Jumat, 14 April 2017
Inilah Era Baru Dakwah Kampus!!
Dulu, dulu, dulu, mungkin itu dulu sekali,
dulu dimasa lampau, atau mungkin dulu beberapa tahun yang lalu, lima tahun yang
lalu, tiga Tahun yang lalu. Apakah hanya itu yang engkau andalkan, hanya
mengandalkan romantisme di masa lalu, untuk mengkritik sesuka hati. Padahal
sekarang eranya sudah berbeda, zamannya sudah berbeda, tak lagi sama dengan
yang dulu. Generasinya adalah generasi yang baru, anak-anak muda yang kreatif
dan inovatif, yang idenya terus melanglang buana, yang gagasannya menembus
tingginya langit, yang semangatnya seakan tak pernah padam. Mereka generasi
baru yang hidup di Era Baru Dakwah Kampus, maka Narasi Dakwah Kampus nya juga
harus berbeda, berbeda dalam hal sarana, berbeda dalam aspek operasionalnya, sebab
merekalah generasi baru dakwah kampus, generasi yang punya narasi, namun tak
pernah lupa bahwa esensi dari dakwah kampus adalah mengajak masyarakat kampus
kepada indahnya Islam, mengajak civitas akademik agar meng-Esa-kan Allah saja,
dan tetap menjunjung tinggi kultur keilmiahan di kampus, sangat toleransi
kepada non-muslim.
Generasi Dakwah Kampus, telah memasuki era
baru, era dimana karakteristik pemudanya adalah karakter yang baru, karakter
yang segar akan ide dan gagasannya, karakter yang kreatif dan inovatif,
pemuda-pemudi yang menjadikan Islam sebagai The Way of Life, mereka inilah para pemuda-pemudi pejuang dakwah
kampus, generasi baru dakwah kampus. Kini eranya lembaga dakwah kampus hanya menjadi salah satu sarana, salah satu sarana untuk mensosialisasikan perjuangan dakwah
kampus. kini eranya berbeda, para pejuang dakwah kampus bisa menggunakan sarana atau lembaga yang lain, banyak sarana-sarana lain yang bisa dijadikan wadah perjuangan dakwah
kampus, dengan ide dan kreatifitas para pejuang dakwah kampus, generasi baru
dakwah kampus. Sekarang sudah bukan zamannya lagi senior-senior dakwah kampus tongkrongin
sekretariat lembaga dakwah kampus lalu berkata, "kami dulu seperti ini, kami dulu seperti itu, Ukhuwahnya luar biasa”, sekarang sudah berbeda zaman Bung! Beda Zaman, Beda Subjek, Dunia sudah Berubah, maka metode harus diperbarui, metode dakwah harus memperhatikan fiqhul waqi'. Romantisme masa lalu terhadap dakwah kampus zaman dulu ini sebaiknya dihindari, sebab para pejuang dakwah kampus yang dulu beda tantangan dengan pejuang dakwah kampus di era baru yang terus membaca kegelisahan zaman dan mencipta narasi baru dakwah kampus. Romantisme masa lalu dakwah kampus ini di satu sisi bisa menginspirasi, disisi yang lain
ide-ide gerakan menjadi tumpul, daya cipta dan kreatifitas terhalangi oleh
sekat romantisme masa lalu, ayolah para generasi dakwah kampus, waktunya move on! Narasi baru dakwah kampus sangat di butuhkan, dan sekarang bukan lagi zamannya
para generasi dakwah kampus sibuk menyalahkan, sibuk mengingkari, ini salah,
itu salah, ini Bid’ah, itu Bid’ah, memang hal ini adalah kewajiban, kewajiban
beramar ma’ruf nahi munkar, tetapi dalam metode penyampaiannya perlu ide-ide
yang segar, ide-ide yang baru, metode yang sesuai dengan konteks kampusnya,
cara penyampaian yang sesuai dengan kultur mahasiswa-mahasiswinya, santun,
sopan, mengena dihati para objek dakwah. Sehingga ajakan-ajakan untuk mentauhidkan
Allah semata menginspirasi orang-orang untuk kemudian berubah, memotivasi
orang-orang untuk menjadi lebih baik, menggerakkan orang-orang untuk turut
menjadi pejuang dan pembela Agama Allah.
Dakwah kampus, adalah salah satu peluang
bagi para civitas akademika di kampus untuk semakin dekat kepada Allah SWT.
Melalui dakwah kampus Islam bisa dipelajari secara komprehensif, melalui halaqah pekanan, kajian-kajian keislaman yang rutin, ajaran Islam menjadi
jelas sejelas-jelasnya, tuntunan agama ini menjadi terang seterang-terangnya, bahwa
agama islam ini adalah agama yang universal. Bahwa agama Islam yang mulia ini bukan
sekedar agama ritual, yang dalam setiap ibadahnya punya esensi untuk mengubah
individu, individu yang lebih baik, individu yang lebih berkarakter, punya
kemampuan untuk mengubah masyarakat, dimulai dari dirinya sendiri. Perubahan
memang harus dimulai dari diri sendiri, begitulah para pemuda dan pemudi
idealis ini berhimpun dan bersaudara karena aqidah, bergerak bersama karena
dakwah, bergerak untuk mencerahkan setiap orang, bergerak untuk menyampaikan
ajaran Islam sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW, “Sampaikanlah Walau Satu Ayat”.
Islam yang menyeluruh aspeknya diajarkan dalam pertemuan-pertemuan setiap
pekan, melalui pertemuan setiap pekan serta kajian-kajian rutin, secara bertahap Islam di ajarkan sebagai agama yang sejatinya bukan agama yang pasif, mengakar dalam pemahaman para anak muda ini.
Melalui pertemuan setiap pekan juga disampaikan kenyataan yang memilukan,
kenyataan memilukan tentang kondisi Ummat manusia saat ini, yang mengalami
dekadensi moral karena faktor destruktif yang sulit dicegah. Islam agama yang
sempurna, oleh musuh-musuh Allah coba dikurangi jumlah pejuang-pejuangnya, dengan menanamkan bahwa
Islam hanya sekedar Ibadah, Islam hanya sekedar Beribadah di Masjid saja, Islam
diajarkan sebagai agama ritual semata, bahkan para pemuda-pemudi islam berusaha
dijauhkan dari ajaran Islam itu sendiri, di jauhkan dari Al-Qur'an dan Sunnah. Pertemuan pekanan yang dijalani para
pemuda-pemudi ini membangkitkan semangat mereka untuk berbenah diri, semangat
untuk berdakwah, semangat untuk menyebarkan pemikiran, menyebarkan fiqrah dakwah, mencipta sebuah narasi yang baru, narasi yang baru di era dakwah kampus yang baru, bahwa era yang dihadapi
saat ini adalah era baru, era perang pemikiran, era baru dakwah kampus yang
metode dan sarananya harus terus menemukan cara-cara paling kreatif untuk
menarik minat para objek dakwah, untuk memeluk dan menjalankan agama Islam,
secara totalitas, secara komprehensif.
Era baru dakwah kampus telah tiba didepan
mata, mengharuskan para pejuang dakwah di sektor kampus harus membekali diri
dengan sebaik-baik bekal, karena sebaik-baik bekal adalah Taqwa. Para pejuang
dakwah kampus harus mempersiapkan dirinya dengan ilmu yang mumpuni, ilmu agama
yang harus terus dipelajari tanpa kenal lelah, ilmu agama diatas rata-rata masyarakat pada umumnya,
agar bisa menyampaikannya serta mengajarkannya, membimbing masyarakat kedalam manis
dan harumnya aura Keindahan Islam. Target semakin luas, bukan saja para
pemuda-pemudi shaleh yang akan menjadi target rekrutmen dakwah, para pejuang-pejuang dakwah
kampus juga harus memikirkan strategi tentang bagaimana merekrut para pemuda
yang berkompetensi dibidang akademiknya masing-masing, serta memiliki life skill yang layak diperhitungkan.
Sebab kompetensi, kapasitas, dan kemampuan para pemuda-pemudi potensial, para
mahasiswa-mahasiswi berprestasi ini, bisa dimanifestasikan untuk kepentingan
dakwah, bisa turut berkontribusi untuk menegakkan agama yang mulia ini, bisa
ikut memberi sumbangsih pemikiran, tenaga, dan jiwa agar Cahaya Allah bersinar
di Bumi Kampus, bersinar disetiap Fakultas, menerangi seluruh penjuru
Universitas, sebab Allah akan terus menyempurnakan CahayaNya meskipun
orang-orang kafir tidak menyukainya.
Menyelenggarakan event positif nan kreatif di kampus adalah salah satu dari
sekian banyak cara untuk menerjemahkan agama Islam ini sebagai Agama yang
Mulia, Agama yang tak kaku, Agama pembaharu, satu-satunya Agama yang kuat landasan Aqidahnya,
Kokoh landasan Tauhidnya, mengakar landasan Ketuhanannya, melepaskan segala belenggu yang mengikat ummat manusia,
membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia, penghambaan kepada
materi, menjadi penghambaan hanya kepada Allah saja, serta mengakui Muhammad SAW
sebagai Manusia pilihan Allah, Utusan Allah, baik perilaku, sikap, perkataan,
sifat, dan perbuatannya, sehingga Baginda Rasulullah SAW pantas diberi predikat
Teladan Terbaik sepanjang sejarah peradaban ummat manusia, Teladan terbaik yang
tak tergantikan hingga saat ini. Menghijrahkan berbagai idola-idola palsu anak muda,
yang memuliakan dan mengagung-agungkan manusia yang sesungguhnya punya banyak celah, kelemahan, dan kekurangan. Para pemuda-pemudi kampus yang cenderung mengidolakan seorang tokoh,
seorang public figure, yang memiliki
pemikiran-pemikiran bagus menurut pandangan mata, mempunyai kemampuan dan
tampilan fisik yang bagus, mempunyai suara yang indah, segala hal yang bersifat
materi, segala sesuatu yang bersifat sementara, begitu mudahnya dikagumi oleh
para pemuda-pemudi kampus. Yang sesungguhnya, dan seharusnya, kita mengidolakan Rasulullah SAW, kita meneladani Rasulullah SAW, mempelajari Sirah Nabawiyah, lalu kita bercita-cita
untuk bertemu dengan Teladan Terbaik suatu saat nanti. Sebaiknya kita
mengidolakan Rasulullah Muhammad SAW sebagai Manusia yang paling sempurna akhlaknya, manusia yang paling mulia, agar
kelak datang suatu hari dimana kita semua akan bertemu dengan orang yang kita
cintai. Maka jika kita mencintai Rasulullah Muhammad SAW, meneladani Beliau,
menjalankan Sunnah-sunnah Beliau, yakinlah engkau akan dipertemukan dengan
Baginda Nabi SAW, pertemuan yang dinanti-nantikan oleh para aktifis dakwah, pertemuan yang sangat di nantikan oleh Para Pewaris Nabi dan para Perindu Rasul, agar
kelak mendapatkan syafaat dari Allah SWT melalui Rasulullah SAW, tampaknya hal
ini sudah menjadi trend dikalangan
para pemuda-pemudi shaleh, para mahasiswa-mahasiswi aktifis, pejuang dakwah
kampus. Namun bila yang engkau idolakan adalah selain Baginda Nabi SAW, bisa
jadi yang engkau temui di Hari Akhir nanti adalah selain Baginda Nabi
SAW. Kecintaan kepada Rasulullah SAW inilah yang ingin disampaikan para Aktifis
Dakwah kepada masyarakat kampus.
Era Baru telah menjelang, para pejuang dakwah kampus harus berpikir strategis, bertindak secara produktif, agar
kegiatan-kegiatan dakwah yang dilaksanakan di kampus memiliki visi dan misi yang
jelas, agar setiap kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan para pejuang dakwah
kampus bukan sekedar mengejar popularitas lembaga dan keterkenalan pribadi
semata, agar kegiatan-kegiatan yang digagas oleh para pejuang dakwah kampus
mempunyai konsep yang matang, konsep yang terintegrasi dalam rencana strategis, rencana-rencana
jangka pendek dan rencana-rencana jangka panjang, yang substansinya adalah
mengajak masyarakat kampus untuk semakin mendekat dan berserah diri kepada
Allah SWT semata, tanpa menyekutukanNya sedikit pun, lalu meneladani Rasulullah
Muhammad SAW dalam menjalankan agama Islam, membela agama Islam ketika agama
ini dinistakan, apalagi bila sampai Kitab Suci dihinakan, bila 'Ulama di caci dan dihina, agar dikalangan
civitas akademika terbentuk pemikiran yang berafiliasi kepada dakwah, pembelaan terhadap Agama dan 'Ulamanya, cenderung
kepada kepentingan-kepentingan ummat, cenderung kepada nilai-nilai kebenaran, mengarah kepada penegakkan ajaran Islam,
dengan metode yang kreatif, inovatif, dan masif, baik dunia nyata maupun
didunia maya, serta di alam pemikiran, karena sebuah tindakan atau tingkah laku
berawal dari alam pemikiran, inilah Era Baru yang akan kita songsong bersama,
dengan semangat membara, semangat memperjuangkan dan membela agama ini,
semangat menyebarkan dakwah, substansi ajaran Islam, Islam yang komprehensif,
Islam yang Universal, Selamat datang di Era Baru Dakwah Kampus! Inilah Era Baru
Dakwah Kampus!
Minggu, 22 Januari 2017
Jangan Jadi Pemuda Tanpa Narasi !
dakwatuna.com – Zaman semakin deras, pertarungan semakin panas, siasat harus semakin cerdas, cara berpikirpun harus dengan wawasan yang luas, agar engkau segera menghilangkan segera rasa malas dan memelas, untuk segera berjuang dan bergegas. Pertarungan dan pergulatan semakin meluas, daya jangkau nya seakan tanpa batas, pergulatan ide tak hanya soal cerdas dan tegas, tetapi juga tentang siapa lebih dulu yang bergegas, adu gagasan pun tak kunjung lepas, terus bertarung gagasan pun tak kenal panas, ini terlalu rumit dan seakan meretas, meretas jejak sejarah dari zaman atas, zaman terbaik yang pernah ada dan berbekas, berbekas di benak, hati, dan pikiran cerdas, melalui literasi tak kenal lelah dan pantas, pantas untuk dijadikan teladan dalam artian yang luas, teladan terbaik sepanjang zaman, yang mengikuti kehendak zaman, sehingga yang terjadi adalah perubahan, karena perubahan adalah keniscayaan. Saat sedang menulis paragraf ini, ide sedang mengalir dengan sangat deras, ide yang muncul dari kegelisahan akan zaman, ide yang terpercik dari semangat untuk perbaikan, semangat untuk perubahan, yang terus bergejolak dalam diri, lalu mulai menulis tentang ide-ide segar, ide-ide agar terus berjuang, karena sejatinya kita adalah para pejuang.
Menjadi pejuang adalah fitrah manusia, sejak kita masih di dalam kandungan, Ibu kita sudah berjuang, berjuang menyesuaikan diri karena perubahan hormon, berjuang menahan rasa sakit ketika kontraksi hingga melahirkan. Ayah kita pun berjuang, menafkahi Ibu kita yang membagi nutrisi untuk tubuhnya dan janin, ayah kita berjuang memenuhi kebutuhan, memastikan setiap suap makanan adalah makanan yang halal lagi baik, agar tumbuh generasi yang terbaik, generasi muda yang memiliki narasi, narasi-narasi kebaikan. Berjuang adalah suatu keharusan bagi setiap diri manusia, entah ia berjuang untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, atau untuk masyarakat dan bangsanya. Berjuang adalah suatu keharusan, apalagi saat ini kita menyaksikan fenomena Clash of Civilization seperti yang pernah di prediksi oleh Samuel P Huntington. Benturan-benturan serta gesekan-gesekan mulai terjadi, antar ideologi, antar komunitas kultural, antar kepentingan politik, antar oknum-oknum yang menginginkan benturan ini terjadi. Maka sudah sepantasnya kita untuk bangkit dan bersiap diri, mempersiapkan bekal dan kemampuan agar tetap bisa survive, tetap bisa berkarya, tetap bisa berkontribusi, untuk bangsa yang kita cintai ini, bangsa yang penulisan sejarahnya mengalami distorsi, peran para santri dan ‘ulama seperti di hilangkan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan imperialis, bangsa yang majemuk, bangsa yang ingin tetap kita pertahankan eksistensinya di panggung peradaban dunia, bangsa yang masih berusaha mencari identitas kebangsaannya. Karena sungguh bangsa ini sedang mencari narasi besar, narasi negeriku, narasi besar Indonesia.
Menjadi pejuang adalah pilihan yang harus di ambil oleh para pemuda saat ini juga, pemuda yang punya narasi, tentunya narasi yang dimiliki pemuda ini narasi yang bersifat positif, narasi yang teruji, narasi yang terbimbing jalannya, narasi yang jelas tujuannya, sejelas langit di siang hari yang terik, tak tertutupi oleh satu pun kebohongan dan kepalsuan. Disisi lain engkau akan menemukan fenomena unik, yaitu sebagian besar pemuda tak memiliki narasi, jumlah mereka sangat banyak. Pemuda tanpa narasi cenderung individualis, sangat mementingkan diri sendiri, sangat mementingkan persepsi sendiri meskipun mungkin yang diyakininya adalah relatif, keakuannya sangat dominan, saking individualis, ego sendiri lebih diutamakan, sehingga tak jarang mereka menyerah dengan keadaan, karena menyerah dengan keadaan dan tak punya keinginan untuk merubahnya, para pemuda tanpa narasi ini pun menjadi apatis, acuh dengan kondisi kekinian, tak peduli lingkungan sekitar, sense of care seakan menghilang dari diri pemuda tanpa narasi.
Pemuda tanpa narasi, jumlah mereka banyak, karena jumlahnya banyak, mereka merasa nyaman saja dengan kondisi tersebut, akibatnya para pemuda ini lemah motivasi, lemah orientasi. Lemah motivasi karena tak tahu apa yang diperjuangkan dan untuk apa berjuang. Lemah orientasi karena ketidakpedulian terhadap realitas masyarakat, mudah menyerah dengan keadaan. Pemuda tanpa narasi juga bisa saja menjadi sebab tidak produktifnya bonus demografi, Indonesia yang sebentar lagi akan menyongsong era gelombang ketiga, dimana salah satu cirinya adalah penduduk didominasi oleh usia muda. Pemuda tanpa narasi terus bergelut dengan hal-hal yang tak penting, ini karena mereka mengalami kekosongan narasi, gelisah tanpa ujung menjadi ciri utama pemuda tanpa narasi. Kegelisahan terjadi karena lemah motivasi dan lemah orientasi, bahkan mungkin hilang motivasi dan hilang orientasi, bingung apa yang harus dilakukan, lalu kegelisahan para pemuda tanpa narasi pun berlarut-larut, kegelisahan pemuda tanpa narasi pun semakin menjadi-jadi. Pemuda tanpa narasi lupa bahwa segala sesuatu ada yang menciptakan, ada yang mendesain. Pemuda tanpa narasi menjadi lupa diri, malas untuk bergerak, isu-isu keummatan, isu-isu kebangsaan, isu-isu kesejahteraan sosial, isu-isu ketimpangan ekonomi, isu-isu ideologi transnasional, tak dapat di jangkau oleh mereka, pemuda tanpa narasi tak mampu menganalisa berbagai fenomena ini, bahkan mungkin bila terjadi benturan, mereka memilih lari dari benturan ini, sungguh tak pantas bagi kita pemuda Indonesia mengikuti perilaku, sifat, dan sikap para pemuda tanpa narasi ini.
Narasi menjadi hal yang penting untuk keberlanjutan roda pembangunan bangsa, namun kebanyakan dari kita memang tak punya keinginan untuk mencipta narasi, tak punya keinginan untuk mempelajari narasi yang sudah ada, narasi-narasi perubahan, narasi-narasi pembaruan, narasi-narasi yang terus berkembang dalam aspek operasionalnya dan tetap pada prinsip yang kokoh. Narasi-narasi positif yang akan mengubah seisi bumi, narasi-narasi positif yang akan mengubah cara pandang ummat manusia terhadap berbagai persoalan yang ada, tentang hakikat kehidupan seutuhnya, tentang peran dan tugas manusia sesungguhnya, yaitu sebagai pemimpin di muka bumi ini. Maka lahirlah para pemuda yang punya narasi, para pejuang yang berlandaskan narasi dalam perjuangannya, narasi yang telah terbukti kedigjayaannya, narasi yang telah terbukti kesuksesannya, narasi yang telah terbukti eksistensinya, pun masih harus disesuaikan dengan kondisi kekinian dan kedisinian. Para pemuda yang punya narasi ini tidak seperti pemuda tanpa narasi, pemuda bernarasi ini terus belajar didalam hidupnya, berusaha menjadi quick learning, memandang dan membaca sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, yang penulisan sejarahnya banyak mengalami distorsi, sehingga peran para ‘Ulama dan santri tak ditulis dalam literatur dan referensi sejarah, literatur dan referensi sejarah yang digunakan dalam kurikulum pembelajaran. Para pemuda bernarasi ini paham benar akan sejarah, bahwa disetiap masa akan berbeda tantangannya, disetiap masa akan berbeda ujian dan cobaannya, maka metode dan sarana harus terus mengalami penyegaran, menyesuaikan dengan realitas alam perjuangan yang akan dihadapi.
Pemuda tanpa narasi adalah ide pokok dari sebuah gagasan singkat ini, bahwa keberadaan mereka hanya akan memperlambat gerbong bangsa ini berjalan menuju tujuan luhurnya, bahwa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Tahun 1945, perjuangan akan terus berlanjut, perjuangan akan terus ada, para pejuangnya juga akan terus ada, dan pemuda tanpa narasi belum terlambat untuk segera berbenah diri lalu mengambil satu narasi dan ikut pula berjuang bersama para pejuang sejati. Pemuda tanpa narasi tak peka membaca keadaan, mereka juga tak terlalu berminat untuk membaca sejarah para pendahulunya, tak pula membaca sejarah tentang peradaban dunia, padahal begitu pentingnya mempelajari sejarah yang ada, untuk mengambil pelajaran, untuk mengambil bekal, untuk memetik nilai-nilai perjuangan dimasa kini dan masa yang akan datang. Pemuda tanpa narasi akan terus merasa nyaman dengan kondisi ini, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terbuai dengan games online, Narkotika dan Obat-obatan terlarang, serta faktor destruktif lainnya yang tentu akan meredupkan masa depan para pemuda, masa depan bangsa Indonesia seperti tak akan bercahaya bila para pemuda tanpa narasi tidak segera mengambil sikap untuk berubah seutuhnya, berubah dengan tak terburu-buru, mengikuti proses dan alurnya, karena percayalah perubahan yang sifatnya instan tidak akan bertahan lama. Pemuda tanpa narasi harus segera menyiapkan di relung hatinya sebentuk tekad, tekad untuk berubah, tekad untuk berjuang, berjuang bersama-sama para pemuda pejuang, menjadi batu bata peradaban, berkontribusi agar bangsa ini kembali tersenyum karena para pemudanya adalah para pemuda yang produktif, para pemuda yang punya narasi, para pemuda yang punya nilai-nilai perjuangan. Yang lebih parahnya lagi, para pemuda tanpa narasi ini tak punya bahan atas apa yang ia kerjakan, tak punya orientasi dalam hidupnya, bahkan sering mencela para pemuda pejuang, sering mencemooh para pemuda yang punya narasi, jangan jadi pemuda tanpa Narasi! (dakwatuna.com/hdn)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2017/01/17/85021/jangan-jadi-pemuda-tanpa-narasi/#ixzz4WYKOgHqM
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook