbah, “Wahai manusia, Allah telah mewajibkan pada kalian ibadah haji, maka berhajilah.” Kemudian ada seorang laki-laki yang berkata, “Apakah pada setiap tahun wahai Rasulullah?” kemudian beliau terdiam sampai-sampai laki-laki itu bertanya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Seandainya aku katakan Iya, niscaya akan wajib bagi kalian padahal kalian tidak mampu. Biarkan apa yang aku tinggalkan karena sesungguhnya sebab kebinasaan orang setelah kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi nabinya. Jika aku perintahkan satu hal maka lakukan semampu kalian dan jika aku melarang sesuatu maka jauhilah.” (HR. Muslim).

Sumber Referensi :
1.      Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Prinsip-prinsip Dasar Keimanan, Megatama Sofwa Pressindo, Jakarta : 2003.

TARBIYATUL AULAD
Pendidikan dalam prespektif Islam mempunyai wadah strategis pada wadah yang spesial dan dijunjung tinggi. Karena subtansi dalam pendidikan Islam yakni lebih represenatif dalam aspek perbaikan mental peserta didik yang akan terwujud dalam amal perbuatan. Maka pendidikan Islam ialah pendidikan individu dan masyarakat. Semua orang dikenai kewajiban dalam mendidik dari mulai para Rosul kemudian para ulama‟. Pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka. (Zakiah Darajat, 202 : 20).
Pendidikan Islam menitikberatkan pada penanaman akhlak dan sikap sosial yang mempunyai budi pekerti. Akhlak yang baik menjadi pondasi dasar dalam proses pendidikan. Karena, akhlak merupakan sikap psikis yang harus dikedepankan guna suksesi pendidikan. Maka dengan berpondasi sosial etika yang baik tumbuhlah generasi yang dididik yang luhur demi terwujudnya idealisasi kependidikan.
Secara Terminologis Tarbiyatul Aulad Fil Islam yakni kitab yang menerangkan tentang metode-metode dalam menidik anak. Pada hakikatnya pendidikan anak adalah bagian dari pendidikan individu yang di dalam Agama Islam berupaya mempersiapkanya dan membentuknya agar menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dan manusia yang shalih dalam berkehidupan. Karena pendidikan anak diarahkan dengan baik pada dasarnya adalah sebuah pondasi yang kokoh dalam menyiapkan individu yang salih dan siap memikul tanggung jawab dan beban hidup. Dengan segala rahmat yang diberikan Allah SWT untuk mengkaji kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam, maka akan dipaparkan tentang keistimewaan perundang undangan Islam, yakni Universal ajaran Islam. Keuniversalan yang sempurna mencakup semuanya yang menuntun kebenaran di dunia dan di akhirat.
Dalam kitab tarbiyatul aulad fil islam tentang bab pendidikan sosial sangat memberikan relevansinya terhadap fenomena pendidikan kontek sekarang. Pendidikan sosial yang dimaksud yakni pendidikan yang mendasarkan pada penanaman dasar-dasar kejiwaan yang baik kepada peserta didik. Tidak hanya membahas mengenai etika sosial secara umum akan tetapi pendidikan sosial dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam memberikan pandangan etika yang menjadi tuntunan Agama Islam. termuat dalam kaidah-kaidah luhur Islam yang mengajarkan tentang nilai-nilai dalam setiap bertindak. Dengan penanaman pendidikan sosial tersebut maka harapan terbesar yakni peserta didik mampu melakukan tugas-tugas sosial yang mengarah pada kaidah-kaidah ajaran Islam dan bertanggung awab atas perbuatan yang telah dibuat. Relevansi tersebut mudahmudahan dapat memberikan pandangan atau wajah baru dalam dunia kependidikan pada konteks sekarang. Adapun hasil analisi relevansi pendidikan sosial dalam konteks sekarang diantaranya :
1. Penanaman Dasar-dasar Ketaqwaan.
Takwa merupakan nilai akhir dan buah tabiat dari perasaan keimanan yang mendalam yang berhubung dengan perasaan merasa dipantau Allah dan takut kepada-Nya, takut akan adzab dann siksanya. Dan rakus akan ampunan dan pahala Nya. Takwa berarti Allah tidak melihatmu tatkala melihatmu. Sebagian ulama mengartikan, menghindarkan diri dari adzab Allah dengan amal shalih dan takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun terang-terangan. dari pengertian diatas diperoleh perhatian para sahabat yang mulia dan salafushalih terhadap masalah taqwa, upaya merealisasikanya bersungguh-sungguh dalam mencapainya dan memohon agar dianugrahinya. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
2. Persaudaraan
Abu Hamzah Anas Bin Malik menerangkan bahwa rasulullah bersabda “tidaklah sempurna iman diantara kalian semua sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhori dan Muslim).
Persaudaraan adalah ikatan hati yang melahirkan perasaan yang mendalam akan kelemah lembutan, kecintaan, dan penghormatan kepada siapa saja yang terkait kepadanya karena akidah Islam, keimanan dan ketakwaan. Rasa persaudaraan yang jujur akan melahirkan kelemahlembutan yang sebenarnya pada diri seorang muslim yang membentuk sikap positif. Seperti tolong menolong, mendahulukan orang lain, kasih sayang dan memaafkan . orang yang memiliki jiwa persaudaraan akan mengambil sikap menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
3. Kasih Sayang
Pandangan Dr. Nasih Ulwan dalam Kitab Tarbiyatul aulad fil Islam bahwa Internalisasi Nilai-Nilai Kasih sayang yakni Takwa merupakan nilai akhir dan buah tabiat dari perasaan keimanan yang mendalam yang berhubung dengan perasaan merasa dipantau Allah dan takut kepada-Nya, takut akan adzab dann siksanya. Dan rakus akan ampunan dan pahala Nya. Takwa berarti Allah tidak melihatmu tatkala melihatmu. Sebagian ulama mengartikan, menghindarkan diri dari adzab Allah dengan amal shalih dan takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun terang-terangan. dari pengertian diatas diperoleh perhatian para sahabat yang mulia dan salafushalih terhadap maslah taqwa, upaya merealisasikanya bersungguh-sungguh dalam mencapainya dan memohon agar dianugrahinya. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
4. Itsar
Itsar merupakan perasaan jiwa yang terwujud dalam bentuk mengutamakan orang lain dari pada kebaikan dan kepentingan pribadi. Itsar adalah perangai yang baik selama bertujuan mencari keridoan Allah. Sikap ini merupakan dasar kejiwaan yang menunjukkan kejujuran keimanan, kejernihan, dan kesucian diri. Disamping itu, ia juga merupakan penopang utama dalam mewujudkan jaminan sosial dan perwujudan kebaikan bagi anak manusia. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
5. Memaafkan Orang Lain
Memaafkan adalah perasaan dalam hati yang menumbuhkan sikap toleran hati yang menumbuhkan sikap toleran dan tidak menuntut hak pribadi, meskipun orang yang memusuhi itu orang Zalim. Memaafkan adalah tindakan mulia selama perbuatan aniaya tersebut bukan penodaan terhadap agama dan tempat-tempat suci Umat Islam. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
6. Keberanian
Keberanian merupakan kekuatan jiwa yang luar biasa beerkat keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Sifat kebernian tumbuh karena keistikomahan dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran,keyakinan terhadap kehidupan yang abadi. Seberapa kekuatan keberanian terletak di kualitas keberanian. Selama keimanan kepada Allah tidak goyah keyakinan akan kebenaran tidak akan berbelok, kepasrahan kepada takdir yang tidak pernah berubah. (Abdullah Nasih Ulwan, 2012).
Sumber Referensi :
1.      Abdullah Nasih Ulwan, Abdullah Nasih Ulwan, 2012.
2.      Ahmad Najmi, Pendidikan Sosial Dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fii Islam Karya Dr. Abdullah Nasih Ulwan, IAIN Salatiga : 2017.

YUK MENTORING
Mengapa harus mentoring ?
Karena mentoring sebenarnya adalah proses untuk “akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini, sangatlah luas, bisa jadi, kedewasaan dalam memahami Islam,kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan kompetensinya, kedewasaan dalam mensikapi masalah, kedewasaan dalam memilih keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul- mengenal karakter manusia.
Kedewasaan, Kenapa ? Kenapa Bisa ? Dan Apakah Harus Dengan Mentoring ?
Ya. Mentoring adalah sebuah grup diskusi terfokus, yang didalamnya terdapat interaksi- relasi antar insan, ada aspek manusiawi, serta hubungan interpersonal. Bisa jadi seseorang menjadi dewasa, tanpa mentoring, karena aspek pembentuk kedewasaan memang banyak, bisa jadi dia anak sulung, sebatang kara, dididik orang tua, atau memang sudah dilepas sedari kecil. Mentoring adalah proses “percepatan kedewasaan”, karena dengan mentoring, maka kita akan memperbesar “kapasitas berkomunitas” kita, memahami bahwa ternyata, karakter manusia itu beragam, menangani konflik komunikasi, hingga mampu bekerjasama walaupun terdapat perbedaan prinsip di satu sisi.
Lalu, Kenapa Harus Mentoring Yang Isinya Materi Melulu ?
Materi ? Ya, terkadang, mentor memang tidak mampu menerjemahkan “materi” mati menjadi “hidup”. Mentor harus paham, bahwa “mempelajari” dan “membaca” sebuah materi adalah satu masalah, sedangkan “membumikan” dan “mengkomunikasikan” materi kepada adik mentor, adalah masalah lain yang berbeda, jangan disamakan. Mentoring mengandung 3 aspek, yaitu kognitif ( materi keilmuan, knowledge. Bisa jadi rasmul bayan yang kita dapat dulu saat pertama kali liqo), afektif ( sikap, bersikap saat menyampaikan, raut muka, bahasa tubuh, mimik wajah, ) , dan psikomotorik ( bisa jadi saat rihlah, olahraga, intonasi). Psikologi dan suasana mentoring akan sangat mempengaruhi adik mentor.
Mentoring, Apa Hubungannya Dengan Kesuksesan Saya ?
Apakah Mentoring Harus Bermateri Agama Islam ?
Tahukah kamu, bahwa orang- orang yang mampu mengubah zaman, pada masa mudanya, adalah orang- orang yang membentuk kelompok diskusi tersegmen ? Tahukah kamu, bahwa mentoring dapat mempercepat pemahaman kita akan sebuah disiplin ilmu ? Dan,bukan hanya Islam.Tidak percaya ? Ini beberapa contohnya :
HOS Cokroaminoto punya 3 binaan, yaitu Sukarno ( Presiden1 RI), Semaun ( Pemimpin PKI Madiun), dan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ( Pemimpin DI TII/ NII). Nah, semua jadi “tokoh” kan ? Walaupun akhirnya jadi berseberangan, itu, mungkin karena mereka pada ngebandel,mentoringnya gak selesai kali ya ?…
Jesse Jackson, senator negro pertama AS, yang Yahudi. Salah satu binaannya adalah Lewis “ Scooter” Libby ( Staf DEPLU AS), dan salah satu binaan dari mentoringnya Yahudi dari Libby ini, sekarang menjabat sebagai Presiden Bank Dunia, Paul Wolfowitz ( Pasti tahu dia kan ?)
Badiuzzaman Said Nursi, pemimpin Harokah Islamiyah dari Turki, penentang sekulerisme Kemal Pasha, dengan jamaahnya, Jamaah Nur, dan risalahnya, Risalah Nuriyah, punya kader yang masih dalam mentoringnya langsung, yaitu Dr. Necmetting Erbakan, dengan Partai Refah-nya, mantan PM Turki yang akhirnya terjungkal oleh militer, digantikan oleh Tanshu Ciller, dan hingga akhir hayatnya, dilarang terjun ke politik. Namun, Erbakan ini punya 11 binaan yang dipersiapkan untuk terjun ke politik praktis, dan 2 diantaranya adalah Abdullah Gul ( Presiden Turki sekarang) dan Recep Thayyip Erdogan ( PM Turki sekarang), yang mendapatkan amanah kepemimpinan dengan partai baru, Partai Keadilan dan Persatuan.
Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Abdul Latief, dan Fadel Muhammad, adalah kader Golkar, yang sengaja dibentuk semenjak masih di bangku kuliah ITB untuk mengendalikan sektor riil Indonesia, dengan suatu saat nanti mengendalikan asosiasi dagangnya, yaitu KADIN. Mereka terkenal dengan sebutan “Grup Gelapnyawang”, murobinya, pasti semua kenal, Ginanjar Kartasasmita, Ketua DPD RI sekarang.
Tahu teman satu mentoring-nya Einstein ? Ya, Schrodinger! Dan tahu nama komunitas diskusinya ? Ya, The Royal Society, yang sudah ada semenjak Sir Isaac Newton hingga Stephen Hawking sekarang.
Tahu Dawam Rahardjo ? Semenjak mudanya, dia punya halaqoh sendiri, dengan teman- temannya yaitu Ahmad Wahib ( Alm) dan Mukti Ali. Ketiganya, gencar hingga sekarang mengkampanyekan “pembaharuan Islam”
Jadi Kenapa Mentoring ? Jawaban Logis- Rasional- Kuantitatif !
Baik, itu pertanyaan favorit, ini jawabannya :
Karena dengan mentoring, maka kamu akan mengalami Akselerasi/ Percepatan Kedewasaan.
Jawaban Yang Tidak Logis, Apa Maksudnya ? Kedewasaan Apa Konkretnya ?
Konkretnya ? Baik ini contoh tersegmen :
Kedewasaan Ilmu
Jika ingin mendapatkan akselerasi kedewasaan dalam memahami dan menerapkan ilmu kamu di kampus, kamu harus ngementor dengan dosennya, di luar jam kuliah. Bikin kelompok kecil dengan 1 dosen sebagai mentor di rumahnya,jangan nunggu TA, kelamaan, keburu lulus ! Kenapa ? Karena ruangan kuliah terlalu sempit untuk mengetahui aspek teknis- taktis dari keilmuan kita. Jika memang benar- benar mau memiliki kemampuan berpikir strategis ala anak S1 dan bergerak taktis- teknis ala anak D3, maka, ajak seorang dosen untuk mentoring, curi semua ilmunya dan kamu akan mengalami akselerasi ilmu yang jauh berlipat, kamu bisa punya kemampuan setara doctor atau peneliti sebelum berusia 25 tahun! Luar biasa bukan mentoring itu ?
Kedewasaan Bisnis
Maksudnya ? Ya, biasanya, orang punya ide luar biasa untuk terjun ke sektor riil, namun bingung mulai dari mana, tidak ada modal, tidak ada jaringan, dll. Nah, dengan mentoring bisnis ini, kamu bisa mendapatkan ilmu luar biasa, bahwa ternyata, bisnis besar bisa dimulai dengan tanpa modal! Bahwa jaringan itu bukan hal yang sulit! Dan, kamu bisa mendirikan perusahaan berbasis kompetensi kuliah kamu, seperti halnya Steve Jobs, atau Michael Dell, sebelum berusia 25 tahun ! Nah, luar biasa bukan efek dari mentoring itu ?
Kedewasaan Psikologis
Maksudnya, apa lagi ? Hm, menjadi jenius bukan berarti terus jadi asosial loh. Jarang bergaul dan susah berinteraksi, seperti Steve Nash di Film A Beautifil Mind, sampai kena Skizofrenia segala ! Sudahlah, cobalah untuk bisa paham bahwa karakter manusia itu beragam, ada yang sensitive, agresif, ekspansif, bahkan arogan segala! Tahu kan, biasanya orang asosial punya kecenderungan bunuh diri tinggi, bahkan suka gagal dalam membangun karir dan relasi. So, mau cepet dewasa dalam menyikapi permasalahan hidup ? Yuk, mentoring.
Kedewasaan BerIslam
Ah, kamu pasti tidak mau disebut fanatik kan ? Fanatisme berlebihan terjadi karena dogmatis yang tanpa ada diskusi dan interpretasi. Islam tidak seperti itu, kita diberikan kesempatan untuk bertanya seluas dan sedalam mungkin, kita bahkan ditantang untuk membuktikan kebenaran Islam dalam Al Quran, dan percayakah kamu, Malaikat saja bertanya ! Mempertanyakan kepemimpinan manusia di bumi ? Dan, mereka tidak disebut Allah dengan kurang ajar loh. So, ,mau menjadikan Islam sebagai sebuah gaya hidup ? Setelah kamu jadi peneliti, pengusaha, hingga dosen, kamu akan kehilangan ruh dan karakter kuat manakala tidak punya prinsip yang kuat, dan saya yakin, Islam adalah prinsip hidup yang paling nyaman dan menyenangkan buat manusia, mau mentoring ? Yuuuk……
Intinya, dengan mentoring, kamu bakalan lebih cepat mengalami kedewasaan, mengenali potensi kemanusiaan kamu, hingga menata hidup kamu lebih baik, bukan Cuma buat kamu sendiri, tapi juga buat lingkungan sekitar kamu…Asyik kan?
Sumber Referensi :

PENTINGNYA MENGENAL ALLAH
A.    TUJUAN
 Peserta memahami makna dan maksud dari ma'rifatullah.

 Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya ma’rifatullah.

 Peserta mengetahui jalan-jalan untuk mengenal Allah.

 Peserta mengetahui hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah.


B.     METODE PENDEKATAN  Ceramah dan diskusi.


C.     RINCIAN BAHASAN


Makna Ma'rifatullah

Ma'rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).

Pentingnya Mengenal Allah

Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh dunia .

Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami
Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122].
Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:

a)      Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.

b)      Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.

Jalan untuk mengenal Allah

1.      Lewat akal:
 Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:

-          fenomena terjadinya alam (52:35)

-          fenomena kehendak yang tinggi(67:3)

-          fenomena kehidupan (24:45)

-          fenomena petunjuk dan ilham (20:50)

-          fenomena pengabulan doa (6:63)

-            keindahan Al-Qur' an (2:23)

-            pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]

-            pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)

2.         Lewat memahami Asma’ul Husna:

-            Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)

-            Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)

-            Allah sebagai pemilik (2:284)

-            dll. (59:22-24)


Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah
  Kesombongan (QS 7:146; 25:21).
  Dzalim (QS 4:153) .
 Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .

 Dusta (QS 7:176) .
 Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .

 Berbuat kerusakan/Fasad .

Lalai (QS 21:1-3) .
 Banyak berbuat ma’siyat .

 Ragu-ragu (QS 6:109-110)

Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS 2:6-7).

Sumber Referensi :

1.      Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu.
2.      Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah.

MARI MENGENAL RASUL
A.      TUJUAN
 Peserta memahami makna risalah dan rasul

 Peserta memahami kewajiban beriman kepada rasul

 Peserta mengetahui tugas para rasul

 Peserta mengetahui sifat-sifat rasul


B.       METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi


C.       RINCIAN BAHASAN


Makna Risalah dan Rasul

 Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.

 Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.


Pentingnya iman kepada Rasul

 Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .

 Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)


Tugas para rasul

1.         Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa:
  Ma'rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .
 Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah]
 Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)

2.        Mendidik dan Membimbing [62:2]

Sifat-sifat para rosul

1.      Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]

2.      Ma'shum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]

3.                                Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]

Sumber Referensi :

1.      Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71 Al-Asyqor;
2.       Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq.

MARI MENGENAL ISLAM
A.      TUJUAN
 Peserta mengetahui pengertian diin menurut Al-Qur'an

 Mengetahui perbedaan dienullah dan dien ghoiru dienullah

 Mengetahui kesempurnaan ajaran Islam sehingga berusaha mengamalkan dan mempelajarinya.


B.   METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi


C.       RINCIAN BAHASAN


Ad-dien menurut Al-Qur’an

 Dienullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh semua Rosul dan nabi untuk keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).

 Dienul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil rekayasa pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli).


Ciri-ciri dienullah/dienus-Samaawi

 Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan.
 Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.

 Konsep tentang Tuhannya adalah Tauhid.

 Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat penganutnya.
 Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia.


Ciri-ciri dienul ardli :
 Tumbuh dalam masyarakat.

 Tidak disampaikan oleh Rosul Allah.

 Umumnya tidak memilki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah.
 Konsep Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll.

 Ajarannya  dapat  berubah-ubah  sesuai  dengan  perubahan masyarakat penganutnya .

 Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan.


Pengertian Islam secara Ethimologi/ Bahasa :
 Tunduk patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].

 Damai (as-silm) .
 Bersih (as-saliim)

 Aturan Illahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat..
 Ajaran lslam:

a.         Sesuai fitrah manusia QS. 30;10 Kepentingan seluruh manusia QS 34;28

b.         Rahmat seluruh alam QS 21;107

c.         Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179

d.        Sangat sempurna QS. 5:3


REFERENSI

1.      Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin






            BERSUCI ITU KEREN!
Tujuan :
1.      Peserta memahami Thaharah secara umum;
2.      Peserta dapat memahami tata cara wudhu dan mandi wajib berdasarkan ajaran Islam.
Pada dasarnya, thaharah (bersuci) tidak terlepas dari air yang digunakan untuk bersuci dan kotoran (dalam hal ini najis) yang ingin dibersihkan. Oleh karena itu, artikel ini memaparkan secara sederhana mengenai hukum air, macam-macam najis, bagaimana cara membersihkan najis, dan bagaimana adab-adab buang hajat. Semoga bermanfaat.
Hukum Air

Empat macam air itu adalah:
1.      Air Muthlaq, seperti air hujan, air sungai, air laut; hukumnya suci dan mensucikan
2.      Air Musta’mal, yaitu air yang lepas dari anggota tubuh orng yang sedang berwudhu atau mandi, dan tidak mengenai benda najis; hukumnya suci seperti yang disepakati para ulama, dan tidak mensucikan menurut jumhurul ulama
3.      Air yang bercampur benda suci, seperti sabun dan cuka, selama percampuran itu sedikit tidak mengubah nama air, maka hukumnya masih suci mensucikan, menurut Madzhab Hanafi, dan tidak mensucikan menurut Imam Syafi’i dan Malik.
4.      Air yang terkena najis, jika mengubah rasa, warna, atau aromanya, maka hukumnya najis tidak boleh dipakai bersuci, menurut ijma’. Sedang jika tidak mengubah salah satu sifatnya, maka mensucikan, menurut Imam Malik, baik air itu banyak atau sedikit; tidak mensuciakn menurut Madzhab Hanafi; mensucikan menurut Madzhab Syafi’i jika telah mencapai dua kulah, yang diperkirakan sebanyak volume tempat yang berukuran 60 cm3. Su’r (sisa) yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum:
1.      Sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia seorang kafir, junub, atau haidh.
2.      Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya, hukumnya suci.
3.      Sisa keledai dan binatang buas, juga burung, hukumnya suci menurut madzhab Hanafi.
4.      Sedangkan sisa anjing dan babi, hukumnya najis menurut seluruh ulama

Najis dan Cara Membersihkannya

A. Najis
Najis adalah kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena.
Macam najis:
1.      Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya, telah disepakati para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i; dan suci menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
2.      Madzyi, yaitu air putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya.
3.      Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil.
4.      Darah yang mengalir. Sedangkan yang sedikit di-ma’fu. Menurut madzhab Syafi’i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima’fu jika secara umum dianggap sedikit.
5.      Anjing dan babi
6.      Muntahan.
7.      Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak berdarah mengalir.

B. Menghilangkan najis
Jika ada najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau lainnya, maka wajib dibersihkan. Jika tidak terlihat, maka wajib dibersihkan tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Sedangkan pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing, wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu.
Sedangkan sentuhan anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa . Sedang najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari, hukumnya dimaafkan. Demikianlah hukum sedikit darah dan muntahan. Diringankan pula hukum air kencing bayi yang belum makan makanan, hanya cukup dengan diperciki air.
Rukun wudhu ada enam :
1.  Membasuh muka dan termasuk berkumur-kumur dan beristinsyaq,
2.  Mencuci kedua tangan sampai dua siku,
3.  Membasuh seluruh kepala dan termasuk darinya dua telinga,
4.  Mencuci atau membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki,
5.  Tertib,
6.  Terus-Menerus berkelanjutan (tidak putus),

Disunnahkan untuk mengulangi membasuh muka, kedua tangan dan kedua kaki sebanyak tiga kali. Begitu juga dengan berkumur-kumur dan istinsyaq, yaitu memasukkan air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya. Dan yang wajib dari wudhu tersebut adalah dibasuh satu kali. Adapun mengusap kepala, maka tidak disunnahkan untuk diulangi sebagaimana yang diterangkan oleh hadits-hadits yang shahih.

Fardhu (rukun) mandi besar ada dua, yaitu niat dan mengguyur rata badan dengan air. 

Pertama: Ayat yang menerangkan tentang mandi wajib sudah menjelaskan pula tentang rukun mandi.

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
Dan jika kamu junub maka mandilah …” (QS. Al-Maidah: 6).
Dalam ayat ini tidak dikhususkan satu anggota tubuh dari anggota lainnya. Akan tetapi, Allah jadikan bersuci untuk seluruh badan.
Tata cara mandi adalah dengan mengguyur seluruh badan luar dengan air, termasuk pula bagian bawah rambut, baik rambut yang tipis maupun yang tebal. Mandi dilakukan dengan membasuh atau mencuci, bukan mengusap.
Kalau kita lihat dalam hadits di antaranya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ
Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i, no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,
هَذَا التَّأْكِيد يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ عَمَّمَ جَمِيع جَسَدِهِ بِالْغُسْلِ
“Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.” (Fath Al-Bari, 1: 361)
Jadi kalau ada yang bertanya tata cara mandi yang ringkas adalah cukup mengguyur air pada seluruh badan, tanpa memulai dengan wudhu. Itu sudah memenuhi rukun dalam mandi junub.

Kedua: Tata cara mandi yang lengkap diterangkan dalam dua hadits berikut.


عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari, no. 248 dan Muslim, no. 316)
Dalil lainnya,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Maimunah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari, no. 265 dan Muslim, no. 317)
Dua cara mandi seperti disebutkan dalam dua hadits di atas dibolehkan. Yaitu kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki dicuci terakhir.
 Boleh saja bagi muslim menggunakan air panas atau air dingin sesuai yang ia anggap maslahat untuk dirinya. Dalam masalah ini begitu longgar untuk memilih. Ingatlah, Islam adalah agama yang memberi kemudahan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Semoga bermanfaat, Allah senantiasa beri taufik dan hidayah.


Sumber Referensi :

THE BEST 10
Tujuan :
1.      Peserta mengetahui 10 Sahabat yang dijamin masuk Surga;
2.      Peserta terinspirasi dengan Sosok serta kisah 10 Sahabat yang dijamin masuk Surga.
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.
9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Sumber Referensi :


INDAHNYA AKHLAKUL KARIMAH
Tujuan :
1.      Peserta dapat memahami apa itu akhlakul karimah;
2.      Peserta mampu menerapkan Akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.
Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci.
Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.

Sumber Referensi :

KEUTAMAAN AL-QUR'AN
Tujuan :
1.      Peserta memahami tentang keutamaan Al-Qur'an;
2.      Peserta termotivasi untuk terus memuliakan Al-Qur'an.

[1] al-Qur’an adalah Cahaya

Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)

[2] al-Qur’an adalah Petunjuk

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam mim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:
  1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
  2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
  3. Mematuhi perintah,
  4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])

[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)

[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat

Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])

[6] al-Qur’an dan Hasad Yang Diperbolehkan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])

[7] al-Qur’an dan Syafa’at

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])

[8] al-Qur’an dan Pahala Yang Berlipat-Lipat

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)

[9] al-Qur’an Menentramkan Hati

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullahmenyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan Umat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 14)

[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh as-Sunnah

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)
Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.”(lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13).

Sumber Referensi :




PEMUDA & PERUBAHAN
Tujuan :
1.      Peserta menyadari peran penting Pemuda;
2.      Peserta menyadari bahwa pemuda adalah salah satu aset besar menuju perubahan.
Pemuda tentunya memiliki peran strategis dalam merencanakan dan menentukan perjalanan kehidupan manusia ke depan bahkan kehidupan sebuah bangsa dan peradabannya. Sejarah telah membuktikan ungkapan ini, dimana dalam setiap perubahan, pemuda menjadi garda terdepan dan martir yang siap dilesatkan. Tidak berlebihan jika ada sebuah ungkapan yang menyebut bahwa generasi muda sebagai generasi pendobrak. "Mereka dikenal sebagai remaja masjid dan pemuda masjid pada masanya. Mereka telah melakukan pendobrakan dalam proses transformasi budaya islam dengan mengadakan revolusi budaya, yaitu revolusi budaya busana muslimah menurut ketentuan Al-Qur'an dan As-Sunnah."
Peran pemuda dalam memimpin dan mengubah peradaban tidak hanya terjadi masa-masa sekarang saja, tetapi sudah menjadi ketentuan Allah dalam menjaga keberlangsungan Syari'atNya. Kisah Pemuda Kahfi menjadi pelajaran langsung yang telah di abadikan oleh Allah dan menjadi ilham bagi para penghasung risalahNya untuk mendidik dan merangkul kaum muda, Firman Allah SWT.
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu  (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk". (Q.S.Al-Kahfi:13)
Ini menjadi fakta yang tidak menyalahi ciri kebangkitan suatu kaum dalam sejarah kebangkitan umat manusia sepanjang kehidupannya di dunia. Sejak dulu hingga sekarang dan dimasa yang akan datang, Pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan pengibar panji-panjiannya. Inilah aset utama umat islam. Selama aset utama itu ada, maka harapan akan tegaknya Islam di muka bumi ini senantiasa bersemayam dalam jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan. Hasan Al-Banna menceritakan kisah harapan itu setelah melanglang buana mengamati kondisi utama sampai beliau pada sebuah kesimpulan : "Umat harus kembali bangkit. Namun, aset umat kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali satu. Itulah Pemuda."
Sumber Referensi :
1. Budi Wiyarno, Dakwah Kampus di Era Baru, Taman Pena, Yogyakarta : 2015.

URGENSI DAKWAH PEMUDA
Tujuan :
1.      Peserta memahami tentang tugas penting amar ma'ruf nahi munkar;
2.      Peserta memahami tugas penting pemuda yaitu berdakwah.

"Setiap masa mempunyai cara tersendiri dalam menulis, sejalan dengan cara penduduk masa tersebut dalam memahami dan mempelajari sesuatu. Karenanya, harus ada  pembaruan sejalan dengan kemajuan akal manusia dan perubahan metode riset, berpikir, dan mengambil kesimpulan. Untuk menjawab perubahan dan kemajuan tersebut tidak cukup hanya dengan kata-kata yang keluar secara refleks, atau ceramah yang membangkitkan perasaan, atau kata-kata yang dapat mengobarkan emosi. Akan tetapi para aktivis dakwah berkewajiban memberikan gambaran kepada manusia dengan gambaran yang logis, cermat, dan jelas; yang dibangun di atas kaidah-kaidah riset ilmiah; dan membeberkan kepada ,amusia cara-cara yang aplikatif dan produktif yang telah mereka persiapkan untuk mewujudkan apa yang di inginkan; dan agar dapat mengatasi tantangan yang akan mereka hadapi, maka hal-hal di atas harus ada dalam perjalanan dakwah." (Risalah Da'watuna fi Thaurin Jadid, Hasan Al-Banna).
Tugas menegakkan amar makruf nahi munkar merupakan sesuatu yang sangat fundamental dalam Islam. Melalui tugas inilah, Allah SWT menyeleksi kehidupan ini menjadi hitam dan putih, menjadi benar dan salah, menjadi berserah dan berserak, menjadi Islam yang berlandaskan syukur dan jahil yang mencerminkan kufur. Melalui tugas ini pula, Allah SWT memberikan gelar kepada umat ini khaira'ummah (umat terbaik) (Ali-'Imran : 110). Umat terbaik disisi Allah, Umat terbaik di sisi manusia, dan umat terbaik bagi alam semesta. Biasanya sesuatu yang terbaik itu, dalam sisi kemanusiaan dan kehidupan, akan selalu dijadikan rujukan. Maka kemudian Umat Islam dikenal pula sebagai umat pertengahan (Al-Baqarah : 143, Al-Hujurat : 9-10). Hal ini muncul karena tabiat amar makruf nahi munkar akan selalu melahirkan sikap adil dan wara', disamping ketegasan, kelembutan, dan kejujuran. Kesemuanya adalah syarat untuk menjadi umat pertengahan, menjadi hakim kehidupan, juga prasyarat kepemimpinan umat manusia dan alam semesta.
Tugas amar makruf nahi munkar ini hidup dalam keseluruhan risalah Islamiyah. Dia adalah ruh yang menjiwai islam kita, energi yang membentuk keberislaman kita, dan senjata yang menjadikan Islam ini dapat tumbuh dan berkembang dalam kehidupan.  Tugas ini tumbuh bersama tumbuhnya Islam dan berkembang bersama perkembangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sejarah Islam sesungguhnya tidak lain adalah sejarah amar makruf nahi munkar. Hal ini terbukti, dan dapat ditelusuri dengan menelaah lembaran sejarah yang ada.
Konsep amar makruf nahi munkar ini hidup dalam tubuh Islam dan Umat Islam. Konsep ini akan kita temukan dalam aqidah, ibadah, syariah, dan akhlak. Begitupun dalam muamalah. Konsep ini merasuk dalam kehidupan jihad Islam, Hijrah, ketatanegaraan bernapaskan Islam, bidang sosial, nilai budaya dan pendidikan, etika, bidang ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tata perilaku kemasyarakatan, dan kehidupan individu.
Konsep amar makruf nahi munkar ini dalam Islam diterjemahkan kedalam terminologi dakwah. Dakwah merupakan usaha mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah pun dapat diartikan sebagai upaya memotivasi  orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar makruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat. Toha Yahya Oemar mengartikannya sebagai mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar dan sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat. Ibnu Taimiyah mengartikan bahwa dakwah kepada Allah ialah mengajak orang lain untuk beriman kepadaNya dan ajaran yang dibawa oleh RasulNya, dengan membenarkan informasi yang mereka bawa dan menaati apa yang mereka perintahkan.
Pemuda yang merupakan iron stock peradaban adalah SDM yang sangat mungkin untuk mengambil peran ini, menjaga nyala api semangat perubahan, menggelorakan semangat dalam relung jiwa dan aksi, pentingnya peran ini harus segera di ambil alih dan digerakkan oleh para pemuda. Oleh karena itu Pemuda ibarat ruh bagi Tugas mulia ini, yang menjadi engineer perubahan dan pergerakkan, membebaskan kejahilan menuju intelektualitas, dakwah adalah tugas mulia yang harus di ambil alih oleh para pemuda melintasi zaman. Pemuda yang terus menerus belajar, tanpa pengalaman masa lalu, pemuda lebih cenderung melakukan eksperimen-eksperimen lapangan yang berani dan inovatif. idi tengah-tengah zaman ketidakpercayaan ini, pemuda harus maju tampil di panggung, bukan panggung ratapan, menjadi yang terbaik diantara pemuda-pemuda non-produktif adalah sebuah kemuliaan, menjadi trend-setter kebaikan di tengah-tengah kemalasan kaum muda adalah misi yang harus dihadapi dengan kesabaran dan semangat pantang menyerah, untuk perubahan yang lebih baik itulah urgensi dakwah bagi pemuda.
Sumber Referensi :
3.      Ahmad Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.

KONSEP DAKWAH PEMUDA
Tujuan :
1.      Peserta memahami makna dakwah;
2.      Peserta memahami makna dakwah islam;
3.      Peserta memahami konsep dakwah pemuda.
Dakwah berasal dari kata da'a, yad'u yang berarti panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan Da'awa sendiri merupakan unsur yang bermakna mengajak, meminta, memanggil, dan menyeru. Dakwah secara makro, dalam bahasa Muhammad Ali Azis, berarti berupaya melakukan pembebasan umat manusia secara fundamentalis, yaitu aktualisasi teologis (iman yang dimanifestasikan dalam sistem kegiatan dalam bidang sosial kemasyarakatan). Sesungguhnya, yang perlu kita pahami tentang esensi dakwah adalah bahwa sesungguhnya dakwah merupakan sebuah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Situasi yang lebih baik yang dimaksud dalam keberislaman setelah kejahilan, kesyukuran setelah kekufuran, kesadaran setelah kelupaan, dan kesempurnaan setelah kekurangan.
Jika ditelaah lebih lanjut kita dapati bahwa dakwah Islam yang dimaksud memenuhi tiga pengertian pokok mendasar, yaitu,; proses penyampaian agama dari seseorang kepada orang lain, penyampaian dari amar makruf nahi munkar, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh ajaran dinul islam. Sedangkan tabiat inti yang kita pahami sebagai dasar dalam memulai langkah perjalanan dakwah, sehingga kita mampu bersiap menghadapi perjalanan ini dan menentukan bekal-bekal yang tepat adalah; bahwa sesungguhnya dakwah memiliki tiga karakteristik mendasar; yaitu thulut thariq (panjang jalannya), katsirul'aqabat (banyak timpaannya), dan qilatur rijal (sedikit orangnya).
Dakwah merupakan sesuatu yang menjadi tuntutan dari keberislaman kita. Islam yang kita anut ini tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk menyebarkannya. Baik dengan perbuatan, lisan, tulisan, maupun dengan hati. Di manapun kita berdiri kini, di bumi manapun Allah memberikan napas kehidupan bagi kita kini, bagaimanapun keadaannya, seperti dan jadi apapun kita, peran dakwah adalah peran paling urgen dalam kehidupan kita. Dia adalah dimensi strategis yang mesti hidup dalam kehidupan kita, nuansa filosofis yang mesti melekat dalam perjalanan kita, dan warna ideologis yang mencerminkan siapa kita.
Dakwah merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam kehidupan umat manusia. Karena dakwah merupakan sebuah upaya perubahan manusia, baik berubah maupun mengubah, baik secara individu maupun kolektif, dari situasi yang tidak baik (atau kurang baik) kepada situasi yang lebih baik. Dakwah dalam Islam dilaksanakan pada setiap zaman, dikerjakan di setiap tempat, dilaksanakan dalam kondisi apapun, pada setiap waktu dan oleh setiap generasi. Dari zaman para Rasul sampai kita hari ini.
"Akan selalu ada dari umat ini, segolongan umat yang akan senantiasa menegakkan urusan (dakwah islam) ini. Orang-orang yang mendustakan mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka. Demikian pula halnya orang-orang yang memusuhi mereka. Demikianlah keadaannya sampai datangnya urusan Allah dan mereka meraih kemenangan atas manusia." (HR.Bukhari Muslim).
Konsep Dakwah Pemuda tegak atas manhaj Da'wah Ammah Harakatudh Dhagirah, yakni dakwah yang bersifat umum dengan aktifitas terbuka dan nyata. Pemahamannya adalah bahwa ia merupakan dakwah yang terbuka untuk seluas mungkin civitas akademik di lingkungan sekolah/kampus dengan aktivitas dakwah yang riil dan nyata manfaat serta dampaknya bagi kehidupan sekolah/kampus.
Pada tataran operasionalnya manhaj, konsep dakwah pemuda diletakan pada lima landasan :
1.      Aqidah yang bersih;
2.      Sumber yang jelas;
3.      Perubahan bertahap dan menyeluruh serta menyentuh semua aspek kehidupan;
4.      Perbaikan berkelanjutan;
5.      Menjauhi perselisihan dan menjunjung persatuan serta ukhuwah Islamiyah.
Sumber Referensi :
1.      Ahmad Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.
2.      Budi Wiyarno, Dakwah Kampus di Era Baru, Taman Pena, Yogyakarta : 2015.



KESEIMBANGAN
Tujuan :
1.      Peserta memahami tentang keseimbangan dalam diri manusia;
2.      Peserta memahami unsur-unsur yang menyusun keseimbangan dalam diri manusia.
Allah menciptakan segalanya dalam keseimbangan. Dengan itu ia tetap indah, selaras, harmonis dan lestari. Sebagaimana makhluk yang lain, manusia juga diciptakan dengan fitrah keseimbangan. Apabila berada pada fitrah keseimbangan ini ia disebut sebagai orang yang hanif [lurus].

Manusia sebagai individu tersusun dari unsur jiwa, akal dan jasad. Masing-masing membutuhkan sentuhan dan pemenuhan kebutuhan secara wajar dan proporsional. Kurang dalam memberikan sentuhan dan pemenuhan akan menyebabkan kekerdilan yang berakibat munculnya ketidakseimbangan. Sebaliknya berlebihan dalam pemenuhan dan sentuhan terhadapnya juga akan menyebabkan terabainya dan terlalaikannya bagian lain. Kekurangan maupun berlebihan dalam memberikan hak-haknya akan menyebabkan terjadinya ketidakwajaran.
Ruh [jiwa]
Kesehatan jiwa sangat mempengaruhi kesehatan fisik. Karena itu sentuhan dan pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa juga tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw. mengatakan bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, apabila ia sehat maka sehatlah seluruh tubuhnya dan jika ia sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya. Segumpal dagin itu adalah hati. Kebutuhan jiwa adalah kedekatannya kepada Allah yang telah menciptakan dan memberikan jaminan kepadanya. Karena itu santapan ruhani adalah dzikir. Dengan dzikir hati akan menjadi tenang. Keresahan, kegelisahan, dan kegundahan hanya terjadi manakala hati tidak berdzikir kepada Allah. Pada kondisi yang parah, jiwa akan mengalami stress dan depresi bahkan sinting dan gila.
Akal
Sebagaimana fisik, akal juga membutuhkn pemenuhan kebutuhan secara wajar dan proporsional. Kalau daya tampung dan kebutuhan tubuh terbatas, kebutuhan dan kapasitas akal dapat dikembangkan lebih dari kemampuan fisiknya. Karena itu rakus terhadap materi merupakan sifat tercela. Sebaliknya rakus terhadap ilmu dan hikmah adalah sifat terpuji. Pemenuhan kebutuhan akal dilakukan dengan cara belajar mencari ilmu, tadabbur ayat-ayat quliyah, dan tafakkur ayat-ayat kauniyah.
Jasad (fisik)
Sel-sel, organ-organ tubuh, dan fisik menusia menunjukkan keseimbangan yang sangat jelas. Keseimbangan pada fisiknya akan mempengaruhi keindahan dan kesehatan fisik itu sendiri dan juga psikis. Karena itu ia harus menjaga keseimbangan fisiknya dengan memberikan sentuhan dan pemenuhan kebutuhannya secara seimbang. Jasad membutuhkan pemenuhan berupa makanan, minuman, gerak dan istirahat. Makanan dan minuman yang ia konsumsi juga harus seimbang sesuai dengan kebutuhan. Seimbang dalam makanan meliputi kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas makanan disesuaikan dengan kebutuhan, kualitas meliputi aspek kelengkapan nutrisi dan bobot gizi sesuai kebutuhan.
“Makanlah yang halal dan yang baik [bergizi] dari apa yang terdapat di muka bumi, dan janganlah kamu mengikuti cara-cara setan.” (al-Baqarah: 168)
Apabila fungsi-fungsi fisik normal, kelebihan makanan dan nutrisi akan dibuang sia-sia. Termasuk kebutuhan fisik adalah gerak badan dengan bekerja, berolahraga, menjaga kebersihan diri, tempat tinggal dan lingkungan hidup.
Ketiga aspek di atas saling terkait dan mempengaruhi. Terpenuhinya kebutuhan secara seimbang akan membentuk pribadi utuh dan sehat sehingga ia dapat menunaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Itulah nikmat Allah lahir dan batin.
Sumber Referensi :

PROPHETIC LEADERSHIP
Tujuan :
1.      Peserta memahami makna prophetic leadership;
2.      Peserta memahami enam kriteria Prophetic leadership;
3.      Peserta dapat menerapkan prophetic leadership dalam kehidupan sehari-hari. 
Pada dasarnya Prophetic Leadership adalah kepemimpinan yang membebaskan penghambaan kepada manusia hanya kepada Allah semata. Prophetic Leadership dapat kita pelajari dari para nabi dalam Al Quran.
Mengetahui apa itu Prophetic Leadership, kita tidak hanya mempelajari Abu Sejarah keberhasilan para nabi dalam menjadi pemimpin saja, namun Api Sejarah kepemimpinan para nabilah yang harus kita dapat dan kita terapkan dalam proses membangun pribadi kita masing-masing, dan tentunya untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Lalu apa bedanya dengan kepemimpinan pada umumnya? Tentunya setiap konsep kepemimpinan memiliki kriteria masing-masing. Prophetic Leadership sendiri memiliki kriteria, dimana suatu kepemimpinan dapat disebut sebagai Prophetic Leadership bila kepemimpinan itu mengusung 6 kriteria. Enam kriteria ini didasarkan pada pemahaman Al Quran surah Ali Imran ayat 110 :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali-'Imran:110).

Berikut ini 6 kriteria Prophetic Leadership yaitu :

1.      Yang pertama adalah Ta’muruna bil ma’ruf atau Misi Humanisasi
Maksudnya bahwa Prophetic Leadership pastilah memiliki misi untuk memanusiakan manusia, istilahnya humanis. Dimana seorang 
pemimpin yang menggunakan konsep Prophetic Leadership pastilah memiliki tujuan untuk mengangkat harkat hidup manusia. Tidak hanya itu, Prophetic Leadership memiliki tujuan untuk menjadikan manusia bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakannya,dengan kata lain membangun kesadaran dalam diri masyarakat.

2.      Yang kedua, Tanhauna ‘anil munkar atau Misi Liberasi
Maksudnya adalah misi untuk misi membebaskan manusia dari keterpurukan dan ketertindasan.

3.      Yang ketiga, Tu’minunabillah atau Misi Transendensi
Maksud poin ketiga ini adalah adanya kesadaran ilahian dalam diri seseorang, yang mampu menggerakkan hati dan sikap orang ybs untuk ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan. Apakah teman-teman tahu, bahwa kriteria utama kesuksesan seorang pemimpin adalah kesadaran akan peran dan fungsinya sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Karena tanpa adanya visi dan misi keilahian yang kuat, keberhasilan seorang pemimpin hanyalah keberhasilan semu. Benar bukan? Jika kriteria pertama sampai ke tiga tadi berhubungan dengan misi Prophetic Leadership itu sendiri. Maka ciri ke empat hingga ke enam ini berkaitan dengan pribadi seseorang yang memiliki potensi untuk menerapkan Prophetic Leadership. Apa saja ciri-ciri itu?

4.      Yang ke empat, Seseorang yang berilmu, kuat, dan amanah. Prophetic Leader haruslah seseorang yang memiliki ilmu. Ilmu yang dimaksud meliputi pengetahuan dan hikmah yang mampu menjadikan seseorang mampu memutuskan kebijakan yang tepat, dan sejalan dengan akal sehat dan sunatullah.  Kemudian kekuatan. Bukan hanya kekuatan fisik, namun lebih kepada kekuatan untuk memegang amanah. Kenapa hal ini penting sekali? Begitu pentingnya pemimpin yang memiliki kekuatan untuk memegang amanah sehingga hal ini pernah disinggung oleh Rasulullah saw…Disebutkan dalam Riwayat Imam Muslim, bahwa suatu hari Abu Dzar Al Ghifariy pernah berkata kepada Rasulullah:“Ya Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku sebagai penguasa (amil)?”  Rasulullah pun menjawab: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah. Padahal kekuasaan itu adalah amanah yang kelak di hari akhir hanya akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak, dan diserahkan kepada orang yang mampu memikulnya.”Dan terakhir adalah seseorang yang amanah, yaitu seseorang yang memiliki kredibilitas dan integritas tinggi, serta dapat dipercaya oleh yang dipimpinnya. Orang ini haruslah tidak mudah goyah oleh godaan harta, takhta, dan nafsu dalam menjalani amanah.

5.      Yang ke lima, Seseorang yang memiliki daya regenerasi. Dalam sebuah Prophetic Leadership, penting sekali memiliki seseorang yang mampu mewariskan sifat-sifat Prophetic Leadershipnya. Karena bagaimana mungkin kita berjuang menegakkan Prophetic Leadership selama kita hidup, namun gagal mewariskannya?  Karena Prophetic Leadership hanya puas ketika mereka dapat melahirkan generasi penerus yang lebih baik disbanding era mereka.

6.      Yang ke enam, Seseorang yang memiliki ketakwaan. Ketakwaan menjadi unsur penting yang harus dimiliki seorang pemimpin. Sebegitu pentingnya sifat ini sehingga dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa tatkala nabi Muhammad saw melantik seorang panglima pasukan atau ekspedisi perang, beliau berpesan kepada mereka, terutama pesan untuk selalu bertakwa kepada Allah dan bersikap baik kepada kaum muslim yang bersamanya.

Sumber Referensi :






MENUJU KEMENANGAN DAKWAH PEMUDA
Tujuan :
1.      Peserta memahami tentang kemenangan dakwah;
2.      Peserta memahami tentang kemenangan dakwah pemuda serta implikasinya.
"Allah telah menetapkan: Aku dan Rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Q.S.Al-Mujadilah : 21).
"Rupanya perjuangan itu mempunyai insting yang membuat kehidupan senantiasa menjadi kemenangan. Sebab setiap anak pikiran yang lahir disitu selalu menjadi penghancur-penghancur kekalahan." (Arsitek Peradaban, Anis Matta).
Dimanapun seorang Muslim sejati berada, Islam menjadi sesuatu yang akan selalu mereka bawa dan sebarkan. Dakwah adalah pekerjaan setiap Muslim. Siapa pun, kapan pun, di mana pun, dan bagaimana pun. Itulah sebabnya seorang Muslim tidak akan pernah menganggur. Seharusnya seorang Muslim mesti terus produktif, Produktif berdakwah.
Dakwah Pemuda merupakan bagian dari dakwah Islam. Dakwah Pemuda secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha menyebarkan dan mengajarkan Islam di kalangan pemuda. Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk, menyeru kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Kemenangan Dakwah, khususnya kemenangan dakwah pemuda merupakan sebuah keniscayaan.
"Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir membencinya." (Q.S.Attaubah : 32).
Sebuah pilihan yang tidak boleh ditinggalkan. Dakwah Pemuda harus menang agar kemudian mampu mencapai setiap tujuan yang Dakwah Pemuda kehendaki. Kemenangan akan selalu menghadirkan ketenangan. Sehingga dengan kemenangan Dakwah Pemuda, kita akan semakin tenang berdakwah di kalangan pemuda. Kemenangan pun akan selalu melahirkan kemudahan. Sehingga dengan demikian kemenangan dakwah Pemuda akan semakin mempermudah kita dalam berdakwah di kalangan pemuda.
Kemenangan hanya akan didapatkan melalui kekuatan. Karena itulah Rasulullah SAW. berpesan, "Allah lebih menyenangi muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Walaupun pada keduanya masih tetap ada kebaikan."
Kemenangan Dakwah Pemuda harus terjadi di semua lini yang ada. Kemenangan ini harus terwujud di setiap sisinya. Kemenangan itu harus terjadi di tataran individu dan institusi. Kemenangan itu mesti terjadi di tataran ideologis, strategis, taktis, dan teknis. Kemenangan itu terjadi secara harfiah dan maknawiyah. Kemenangan itu terjadi secara spiritual, mental, moral, intelektual, emosional, dan fisik.
Kemenangan individu hanya akan terwujud ketika dakwah pemuda memiliki individu-individu yang kuat. Individu-individu ini kuat secara ideologis, strategis, taktis, teknis, ruhiah, fikriyah, maknawiyah, dan jasadiyah. Individu-individu ini terbina dalam tarbiyah yang sehat dan kaderisasi yang baik. Selain itu kemenangan dakwah pemuda harus pula terjadi di tataran institusi. Dakwah pemuda mesti memiliki institusi dakwah pemuda yang kuat. Kuat dengan individu-individu yang kuat, kekokohan soliditas internal, dan kekuatan hubungan dengan elemen eksternal yang mantap.
Kemenangan dakwah pemuda harus terjadi pada tataran ideologis, strategis, taktis, dan teknis. Dakwah pemuda mesti memiliki ideologi yang kuat, strategis yang brilian, taktik yang jitu, dan teknis yang profesional. Kemenangan dakwah pemuda mesti terjadi di tataran spiritual, mental, moral, intelektual, emosional, dan fisik. Oleh karenanya, dakwah pemuda harus memiliki spiritual yang terjamin dan terjaga, mental yang sehat, moral yang mengagumkan, intelektual yang cerdas, emosional yang baik, dan fisik yang prima.
Kemenangan ini akan dicirikan oleh penguasaan dakwah pemuda, gelombang para pemuda yang hijrah akan hakikat kehidupannya di hadapan Sang Pencipta, gelombang perubahan ini di dorong oleh kejadian penistaan agama oleh salah seorang oknum beberapa tahun yang lalu. Islam menjadi arus utama, baik secara opini maupun fisik; penerimaan masyarakat terhadap dakwah yang digulirkan; dipermudahnya dakwah berjalan pada semua tataran yang ada; tidak adanya usaha menentang dakwah dari semua elemen terkait; dan setiap pihak terbiasa mendengar senandung dakwah, intinya, kemenangan dakwah pemuda merupakan sebuah tujuan yang mulia dan kesuksesan yang sempurna.
Sumber Referensi :
1.      Ahmad Atian, Menuju Kemenangan Dakwah Kampus, Era Adicitra Intermedia, Solo : 2010.



FIQIH PRIORITAS
Tujuan :
1.      Peserta memahami fiqih prioritas secara umum;
2.      Peserta memahami betapa pentingnya belajar fiqih prioritas dalam menghadapi zaman.
Diantara konsep terpenting dalam fiqih kita sekarang ini ialah fiqih prioritas. Yang dimaksud dengan fiqih prioritas ialah meletakkan segala sesuatu pada peringkatnya dengan adil, dari segi hukum, nilai, dan pelaksanaannya. Pekerjaan yang mula-mula dikerjakan harus didahulukan, berdasarkan penilaian syari'ah yang shahih, yang diberi petunjuk oleh cahaya wahyu, dan diterangi oleh akal. Sehingga sesuatu yang tidak penting, tidak didahulukan atas sesuatu yang lebih penting. Sesuatu yang tidak kuat tidak di dahulukan atas sesuatu yang kuat. Dan sesuatu yang biasa-biasa saja tidak didahulukan atas sesuatu yang utama, atau yang paling utama.
sesuatu yang semestinya didahulukan harus didahulukan, dan yang semestinya diakhirkan harus diakhirkan. Sesuatu yang kecil tidak perlu dibesarkan, dan sesuatu yang penting tidak boleh diabaikan. Setiap perkara mesti diletakkan di tempatnya dengan seimbang dan lurus, tidak lebih dan tidak kurang. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Allah SWT telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu." (Q.S.Arrahman:7-9).
Dasarnya ialah bahwa sesungguhnya nilai, hukum, pelaksanaan, dan pemberian beban kewajiban menurut pandangan agama ialah berbeda-beda satu dengan lainnya. Semuanya tidak berada pada satu tingkat. Ada yang besar, ada pula yang kecil; ada yang pokok dan adapula yang cabang; ada yang berbentuk rukun dan ada pula yang hanya sekedar pelengkap; ada persoalan yang menduduki tempat utama (esensi) tetapi ada pula yang hanya merupakan persoalan pinggiran; ada yang tinggi dan ada yang rendah; serta ada yang utama dan ada pula yang tidak utama. Persoalan seperti itu telah dijelaskan di dalam nas Al-Qur'an, sebagaimana difirmankan Allah SWT :
"Apakah orang-orang yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan mengurus Masjid Al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta Berjihad di Jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum muslim yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.
(Q.S.Attaubah : 19-20)
Para Sahabat Nabi SAW. memiliki antusiasme untuk mengetahui amalan yang paling utama (atau yang diprioritaskan), untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu banyak sekali pertanyaan yang mereka ajukan kepada baginda Nabi SAW mengenai amalan yang paling mulia, amalan yang paling dicintai Allah SWT; sebagaimana pertanyaan yang pernah dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud, Abu Dzarr, dan lain-lain. Jawaban yang diberikan Nabi SAW atas pertanyaan itupun banyak sekali.
Barangsiapa yang mau meneliti apa yang dinyatakan didalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang suci dalam masalah ini, maka dia akan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, atau penjelasan mengenai hakikatnya. Dia akan melihat bahwa sejumlah parameter yang berkaitan dengan penjelasan amalan, nilai, dan kewajiban yang paling utama, paling baik, dan paling dicintai Allah SWT telah diletakkan di depan kita.
Sumber Referensi :
1.     Yusuf Qardhawi, Fiqih Prioritas Urutan Amal Yang Terpenting, Dari Yang Penting, Terjemahan, Drs. Moh. Nurhakim, MA, Gema Insani Press, Jakarta, 2009.

REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Tujuan :
1.      Peserta memahami perkembangan teknologi di dunia saat ini;
2.      Peserta memahami betapa perkembangan teknologi industri berlangsung secara eksponensial;
3.      Peserta memahami revolusi industri dan bagaimana harus bersikap.
Pertama, kita lihat dulu definisi dari revolusi industri itu sendiri. Revolusi industri secara simpel artinya adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini tercatat sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.

Lebih detilnya kita harus lihat di setiap revolusi industri, tapi kasarnya adalah, beberapa hal yang semula begitu sulit, begitu lama, begitu mahal dalam proses produksi mendadak jadi mudah, cepat, dan murah. Ingat, Ekonomi membicarakan macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan. Revolusi industri menurunkan, malah terkadang Menghilangkan beberapa kelangkaan tersebut, sehingga waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak jadi bebas, jadi bisa digunakan untuk hal lain, untuk mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi kalau ternyata beberapa kelangkaan menghilang! Nah, kita lihat satu persatu, sesuai urutannya.

Revolusi Industri 1.0

Revolusi industri pertama adalah yang paling sering dibicarakan, yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya lalu digunakannya mesin uap dalam proses produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum adanya mesin uap, kita cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan apapun.

Masalahnya, tenaga otot amat terbatas. Misalnya, manusia, kuda, sapi dan tenaga-tenaga otot lainnya tidak mungkin bisa mengangkat barang yang amat berat, bahkan dengan bantuan katrol sekalipun. Butuh istirahat secara berkala untuk memulihkan tenaga tersebut, sehingga proses produksi kalau mau berjalan 24 jam sehari membutuhkan tenaga.
Selain dengan otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air dan tenaga angin. Biasanya ini digunakan di penggilingan. Untuk memutar penggilingan yang begitu berat, seringkali manusia menggunakan kincir air atau kincir angin. Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, kita tak bisa menggunakannya di mana saja. Kita cuma bisa menggunakannya di dekat air terjun dan di daerah yang berangin.
Untuk tenaga angin, masalah tambahan adalah tenaga angin tak bisa diandalkan 24 jam sehari. Ada kalanya benar-benar tak ada angin yang bisa digunakan untuk memutar kincir! Masalah ini juga muncul ketika tenaga angin menjadi andalan transportasi internasional, yaitu transportasi laut. Sebagai gambaran, di era VOC, butuh waktu sekitar 6 bulan untuk kapal dari Belanda untuk mencapai Indonesia, lalu 6 bulan lagi untuk berlayar dari Indonesia ke Belanda. Artinya, kalau mau berlayar bolak balik Batavia-Amsterdam-Batavia, butuh waktu setahun! Maklum, terkadang ada kalanya benar-benar tak ada angin di laut, terkadang ada angin tetapi berlawanan dengan arah yang diinginkan.
Penemuan mesin uap yang jauh lebih efisien & murah dibandingkan mesin uap sebelumnya oleh James Watt di tahun 1776 mengubah semua itu. Kini tak ada lagi batasan waktu untuk menggerakkan mesin. Asal dipasang mesin uap rancangan James Watt ini, sebuah penggilingan bisa didirikan di mana saja, tak perlu dekat air terjun atau daerah berangin. Sebuah kapal jadi bisa berlayar 24 jam, selama mesin uapnya dipasok dengan kayu atau batu bara. Waktu perjalanan dari Belanda ke Indonesia terpangkas jauh, hitungannya bukan setahun lagi, tapi jadi cuma sekitar 2 bulan.

Ini yang jarang dibahas di buku-buku sejarah: revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang mereka ke seluruh penjuru dunia dalam waktu jauh lebih singkat. Tidak ada lagi cerita tentara-tentara Eropa kelelahan saat menyerang benteng milik Kerajaan Asia. Semua daerah yang bisa terjangkau oleh kapal laut, sudah pasti terjangkau oleh kekuatan imperialis Eropa. Negara-negara Imperialis di Eropa ini ramerame ngegas menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Ingat, di akhir 1800an inilah Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah terakhir di Indonesia seperti Aceh dan Bali, yang belum ditaklukkan.
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/Gambar-peta-Afrika.png
Revolusi Industri pertama mengubah peta geopolitik Afrika di abad IX
Jadi, karena kini tenaga mesin tidak dibatasi oleh otot, angin, dan air terjun, terjadilah penghematan biaya dalam jumlah luar biasa di bidang produksi, transportasi, bahkan militer. Barang-barang yang diproduksi menjadi jauh lebih banyak, lebih murah, dan lebih mudah didapat. Uang yang semula dipakai untuk memproduksi dan membeli barang-barang mahal tersebut kini bisa dipakai untuk hal lain, sehingga barang-barang yang tak diproduksi menggunakan mesin uap pun menjadi jauh lebih laku. Revolusi industri ini juga mengubah masyarakat dunia, dari masyarakat agraris di mana mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, menjadi masyarakat industri. Intinya, kelangkaan Tenaga yang semula mendominasi kesukaran manusia dalam berlayar, dalam memproduksi, mendadak lenyap. Tenaga tidak lagi dipasok cuma oleh otot, angin, dan air terjun, tapi juga oleh mesin uap yang jauh lebih kuat, lebih fleksibel, dan lebih awet.

Terakhir, kelangkaan yang dikurangi adalah kelangkaan tenaga kerja. Semula begitu banyak manusia dibutuhkan untuk menjalankan mesin-mesin produksi. Kini mendadak semua tenaga itu digantikan mesin uap. Artinya, mendadak semua tenaga manusia tersebut jadi bebas, mereka bisa dipekerjakan di bidang lain.

Perubahan-perubahan ini amat penting sebab perubahan ini berarti menghilangkan keistimewaan para bangsawan. Berkat mesin uap, produksi kini bisa berlangsung di mana saja. Berkat mesin uap, produksi besar-besaran bukan cuma monopoli para tuan tanah yang memiliki ladang/sawah berhektar-hektar. Kini orang-orang kaya yang memiliki mesin-mesin uap bisa memproduksi barang padahal tanah mereka tak seberapa dibanding tanahnya para bangsawan ini. Kini orang-orang bisa memproduksi tanpa memiliki tanah pertanian. Kini oran-orang-orang bisa jadi kaya tanpa gelar bangsawan, karena sebelumnya cuma para bangsawan yang bisa memiliki faktor produksi (tanah) dalam jumlah besar. Dominasi kaum bangsawan yang berlangsung atas kaum non-bangsawan selama ribuan tahun terpatahkan sudah.
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/watt-steam-engine.jpg
Penampakan mesin uap Watt, yang menjadi pijakan untuk revolusi industri pertama.
Namun, dampak negatif revolusi industri ini, selain pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya yang sudah kalian pelajari di buku teks sekolah kalian, adalah penjajahan di seluruh dunia. Tanpa mesin uap, Imperialis Eropa takkan bisa menaklukkan Asia dan Afrika secepat dan semudah ini.

Revolusi Industri 2.0

Revolusi industri pertama memang penting dan mengubah banyak hal. Namun, yang tak banyak dipelajari adalah revolusi industri kedua yang terjadi di awal abad ke-20. Saat itu, produksi memang sudah menggunakan mesin. Tenaga otot sudah digantikan oleh mesin uap, dan kini tenaga uap mulai digantikan dengan tenaga listrik. Namun, proses produksi di pabrik masih jauh dari proses produksi di pabrik modern dalam satu hal: transportasi. Pengangkutan produk di dalam pabrik masih berat, sehingga macam-macam barang besar, seperti mobil, harus diproduksi dengan cara dirakit di satu tempat yang sama.
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/Gambar-Pabrik-Ford.jpg
Pabrik mobil Ford model T sebelum revolusi industri 2.0.
Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Namun, di pabrik mobil, setiap mobil dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama. Semua komponen mobil harus dibawa ke si tukang-perakit. Seorang tukang-perakit memroses barang tersebut dari nol hingga produk jadi. Perhatikan foto di atas, yang merupakan foto sebuah pabrik mobil sebelum industri 2.0. Setiap mobil akan dirakit oleh seorang tukang yang “Generalis” yang memproses mobil tersebut dari awal hingga selesai, dari merakit ban, pintu, setir, lampu, dst., sampai lengkap.
Namun, proses produksi ini memiliki kelemahan besar: perakitan dilakukan secara Paralel. Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh sangat banyak tukang secara bersamaan! Artinya setiap tukang harus diajari banyak hal: memasang ban, memasang setir, dan lain-lain. Seandainya ada masalah dalam proses perakitan, mobil yang belum jadi harus “Digeser” dan si tukang harus meminta mobil baru sehingga proses produksi mobil bisa berjalan terus. Butuh waktu untuk memindahkan mobil bermasalah ini. Butuh waktu mendapatkan mobil baru, dan proses perakitan harus mulai dari 0 lagi. Karena itu, proses perakitan mobil seperti ini terasa lambat.

Ketika perusahaan mobil Ford di Amerika Serikat meluncurkan mobil murah pertama di dunia, “Ford Model T” yang tersohor, mereka kebanjiran pesanan. Mereka tak bisa memenuhi target produksi mereka. Maklum, butuh waktu sekitar 12 jam 30 menit buat seorang tukang untuk merakit Ford Model T! Di tahun 1912, Ford cuma bisa memproduksi 68.773 mobil dalam setahun. Artinya, sistem “Satu perakit, satu mobil” tak bisa dipertahankan. Sistem produksi harus direvolusi.
Revolusi terjadi dengan menciptakan “Lini Produksi” atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di tahun 1913. Proses produksi berubah total. Tidak ada lagi satu tukang yang menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir, para tukang diorganisir untuk menjadi spesialis, cuma mengurus satu bagian saja, memasang ban misalnya. Produksi Ford Model T dipecah menjadi 45 pos, mobil-mobil tersebut kini dipindahkan ke setiap pos dengan conveyor belt, lalu dirakit secara SERIAL. Misalnya, setelah dipasang ban dan lampunya, barulah dipasang mesinnya seperti gambar di bawah. Semua ini dilakukan biasanya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik, yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/Pabrik-Ford-2.jpg
Proses perakitan mobil Ford model T jauh lebih efisien dengan bantuan conveyor belt.
Penggunaan tenaga listrik, ban berjalan, dan lini produksi ini menurunkan waktu produksi secara drastis, kini sebuah Ford Model T bisa dirakit cuma dalam 95 menit! Akibatnya, produksi Ford Model T melonjak, dari 68 ribuan mobil di tahun 1912, menjadi 170 ribuan mobil di tahun 1913, 200 ribuan mobil di tahun 1914, dan tumbuh terus sampai akhirnya menembus 1 juta mobil per ahunnya di tahun 1922, dan nyaris mencapai 2 juta mobil di puncak produksinya, di tahun 1925. Totalnya, hampir 15 juta Ford Model T diproduksi sejak 1908 sampai akhir masa produksinya di tahun 1927.
Produksi mobil murah secara besar-besaran ini mengubah bukan cuma industri mobil Amerika, bukan cuma industri mobil dunia, tapi juga budaya seluruh dunia. Produksi mobil murah secara massal seperti itu berarti membuat mobil menjadi barang terjangkau. Sejak Model T diproduksi massal, bukan cuma orang kaya yang membeli dan menggunakan mobil, kelas menengah bisa membelinya, bahkan kelas miskin bisa menyicilnya atau meminjamnya. Mendadak, ratusan ribu, bahkan jutaan orang jadi punya mobil. Mendadak, transportasi dari rumah ke tempat kerja jadi jauh lebih mudah, tidak tergantung jarak, tidak tergantung jadwal transportasi umum. Ini menyebabkan munculnya daerah yang disebut “Suburb” atau “Pinggiran” yaitu perumahan yang muncul di pinggir kota, bukannya di pusat kota. Mendadak, jutaan orang ini butuh garasi, tempat parkir, bengkel ganti oli, bengkel ganti ban, tukang cuci mobil, dan 1001 hal lain yang tidak terpikir sebelumnya.
Itu baru mobil. Produksi menggunakan conveyor belt ini juga menurunkan waktu dan biaya produksi di banyak bidang lainnya. Artinya, bertambahnya waktu, menyebabkan berkurangnya kelangkaan waktu. Selain itu, conveyor belt juga digunakan untuk mengangkut barang tambang dari tambang ke kapal lalu dari kapal ke pabrik. Sekali lagi, menghemat waktu dan tenaga. Masih belum cukup, penggunaan conveyor belt dan lini produksi juga menghemat luas lahan yang diperlukan pabrik. Artinya, kelangkaan lahan perkotaan untuk produksi juga berhasil dikurangi.

Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada kondisi militer di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa revolusi industri 2.0 sudah terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah efeknya benar-benar terasa. Ribuan tank, pesawat, dan senjata-senjata tercipta dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan. Ini semua terjadi karena adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh dibilang jadi komplit.

Revolusi Industri 3.0

Setelah mengganti tenaga otot dengan uap, lalu produksi paralel dengan serial, perubahan apa lagi yang bisa terjadi di dunia industri? Faktor berikutnya yang diganti adalah manusianya. Setelah revolusi industri kedua, manusia masih berperan amat penting dalam produksi barang-barang, seperti udah disebutkan sebelumnya, ini adalah era industri!
Revolusi industri ketiga mengubahnya. Setelah revolusi ini, abad industri pelan-pelan berakhir, abad informasi dimulai. Kalau revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga dipicu oleh mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis: komputer dan robot.
Komputer semula adalah barang mewah. Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era Perang Dunia 2 sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman, yaitu komputer yang bisa diprogram pertama yang bernama Colossus adalah mesin raksasa sebesar sebuah ruang tidur. Tidak punya RAM, dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard, apalagi touchscreen, tapi melalui pita kertas. Komputer purba ini juga membutuhkan listrik luar biasa besar: 8500 watt! Namun kemampuannya tidak ada sepersejutanya smartphone yang ada di kantong kebanyakan orang Indonesia saat ini.
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/colossus.jpg
Ini adalah foto komputer Colossus, yang menjadi pijakan awal revolusi industri 3.0.
Namun, kemajuan teknologi komputer ngebut luar biasa setelah perang dunia kedua selesai. Penemuan semi konduktor, disusul transistor, lalu integrated chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit, sementara kemampuan berhitungnya terbang ke langit.

Mengecilnya ukuran komputer menjadi penting, sebab kini komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Kini, komputer menggantikan banyak manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi, sama seperti operator telepon di perusahaan telepon diganti oleh relay sehingga kita tinggal menelpon nomor telepon untuk menghubungi teman kita. Proses ini disebut “Otomatisasi” semuanya jadi otomatis, tidak memerlukan manusia lagi. Artinya, sekali lagi terjadi penurunan kelangkaan sumber daya manusia, terbebasnya ribuan tenaga kerja untuk pekerjaan – pekerjaan lain.

Seiring dengan kemajuan komputer, kemajuan mesin-mesin yang bisa dikendalikan komputer tersebut juga meningkat. Macam-macam mesin diciptakan dengan bentuk dan fungsi yang menyerupai bentuk dan fungsi manusia. Komputer menjadi otaknya, robot menjadi tangannya, pelan-pelan fungsi pekerja kasar dan pekerja manual menghilang.
Namun, ini bukan berarti tugas manusia di produksi bisa digantikan sepenuhnya oleh robot. Pabrik-pabrik mobil semula berpikir revolusi industri 3.0 ini akan seperti 2.0, di mana produksi paralel diganti total oleh lini produksi, robot akan secara total diganti oleh manusia. Pabrik-pabrik mobil di tahun 1990an mencoba mengganti semua pegawai mereka dengan robot, hasilnya adalah produktivitas malah menurun. Elon Musk mencoba melakukannya lagi di tahun 2010-an ini di pabrik mobil Teslanya. Sekali lagi, semua orang menemukan fakta bahwa untuk produksi mobil, kombinasi manusia dan robot-komputer adalah yang terbaik. Munculnya robot dan komputer menjadi penolong manusia, bukannya penggantinya.
Sekali lagi, revolusi ini mengubah masyarakat. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat cenderung berubah dari mengandalkan sektor manufaktur, menjadi mengandalkan sektor jasa seperti bank, studio film, TI, dll. sebagai motor ekonomi mereka. Mereka berubah dari ekonomi industri menjadi ekonomi informasi.
Karena kemajuan ini juga, terjadilah perubahan dari data analog menjadi data digital. Misalnya, dari merekam musik menggunakan kaset menjadi menggunakan CD, dari menonton film di video player menjadi menggunakan DVD player; dst. Ini terjadi karena komputer itu cuma bisa bekerja dengan data digital. Karena inilah revolusi industri ketiga ini nama lainnya adalah “Digital revolution“. Karena revolusi ini juga, video game menjadi sesuatu yang normal dalam kehidupan kita, menjadi bisnis dengan nilai milyaran, bahkan trilyunan Dolar. Di sisi negatifnya, digitalisasi, komputerisasi membuat kejahatan-kejahatan baru muncul: penipuan menggunakan komputer,

Revolusi Industri 4.0

Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan “Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama “Revolusi Teknologi” dan “Revolusi Digital”.

Perhatikan, semua revolusi itu terjadi menggunakan revolusi sebelumnya sebagai dasar. Industri 2.0 takkan muncul selama kita masih mengandalkan otot, angin, dan air untuk produksi. Industri 3.0 intinya meng-upgrade lini produksi dengan komputer dan robot. Jadi, industri 4.0 juga pasti menggunakan komputer dan robot ini sebagai dasarnya. Jadi, kemajuan apa saja yang muncul di dunia komputer kita akhir-akhir ini?

Pertama, kemajuan yang paling terasa adalah internet. Semua komputer tersambung ke sebuah jaringan bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan kita, makanya kita jadi punya smartphone. Bukan cuma kita tersambung ke jaringan raksasa, kita jadinya selalu tersambung ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian pertama dari revolusi industri keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer yang ada di pabrik itu tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di lini produksi bisa langsung diketahui saat itu juga oleh pemilik pabrik, di manapun si pemilik berada!
https://www.zenius.net/blog/wp-content/uploads/2019/01/2017-best-phones-1.jpg
Ponsel pintar (smartphones) yang senantiasa membuat kita terhubung dengan dunia luar adalah instrumen penting dalam revolusi industri 4.0.
Kedua, kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor baru, dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam sehari.  Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya, kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek ini sering disebut Big Data.

Ketiga, berhubungan dengan yang pertama dan kedua, adalah Cloud Computing. Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer canggih yang besar, tapi karena sudah terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5 negara berbeda tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5 superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.

Keempat, ini yang sebetulnya paling besar: Machine learning, yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya. Ini bisa dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”. Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan tugasnya dengan “Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih detilnya, lo bisa baca artikel mengenai Artificial Intelligence.

Mengkombinasikan keempat hal ini artinya perhitungan yang rumit, luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan oleh superkomputer dengan kemampuan di luar batas kemampuan manusia. Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu. Point keempat, yaitu AI dan Machine Learning, masih amat terbatas untuk tugas-tugas tertentu. Bukan cuma Indonesia, negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat saja masih terus menerus memperdebatkan konsekuensi dari revolusi industri keempat ini, sebab revolusi ini masih berlangsung, atau bahkan baru dimulai. Tantangannya masih banyak. Koneksi internet misalnya, belum universal. Masih ada beberapa daerah yang tak memiliki koneksi internet, bahkan di Amerika Serikat sekalipun. Selain itu, koneksi internet berarti munculnya celah keamanan baru. Perusahaan saingan pasti berusaha mengintip kinerja dan rancangan produksi lewat celah keamanan komputer pengendali produksi yang kini bisa diakses dari internet.

Sumber Referensi :
1.      Forbes: What Is Industry 4.0? https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2018/09/02/what-is-industry-4-0-heres-a-super-easy-explanation-for-anyone
2.      The Guardian: AlphaZero AI Beats Champion Chess Program After Teaching Itself in Four Hourshttps://www.theguardian.com/technology/2017/dec/07/alphazero-google-deepmind-ai-beats-champion-program-teaching-itself-to-play-four-hours
3.      “When Was the First Computer Invented” https://www.computerhope.com/issues/ch000984.htm
4.      Wikipedia: Assembly Line https://en.wikipedia.org/wiki/Assembly_line
5.      Wikipedia: Colossus Computer https://en.wikipedia.org/wiki/Colossus_computer
6.      Wikipedia: Ford Model T https://en.wikipedia.org/wiki/Ford_Model_T
7.      Wikipedia: Fourth Industrial Revolution https://en.wikipedia.org/wiki/Fourth_Industrial_Revolution
Sumber Peta & Foto:
1.      Wikimedia commons
2.      Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Scramble_for_Africa#/media/File:Scramble-for-Africa-1880-1913.png
3.      CNN: https://money.cnn.com/gallery/technology/2015/04/29/ford-factory-assembly-line-robots/index.html


MA'RIFATUL INSAN
A.      TUJUAN
 Peserta memahami hakikat penciptaan manusia.

 Peserta memahami kedudukan manusia di dunia.

 Peserta memahami tujuan penciptaan manusia.

 Peserta memahami sifat-sifat dasar manusia.

 Peserta memahami bagaimana mengelola sifat-sifat dirinya.



B.       METODE PENDEKATAN

Ceramah, Game, dan Diskusi


C.     RINCIAN BAHASAN

1.      Penjelasan tentang hakikat penciptaan manusia. Asal kejadian manusia :

(1)           Dari tanah (turob, 3:59), tanah liat (lazib, 37:11), tanah kering dan lumpur hitam (shalshaal, 15:28), saripati tanah (23:12).

(2)           Dari air yang hina (32:7-8), dari air yang dipancarkan (86:6-7), dari nuthfah (36:77).

Al-Qur'an tersebut Allah mengingatkan manusia tentang asal kejadiannya (Adam) yaitu dari tanah dengan berbagai unsurnya, dan keturunannya diciptakan dari saripati tanah berupa air mani yang hina, sehingga sepantasnya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dengan penuh ketawadhuan.

2.  Penjelasan tentang kedudukan (tugas) manusia di dunia.

(1) Sebagai hamba Allah

Tugas utama diciptakannya manusia adalah sebagai hamba Allah yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang disembah dan sebagai prioritas utama cinta kita.
(2) Sebagai khalifah di bumi

Kedudukan manusia sebagai wakil Allah di bumi untuk mewujudkan eksistensi Allah di bumi dengan memberi kontribusi mengatur bumi berdasarkan syari'at yang ditetapkan Allah (2:30, 6:65, 33:72), memanfaatkan kekayaan bumi dengan ketentuan Allah (11:61) dan berlaku adil demi kemaslahatan dan kebaikan (57:25, 38:26).

3.  Penjelasan tentang tujuan penciptaan manusia.
Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan seorang hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhaan-Nya.

4.         Penjelasan tentang keadaan manusia ketika diciptakan oleh Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna. Dari sisi jasmani manusia dikatakan sebagai makhluk yang paling baik bentuknya (95:4), namun kebaikan secara fisik tersebut bisa jatuh ke tingkat yang paling rendah ketika rohaninya tidak ditata dengan baik (95:5).

5.         Penjelasan bahwa pada dasarnya manusia memenuhi karakter berikut :
(1)      Sanggup memegang amanah kepemimpinan di muka bumi (33:72).

(2)      Memiliki fitrah yang telah ditetapkan Allah (30:30).

(3)      Memiliki kecenderungan bertauhid (7:172).

(4)      Bertanggung jawab atas segala aktivitasnya (17:36).

Manusia juga memiliki beberapa sifat jasmani maupun rohani berikut :

(1)      Lemah (4:28)

(2)      Pembantah (36:77)

(3)      Keluh-kesah, kikir (70:19-21)

(4)      Tergesa-gesa (17:11)

(5)      Zhalim, bodoh, keras hati (33:72)

(6)      Melampaui batas (10:12)

(7)      Fitrah, hanif, cenderung pada kebaikan (30:30)

(8)      Merdeka (91:8, 2:256)

(9)      Bebas memilih (18:29)


D. GAMES

Games ”Bagaimana orang lain melihat saya". Langkah-langkah :

(1)      Minta peserta menyiapkan satu lembar kertas, beri nama di bagian atas.

(2)      Setiap peserta menyerahkan kertasnya kepada teman di sebelah kanannya.

(3)   Pada kertas yang dipegangnya sekarang, setiap peserta menuliskan apa yang dinilainya terhadap orang yang memiliki kertas tersebut.

(4)   Setiap peserta menyerahkan kertas yang dipegangnya kepada teman di sebelah kanannya. Demikian terus hingga setiap peserta memegang kembali kertas miliknya.

(5)   Minta peserta untuk membaca dan merenungi apa yang telah ditulis

teman-temannya mengenai dirinya.

Sifat-sifat yang ada dalam diri manusia tersebut baik yang buruk maupun yang baik merupakan modal awal kita untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah sebagai pemimpin di muka bumi. Berikan pemahaman kepada peserta bahwa sifat-sifat yang negatif harus diminimalkan, sedangkan sifat-sifat positif harus dimaksimalkan. Diskusikan dengan peserta masalah-masalah yang sering dihadapi dan bagaimana pemecahannya.

Sumber Referensi :

1.      KSI Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim.
2.      Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim, LP2i.


AMAL ISLAMI
Tujuan :
1.      Peserta memahami Realitas Kaum Muslimin;
2.      Peserta memahami tentang bagaimana seharusnya bersikap dengan sikap Islami;
3.      Peserta memahami macam-macam amal islam.
Sengaja judul ini tidak diterjemahkan karena amal Islami mengandung makna dan pengertian tersendiri yang lebih luas dari sekedar kerja Islami atau aktivitas Islami. Amal Islami adalah rangkaian perjuanan Islam yang panjang dalam rangka reeksistansi Islam ke pentas dunia. Demikian itu karena Islam adalah keyakinan. Dalam waktu yang sama ia adalah pemikiran, perasaan, dan akhlak. Islam adalah idealisme yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan hingga tercipta kondisi yang Islami. Kondisi paling ideal dalam interaksi kaum muslimin dengan saudara seiman adalah ketika mereka mendahulukan kepentingan jamaah [kaum muslimin] dibanding kepentingan sendiri.
Realitas Kaum Muslimin
Realitas terkini menunjukkan bahwa Islam sangat jauh dari kehidupan bahkan kehidupan kaum muslimin sendiri. Islam unggul dan tidak terungguli namun kaum muslimin mundur dan terpinggirkan. Sungguh ironis. Syaikh Syakib Arselan menulis kitab dengan judul “Mengapa Muslim Terbelakang dan Non Muslim Maju”. Dalam kitab itu beliau menjawab bahwa kaum muslimin terbelakang karena mereka meninggalkan kitab sucinya sementara non muslim maju karena mereka meninggalkan kitab sucinya.
Sikap Islami
Kondisi seperti di atas harus diubah menjadi kondisi yang Islami melalui perjuangan dakwah dan jihad nan ikhlas tak kenal lelah, lemah dan menyerah. Barisan mukmin harus sabar dan tabah, selalu istighfar dan memohon ampun kepada Allah, serta menghindari perbuatan yang melampaui batas. Mereka harus selalu teguh hingga datangnya kemenangan dan pertolongan Allah. Amal Islam meliputi:
1.      Dakwah dan tarbiyah

Mendakwahkan Islam adalah upaya menyampaikan Islam kepada seluruh manusia melalui berbagai cara dan pendekatan yang sah lagi halal. Selain itu mereka yang telah menerima dakwah juga harus mendapat pembinaan dan pendidikan Islam secara cukup dan baik. Tarbiah adalah usaha untuk merawat dan menlayani jamaah agar komitmen dan loyalitas mereka kepada Allah, Islam, dan Rasulullah tetap segar.

2.      Harakah dan jihad

Islam tidak cukup hanya disampaikan melalui tabligh. Harus ada upaya-upaya sadar dan terprogram untuk mengimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam semua lini kehidupan. Masyarakat yang stagnan, pasif, apatis, dan beku harus digerakkan kembali. yang dapat menggerakkan mereka tidak lain adalah aktifitas yang berkemampuan sebagai reformer di levelnya. Dakwah dan tarbiyah serta harakah dan jihad harus berorientasi pada pemurnian ibadah kepada Allah untuk mencapai masyarakat yang bertakwa. Bila itu dapat diwujudkan, manusia dapat menyaksikan bukti kebenaran Islam yang unggul dan tidak terungguli. Amal Islam yang dilakukan secara manhaji memberi harapan kepada kita akan kemenangan. Kepercayaan dan dukungan akan diberikan Allah [hablun minallah] dan umat manusia [hablun minannaas] kepada kaum muslimin. Jika demikian, pertolongan dan kemenangan tinggal menghitung hari. Kepercayaan adalah amanah yang harus dijaga dengan baik agar kemapanan yang Allah janjikan pun terwujud. Sebagaimana tersebut dalam surah an-Nuur: 55.

Sumber Referensi :



PEMETAAN MATERI PER KELAS
Kelas X
1.      Ikrar Suci
2.      Islam itu Indah
3.      Yuk Mentoring
4.      Pentingnya Mengenal Allah
5.      Mari Mengenal Rasul
6.      Mari Mengenal Islam
7.      Bersuci Itu Keren!
Kelas XI
1.      Tarbiyatul Aulad
2.      The Best 10
3.      Indahnya Akhlakul Karimah
4.      Keutamaan Al-Qur'an
5.      Pemuda & Perubahan
6.      Keseimbangan
7.      Ma'rifatul Insan
Kelas XII
1.      Urgensi Dakwah Pemuda
2.      Konsep Dakwah Pemuda
3.      Prophetic Leadership
4.      Menuju Kemenangan Dakwah Pemuda
5.      Fiqih Prioritas
6.      Revolusi Industri 4.0
7.      Amal Islami