This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 10 Oktober 2013

Secarik Kertas Sederhana..

Oleh : Mohamad Khaidir

Jangan lihat dari betapa sederhananya kertas ini, banyak hal-hal yang semoga bisa menginspirasi kita semua..

Hari itu Kamis 15 Desember 2011, beberapa saat setelah Shalat Ashar di Mushallah Ekonomi kami Pengurus Mpm Al-Iqra FE-Untad Periode 2010-2011 mengadakan Rapat yang mengundang seluruh Pengurus..
dan ternyata yang hadir pada saat itu hanya 9 orang.. 
ada kekecewaan yang sempat terbersit dalam relung hati karena ini adalah rapat koordinasi yang amat penting, namun realitanya adalah kami harus kemudian lebih banyak bersabar akan setiap alasan..
Orang yang berdakwah punya alasan, begitupun yang nggak berdakwah pasti punya alasan juga..
kadang ada beberapa alasan yang harus dimaklumi, tetapi pada dasarnya dakwah adalah pergerakan yang ketika kita terlambat sedikit saja maka akan mengurangi kontribusi kita terhadap dakwah..
saat itu kami mempunyai begitu banyak masalah, tetapi sekali lagi kami berprasangka baik kepada Allah.. masih ingat hadits tentang Allah bergantung pada prasangka hambanya? ya.. masalah bukan untuk dihindari, tetapi dihadapi dan diselesaikan dengan segera meskipun pasti akan menyisakan sedikit luka bathin.. anggap saja kalau ada organisasi yang nggak bermasalah maka sesungguhnya organisasi tersebut sedang bermasalah..
saat itu, dengan sisa-sisa semangat yang ada kami terus bergerak menjalankan proker dan terus saling mengingatkan dalam kebaikan.. bahwa di MPM bukan sekedar Program kerja biasa yang akan meluluhlantahkan sum-sum tulang belakangmu, bahwa program kerja di MPM nggak harus di evaluasi dengan idealisme yang begitu tinggi sampai melupakan kemanusiaan, bukankah agama Islam adalah agama yang paling menghargai nilai-nilai kemanusiaan..
tak serius seperti rapat biasanya, kami mencoba berdinamisasi agar suasana rapat enjoy.. agar beban dakwah yang memang sangat berat ini kami bagi ke pundak-pundak seluruh pengurus MPM, minimal agar ia terasa ringan.. dan agar ia terasa menjadi semakin ringan, kami menikmati setiap amanah yang dibebankan kepada kami.. bahkan tak jarang di periode kepengurusan ini kader-kader maupun penguruslah yang kemudian meminta amanah.. mungkin ada kesadaran implisit yang memahami bahwa kami bukan sekedar 'The Agent Of Change' lebih dari itu, 'The Agent Of Allah'..
terkadang kami begitu bingung ketika idealisme kami bertentangan dengan realita.. disatu sisi kami ingin mematuhi setiap kesepakatan dan AD/ART tetapi kami semakin menyadari bahwa ada kondisi dimana Dakwah sejatinya memang berlandaskan Syariat Islam di atas segala-galanya..
ini hanya sekedar goresan kecil dari tinta nurani saya yang semoga semakin menginspirasi dan memotivasi kita semua sebagai orang yang sangat dibangga-banggakan oleh Allah dan juga orang yang namanya disebut-sebut oleh para malaikat karena banyak berkumpul dalam rangka mengingat Allah..
Beda zaman, beda masalah, tetapi hal ini jangan sampai menjadi argumen utama kita karena terkadang kita harus membuka kembali lembar sirah para sahabat dan para salafunasshaleh dan sejarah dari para pendahulu..
JAS MERAH Kata Bung Karno.. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah..
karena visi nggak dibangun dalam waktu yang singkat, karena dakwah adalah sebuah bangunan yang bertahap kejayaannya.. semoga semakin membuat kita istiqomah di jalan ini.. Wallahu a'lam :)

Bolehkah Kupinta Hati Yang Baru?

Oleh : Ghina Shafirah

Aku galau ya Rabbi…
Kutemui mereka yang beriman siang tadi…
Harapkan kesegaran di hati…
Gersangnya tak jua tersirami…


Tilawah ku lanjutkan berharap tenang…
Resapi tiap pesan indah Tuhan…
Laksanakan perintah jauhi larangan…
Moga hati kembali benderang


Ku buru damai di sepertiga malam…
Mengadu saja penuh ratapan…
Penuh keluh kesah ku sampaikan…
Yakin Engkau Maha Penyayang


Allahu Rabbi…
susah payah ku tertatih…
tak jua ku kalahkan nafsu diri…
mengalah malah sang nurani…


wahai hati…
tak lagi kah ku raja mu…
gersang terasa dirimu…
kulantunkan ayat NYA berharap segarkan mu…
makin ia terasa pilu…


Illaahi…
meratap ku sesali…
tapi tak jua insaf diri…
lagi kulakukan salah berulang kali…

tak guna sesalan…
terasa nikmat dosa ku lalukan…
terabaikan peringatan…
dosa sama ku lakukan…


Tuhan..risaunya hati…
kala ku tafakuri lagi…
ada banyak dosa diri…
bila kah ku kan kembali…


Duhai Engkau Sang Pemilik Hati…
Tak terjaga sudah hati ini…
Legam ia karna dosa ku…
Boleh kah ku pinta hati yang baru??

Rabu, 09 Oktober 2013

Api Dalam Perut

“Dari siang belum makan nih, laper”, kata seorang abdi negara, sebut saja Karim, sepulang dari kantor senja hari.

“Lho, kenapa gak ke kantin?” tanya istrinya.

Lalu mengalirlah cerita dari Karim. Siang itu dia dengan tenang makan di kantin yang ada di kantornya. Tapi sudah dua kali ini, tiap mau membayar, ibu haji kantin cuma bilang, “Dari ruang sebelah kan, Pak? Gampanglah nanti, Pak. Nggak usah.”

Karim bingung, aneh kenapa ibu kantin gak mau dibayar. Bertanyalah dia pada teman di ruangannya yang sudah jauh lebih lama di kantor itu, bagaimana kalau mau bayar makan di ibu kantin itu, siapa sebenarnya yang membayar tagihannya. Temannya cuma menjawab, “Wah, gak jelas juga tuh. Saya tahunya ya gak pernah bayar aja selama ini.”

Dengan instingnya dan praktek yang berjalan selama ini, Karim mulai memahami, sudah ada alokasi ‘khusus’ dari orang tertentu yang menanggung semua orang di ruangan kantor itu jika makan ke kantin. Semacam tanda terima kasih atau apalah, dari klien.

“Itulah kenapa tadi gak makan siang. Mau ke kantin itu jadi ragu. Cari kantin yang lain jauh banget.” Karim menutup ceritanya.

Istrinya, tentu saja khawatir, “Waduh, ya jangan nggak makan gitu, Mas. Lebih baik besok bilang aja ke ibu haji kantin: khusus untuk saya tolong diitung aja dan akan saya bayar langsung setiap kali saya makan. Semoga ibu haji itu mau mengerti” sarannya pada suaminya.
“Hmm, iya. Besok dicoba.”

Kadang, korupsi begitu halus terbingkai dalam berbagai cara, tanpa disadari jika kita tak waspada. Akan jadi apa tubuh kita, pikiran kita, hati kita, jika untuk memenuhi asupan gizi saja dari uang yang tak jelas asal usulnya? Bukankah itu laksana menyimpan api dalam perut kita?

Jadi ingat dengan cerita si mbak, beberapa hari lalu. Tentang beberapa ibu yg pada ‘nilep’ belanjaan di Asep, Abang sayur deket rumah. Oleh karena pagi hari banyak pembeli, Asep pasrah, “Yang tahu yang Di Atas lah.”

Saya berpikir tentang sayuran yang ditilep itu, ngambil gak bayar, yang lalu dimasak dan dihidangkan bagi suami dan anak-anaknya. Akan jadi apa di perut mereka? Sangat tak seberapa, tapi fatal akibatnya. Ini korupsi juga, yang melanda para ibu rumah tangga. Innalillahi, prihatin sekali.

Mau tak mau ingatan melayang jaman saya SMA, ibu kantin pernah saya tanya, “Bu, apa gak rugi dagang di sini? Teman-teman kan sering ‘nggabrul’ (membayar tidak sesuai item atau jumlah yang dibeli. Misal mengambil bakwan 5 tapi mengaku hanya mengambil 2-red) kalau jajan”. Dijawab dengan pasrah, “Walah, kalau mikir itu ya sudah lama gak jualan mbak. Wes ben wae gusti Allah sing pirsa.”

Atau juga saat naik kendaraan umum. Berapa banyak yang dengan santainya ngemplang tidak mau bayar? Atau membawa anak 4 tapi mengaku cuma 3, dan seterusnya?

Inilah negriku. Korupsi begitu menggurita. Dan dimulai dari hal-hal yang kecil seperti ini. Padahal di jaman Rasul, ada seorang yang syahid usai perang, tapi kata Rasul justru masuk neraka, karena dia sembunyikan rampasan perang, tak disetorkan dulu untuk dibagi secara adil. Bukan benda berharga, tapi hanya sebuah mantel tua. Hanya mantel tua, dan neraka akibatnya.

Lalu bagaimana dengan sayuran, bakwan, dan lauk-pauk yang tak dibayar itu? Juga dengan ngemplang tiket? Lalu bagaimana pula dengan uang milyaran atau harta berlimpah yang dimiliki dengan nista?

Lahir di Purworejo, Jateng pada tahun 1972. Sejak dulu menyukai dunia menulis dan pernah menjadi redaktur majalah masa SMP dan SMA, tapi baru diseriusi akhir-akhir ini dengan belajar menulis di beberapa situs Islami dan menerbitkan buku ’keroyokan’. Sangat mencintai dunia pendidikan terutama anak-anak, ibu yang pernah memimpin ormas muslimah DKI Jakarta ini kerap mengisi berbagai seminar tentang parenting dan mengasuh acara tetap di TVE tentang pendidikan untuk anak SD.