Hari pendidikan nasional, yang diperingati tanggal 2 Mei
setiap tahunnya. Di dalam benak saya pribadi, momen setiap tahun ini hendaknya
dapat menjadi tolak ukur sudah sejauh mana perkembangan pendidikan di Negara,
bangsa, provinsi, kabupaten, kota, atau mungkin lebih khusus di Universitas
kita tercinta. Baiklah, saya tidak ingin berpanjang lebar dalam tulisan saya
ini. Fokus tulisan saya kali ini adalah mencermati pendidikan yang saat ini
menurut saya masih berorientasi pada hasil.
Pendidikan yang berorientasi pada
hasil, inilah yang masih harus menjadi “Pekerjaan Rumah” bagi kita semua sebagai
Aktivis pendidikan. Di dunia sekolah, dengan nilai ujian atau nilai raport yang
tinggi akan menjadi suatu kebanggaan bagi siswa. Nilai menjadi tolak ukur kualitas seseorang,
padahal ada beberapa potensi manusia yang juga bisa menentukan kemuliaan
dirinya baik di kalangan manusia maupun di mata Tuhannya. Maka dengan orientasi
seperti ini, kita perlu me-review hal
tersebut. Perlu dilakukan reorientation
untuk mendukung salah satu program pemerintah dalam bidang pendidikan yaitu
Pendidikan Berbasis Karakter. Karakter sendiri dibangun oleh sesuatu yang
walaupun di kerjakan sedikit namun sifatnya terus-menerus (kontinu). Dan dalam
membangun pendidikan berbasis karakter seperti yang sempat disampaikan pada
Media Tadulako sebelumnya, dibutuhkan sebuah proses yang berkelanjutan. Seorang
Siswa yang belajar dengan baik, mampu mengikuti proses dengan tekun, mengedepankan
prinsip kejujuran pada saat nasional, dapat dipastikan akan menjadi manusia
yang paripurna mengisi peradaban dengan kemampuan intelektual kesadaran sosialnya. Sebaliknya seorang siswa
belajar dengan baik selalu dengan motif pujian, selalu mengeluh dengan proses
yang djalaninya, bukan berbagi ilmu tapi berbagi kegalauan ke semua orang,
sampai-sampai kegalauan tersebut di-share di Facebook yang merupakan konsumsi umum.
Hari ini beberapa dari kalangan
kita begitu bangga dengan IPK yang tinggi. Berbagai cara digunakan untuk
mencapai IPK yang tinggi, menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
tersebut. Wajah buram pendidikan di kalangan intelektual muda. Sampai ketika
tujuannya tak tercapai, kegundahan, kegalauan dan frustasi-lah yang terjadi.
Bertolak belakang dengan pendidikan berkarakter. Padahal galau bukanlah
karakter seorang intelektual muda. Di Kitab Suci Agama saya, Surah Al-Baqarah
Ayat 275 bercerita tentang penyebab manusia yang sering galau.
Harapan saya pribadi pada momen
Hardiknas kali ini, Kalau alumni-alumni ITB dan UI bisa menjadi
pemimpin-pemimpin bangsa saat ini, para Civitas akademika UNTAD adalah pemimpin
provinsi ini kedepan, bahkan negeri kita tercinta ini. Tentunya dengan terlebih
dahulu meluruskan orientasi kita bahwa kuliah bukan hanya sekedar mencari
nilai, tapi banyak hal kontributif yang bisa kita lakukan untuk membangun
pendidikan berkarakter, pendidikan berbasis proses, pendidikan penuntas
kegalauan. Dari kampus ini kita bangun pendidikan berbasis proses, menuju
tadulako madani. Tadulako madani tak hanya sekedar mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar