dakwatuna.com - Mengamati dan menganalisis kejadian
sekitar menjadi ciri khas kaum intelektual, apalagi bila turut
memberikan solusi dalam berbagai permasalahan sosial. Dalam beberapa
kesempatan, sebagian besar dari kita sering jenuh oleh beberapa
pekerjaan yang menjadi rutinitas kita. Ingin rasanya menjadi iri kepada
mereka yang selalu menjaga, menjaga kehidupannya agar berjalan sesuai
kodratnya, menjaga stabilitas hidupnya dengan mengikuti arahan-arahan
Rabbani. Arahan-arahan yang berasal langsung dari Tuhannya,
arahan-arahan yang tidak terdapat penambahan pendapat-pendapat dari
manusia. Arahan yang terjaga kesuciannya dan kevalidannya, tak akan
mudah untuk dirubah sesuka hati karena arahan-arahan tersebut telah
menjadi kitab suci Umat Islam, yaitu Alquran.
Mereka yang menjaga
diri dari kemaksiatan, betapa berbahagianya mereka karena penjagaan
terhadap dirinya. Dalam bergaul dengan sesama mereka memiliki
batas-batas sesuai apa yang disyariatkan oleh agamanya. Berinteraksi
dengan ayah ibunya, kakaknya, adiknya, keluarganya, sahabat-sahabatnya.
Selalu menjaga pandangan ketika bergaul dengan lawan jenis, selalu
menjaga ucapan, baik ucapan secara lisan maupun tulisan, baik di dunia
nyata maupun di dunia maya. Mereka selalu menunjukkan sikap terbaiknya,
mencerminkan akhlak yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh para
Nabi dan Rasul.
Tingkah laku mereka nyaris sempurna, meskipun
terkadang mereka juga harus berhadapan dengan berbagai dinamika
kehidupan dan ketetapan Allah. Sebagai manusia biasa, terkadang mereka
juga berbuat dosa, namun dari dosa yang telah dilakukan memberikan
pelajaran yang berharga bagi mereka untuk terus memperbaiki diri dan
memperbaharui niat.
Tubuh mereka kuat, rajin berolahraga, tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat merusak tubuh. Mereka
menyadari bahwa pekerjaan dan usaha dalam berdakwah bukanlah sesuatu hal
yang ringan. Dakwah merupakan tanggung jawab dan tugas mereka,
menyadari dakwah tidaklah ringan dan hendaknya dakwah dilakukan dengan
totalitas, mereka senantiasa menjaga kesehatan badan mereka sehingga
terwujudlah cinta yang hakiki sebagaimana sabda Baginda Nabi bahwa
Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT.
Akhlak mereka tercermin
dari perilaku mereka yang senantiasa berpedoman pada Alquran dan
Sunnah-sunnah Nabi. Mereka selalu berusaha untuk menjaga akhlak mereka
agar senantiasa mulia serta dari akhlak mereka ini mereka mampu untuk
menginspirasi orang-orang di sekitarnya, agar senantiasa memperbaiki
diri. Mungkin sering kita mendengar istilah ‘pacaran’ yang banyak
digandrungi oleh anak-anak muda sekarang. Hanya saja, mereka tidak
ikut-ikutan untuk ‘pacaran’ sebab mereka memahami dan menilai suatu hal
berdasarkan manfaat dan kerugiannya. Tentu saja mereka mengetahui bahwa
pacaran lebih besar keburukan dan kerugian yang dihasilkan dibanding
manfaat yang didapatkan. Pacaran yang banyak digemari generasi muda
zaman sekarang tentu saja memberi dampak buruk bagi generasi bangsa ini.
Dan mereka juga telah mengetahui bahwa pacaran juga tidak diperbolehkan
dalam ajaran Islam.
Mereka ini juga bukan anak muda yang patut
dianggap remeh pengetahuannya tentang Islam, mereka selalu mempelajari
agama dengan bersumberkan Alquran dan Al-Hadits. Selain itu, mereka juga
menjadi ahli dalam bidang yang mereka geluti meskipun memang saat ini
mereka masih dalam tahap belajar dan terus berproses. Dari sisi
finansial juga mereka bukan anak muda yang bias dianggap remeh, mereka
juga tetap berusaha menghidupi dan membiayai dirinya sendiri meskipun
dengan langkah yang tertatih-tatih serta penuh perjuangan. Hidup mereka
sederhana dan tidak bermewah-mewah dan selalu berusaha menjauhi riba.
Mereka juga memiliki aqidah yang lurus, dalam setiap kesempatan mereka
terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjaga
kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat, dan
yang paling utama, mereka ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai
Agama, dan Muhammad Nabinya.
Mereka berupaya agar Ibadah yang
mereka kerjakan mempunyai landasan yang telah jelas dan valid, totalitas
dalam ibadah adalah salah satu kunci kesuksesan ibadah, yaitu dengan
menghadirkan hati, pikiran, perasaan, dan seluruh tubuh dalam beribadah,
serta tidak berlebihan dalam beribadah. Mereka juga berusaha melawan
hawa nafsu, karena mereka menyadari bahwa semakin tinggi kadar keimanan
seseorang maka cobaan serta ujian yang diberikan semakin berat pula.
Mereka sangat menghargai setiap waktu yang berjalan, dan tidak
mengisinya dengan hal-hal yang bersifat sia-sia. Waktu adalah sesuatu
yang tak dapat dimundurkan walau sesaat, meskipun dibeberapa cerita
fiksi yang sudah mewujud menjadi film layar lebar banyak berceritera
tentang keberadaan mesin waktu. Karena waktu yang tak bisa dimundurkan
walau hanya sesaat, maka dalam setiap urusan dan aktifitas keseharian
mereka teratur dan rapi. Dan mereka selalu berusaha agar hidupnya dapat
bermanfaat bagi orang lain, apalagi bila lifestyle yang mereka jalani mampu menginspirasi, memotivasi, dan membakar semangat orang-orang disekitar kehidupan mereka.
Terlihat
sangat ideal bukan? Tetapi tahukah kita semua bahwa beberapa hal yang
penulis uraikan di atas adalah sepuluh (10) muwasafat tarbiyah yang
hendak dicapai oleh orang-orang yang mengikuti tarbiyah, terkhusus bagi
para aktifis kampus tarbiyah yang dimaksud adalah mentoring.
Capaian-capaian yang kita semua optimis untuk mencapainya meski tertatih
kaki ini melangkah. Mungkin ada bisikan-bisikan muncul yang berasal
dari sisi kiri dan kanan kita berbisik tentang mustahilnya mencapai
sepuluh muwasafat tarbiyah tersebut. Tetapi, bukankah sebagian besar
dari umat manusia adalah seorang pembelajar cepat (quick learning). Seideal apapun capaiannya selalu ada ruang didalam hati dan pikiran rasa optimisme bersemayam.
Bagi para aktifis kampus, baik aktifis kampus kini dan nanti, semuanya bermula dari mentoring, penulis sendiri lebih senang menyebutnya dengan sebutan the power of mentoring.
Ada yang tetap konsisten mengikutinya setiap pecan dan ada pula yang
hadir hanya sesekali bahkan tidak sedikit yang kita dapatkan dalam
berjalannya proses mentoring ada yang tak pernah lagi terdengar
kabarnya. Dan kita juga mengetahui bersama bahwa kualitas para
mahasiswa yang terbina lewat proses mentoring sangat unggul. Boleh jadi mereka-mereka yang sampai sekarang menjalani proses mentoring dan
insya Allah sampai seterusnya, ketika diberi amanah-amanah kepanitiaan,
kegiatan, jabatan dan posisi strategis di lembaga kemahasiswaan akan
mereka ambil jabatan dan posisi tersebut dengan keyakinan yang mantap.
Karena orang-orang yang berkualitas adalah orang yang mau terus belajar
dan menjalani proses.
The power of mentoring, mampu mengantarkan orang-orang yang masih konsisten mengikuti proses mentoring tersebut menuju kebahagiaan yang hakiki. The power of mentoring bukan
sekedar berbicara tentang kemenangan dakwah kampus semata, tetapi
bagaimana caranya kemenangan dakwah tersebut mewujud nyata dalam
diri-diri mereka. Mereka yang senantiasa berupaya mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan segala kelemahan mereka sebagai manusia biasa.
Beda dengan serial power ranger yang sebenarnya tidak merefleksikan nilai-nilai kepahlawanan dengan sempurna, the power of mentoring hadir
sebagai solusi dari para pejuang dakwah kampus. Solusi yang dapat
diibaratkan sebagai oase di tengah-tengah gurun yang tandus. Oase bagi
mereka yang sedang kehausan akan ilmu-ilmu agama, teladan dalam
perilaku, kata-kata motivasi. Oase bagi mereka yang tengah dilanda
dahaga, dahaga akan ilmu-ilmu pengembangan diri, penyucian diri, serta
keorganisasian dan manajemen kelembagaan mahasiswa. Jadi, tunggu
apalagi? Yukk..ikut mentoring.
0 komentar:
Posting Komentar