dakwatuna.com – Sambutlah para Kesatria, datang dengan Baju Zirah yang nyaris sempurna, ada pula yang hanya bermodalkan tameng, segala terjangan anak panah coba dilalui nya, ratusan tebasan pedang coba ditangkisnya, serbuan tikaman tombak juga coba dihindarinya. Meski memang terkadang luka menyayat dagingnya, berdarah-darah, berpeluh-peluh, bertumpuk-tumpuk sesal, berbanyak-banyak risih dan dengki yang di terimanya. Tetapi jiwa tetap membaja, karena yang memiliki jiwa kesatria tetaplah para Kesatria, tak bermaksud menyaingi Gatot Kaca, tak bermaksud menandingi Panah Arjuna, tak pula ingin adu kekuatan dengan Jaka Tingkir, dan tak ingin menunggu terlalu lama kedatangan Satria Piningit, karena sungguh seluruh Superhero fiktif seperti Captain America, Thor, Iron Man, Superman dan Batman tak pantas dibandingkan dengan jiwa-jiwa para Kesatria, Kesatria yang kan menjelang. Lebih dari tampilan sederhana dan kumuh, jiwa mereka Kesatria.
Jiwa Kesatria lebih berharga dari sekedar permata ruby ataupun black diamond, lebih berharga dari mutiara zamrud ataupun emas putih. Tak peduli segagah apapun tampilan luar, akan tetapi ukuran kemuliaan seseorang adalah isi hatinya, pikiran, dan jiwanya. Sebagian besar manusia begitu terpana dengan hal-hal yang nampak, hal-hal yang berwujud, yang bersifat materi, mungkin ini adalah fitrah manusia. Namun jiwa kesatria yang menjelang tetap tenang menjalani kehidupan, kehidupan yang mungkin di dominasi oleh kurang baiknya skala prioritas masyarakat, yang bermain bola, yang berolah raga, di sanjung dengan segala pujian dan dukungan, sementara para kesatria yang berjuang dalam ranah ideologis, tazkiyatun nafs, revolusi mental, kurang mendapat perhatian. Bangunan-bangunan menjulang tinggi, hendak mencapai awan, gedung megah nan mewah menjadi perlombaan. Bukan hendak meningkatkan kualitas dalam diri, tetapi kuantitas yang terus menerus dikejar-kejar. Kesatria yang kan menjelang hadir untuk mengubah pola pikir seperti ini.
Baju zirah yang lengkap dengan persenjataan hanyalah simbol saja, karena hati dan jiwalah penopang Sang Kesatria Pemberani. Pola pikir yang lebih dewasa, Masjid, Pasar, dan Negara adalah tumpuan kebangkitan Umat, kebangkitan Peradaban Umat Manusia. Kesatria juga menyadari bahwa jatuhnya peradaban barat adalah sesuatu yang sedang terjadi saat ini, karena setiap kejayaan dan kejatuhan akan dipergilirkan. Saat ini kita mungkin menyaksikan keberpihakan media kepada Negara-negara Barat, sehingga tercabik-cabik nya umat Islam sepi dari pemberitaan media nasional maupun internasional yang katanya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seakan-akan Umat Islam tidak berhap terhadap nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Para Kesatria memandang secara objektif, sungguh mereka menginginkan kebaikan. Di depan mata ada 300.000 (Tiga Ratus Ribu) mayat Warga Syria yang terbantai. Ada 12.000.000 (Dua Belas Juta) sisanya yang menjadi pengungsi ke hampir seluruh penjuru dunia. Ada Irak, Mesir, Yaman, Libia, Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Afghanistan, bahkan Turki, telah deras bercucuran air mata kaum muslimin, telah tertumpah darah-darah di tanah air kaum muslimin, para kesatria sungguh peduli, doa dan infaq terbaik para kesatria untuk seluruh kaum muslimin yang tengah tertindas di seluruh penjuru dunia. Dan kesatria berpandangan dan bertekad suatu saat sang kesatria lah yang akan menjadi pembebas, sang kesatria lah yang akan berjuang melawan kedzholiman serta kesewenang-wenangan, sungguh langka mencari pikiran visioner semacam ini, karena mereka ini adalah para Kesatria, Kesatria yang kan datang dan menjelang.
Tangan-tangan lugu para kesatria bisa menjadi kepalan perkasa, bila ide menghujam nurani, lalu mengejawantah dalam aksi, inilah mereka para Kesatria. Mata-mata sayu bisa menjadi tatapan nanar nan tajam, disebabkan kebiasaan mereka di 1/3 malam bermesra dengan Rabbnya, carilah mereka para Kesatria. Kaki-kaki kumal tak elok, bisa menjadi derap langkah yang menggentarkan lawan, karena jumlah mereka sedikit di antara umat. Yang sedikit di antara umat adalah yang berhak menjadi pemimpin, itulah Kesatria!! Bahu tak kekar kan tampak kokoh layaknya gunung, tempat bersandar para bidadari dunia, sambutlah para Kesatria!! mereka yang berjiwa Kesatria, kesatria yang kan datang dan menjelang.
Kesatria tak hendak angkuh dan tak pula pesimis, mereka menjaga stabilitas pikiran dan ambisi. Kesatria kan meminta dunia dalam genggaman, namun bukan dalam hati. Jangan sampai kepentinganmu terhadap dunia membuatmu sibuk dan lupa mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti. Terlena dan berfoya-foya bukanlah jiwa para kesatria, mengutamakan segala hal yang bersifat sementara bukanlah ciri para Kesatria. Sebagian besar manusia menganggap harta yang berada di tangannya adalah harta yang sangat berguna buat dirinya. Namun tahukah engkau ketika harta tersebut engkau sedekahkan untuk pembangunan Sumber Daya Manusia para pejuang dakwah dan gerakan dakwah, tentunya hal ini akan lebih berarti. Entah berapa banyak pahala yang diganjar padamu dari Allah SWT, tak ada satu pun manusia yang sanggup untuk menghitungnya. Harta yang disedekahkan kepada anak yatim, kepada fakir dan miskin, kepada pondok-pondok pencetak para penghafal Al-Qur’an, tentunya harta akan lebih bernilai, harta akan menjadi mulia, harta akan semakin berkah, tak perlu takut miskin karena Rasul telah menjamin bahwa tak akan miskin orang yang bersedekah. Berlapis-lapis Keberkahan hartamu akan bertumpuk-tumpuk menjadi investasi yang sangat menguntungkan, karena engkau tengah melakukan perniagaan dengan Allah SWT.
Kesatria kan terus berkuda menjelajahi arus, mengarungi zaman, berproses dan bertahap mencipta perubahan namun tak lupa tunduk dan sujud kepada Sang Pemegang raga seluruh Manusia, Sang Pencipta Semesta Makhluk. Inilah para Kesatria, mari berkumpul disini bersama mereka, mencerap Cahaya Allah SWT, Memurni Alunan Tauhid di dalam Hati, di rongga Akal. Bersama para Kesatria, Iman, Ilmu, dan Amal akan terus menerus bertambah, agar Iman Hijrah, dan Jihad bisa optimal dan maksimal, secara totalitas. Sebagaimana perintah langit agar memeluk Agama yang kaffah ini secara totalitas pula, mencelupkan seluruh jiwa dan raga kedalam celupan Allah SWT. Maka Gerakan para Kesatria kan membimbing umat manusia, dari suar cahaya adzan berkumandang, memendarkan cahayaNya, cahaya di atas cahaya.
Carilah mereka para Kesatria, para kesatria ada di sekitarmu, dalam pertemuan halaqah setiap pekan. Ikutilah mereka para Kesatria, sebab sungguh mereka ingin menjadi pelayanmu, pemimpinmu, yang mencintaimu setulus hati, dengan segenap jiwa dan raga, secara total. Tak lekang oleh waktu, dengan semangat membumi dan menggelora, ide-ide mereka lahir dari tanah Mesir, ide yang sangat valid, ide tentang gerakan Islam Moderat dan kontemporer, bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Maka lihatlah dan saksikanlah Para Kesatria menjadi Pewaris Nabi, Penebar Hidayah di seantero bumi. Saksikanlah mereka para Kesatria, bila berada di dekatmu bantulah mereka para kesatria sebab sungguh mereka mencintaimu, berupaya seperti cinta Baginda Nabi kepadamu.
Kesatria kan menjelang, di pelupuk mata, di Rona Merah Fajar, Berderap datang dari Masjid, Beramai-ramai menyebar Pola Pikir. Kesatria kan menjelang, di Langit Shubuh, di tinta dan pena digital, menginginkan kebaikan untukmu, menginginkan kebenaran ada padamu. Kesatria kan menjelang, tulus kepadamu, tak hendak merusak bingkaimu, hanya ingin memuliakan dirimu, di Telaga Al-Kautsar, Harum nan manis. Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan tentang Para Kesatria, maka Saksikanlah!! Kesatria kan datang dan menjelang. (dakwatuna.com/hdn)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/07/14/81414/81414/#ixzz4EYcf58mt
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 komentar:
Posting Komentar