dakwatuna.com - Kepada siapa engkau mesti cemburu?
Rasa-rasanya pertanyaan sederhana ini menggelitik nurani penulis untuk
merefleksikannya ke dalam renungan-renungan sederhana, renungan-renungan
yang semoga menggugah hati kita. Tentang kecemburuan, hal ini selalu
berdampingan dengan rasa cinta. Di mana ada cinta pasti ada rasa
cemburu. Bagaikan keberadaan asap yang selalu mendampingi api. Cinta
sejati akan menuntut hampir semua potensi dalam dirimu, menurut Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah, cinta yang hakiki akan memberikan kepadamu keharusan
kesetiaan cinta terhadap satu kekasih, dan hal itu menjadi konsekuensi
logis yang kemudian muncul, maka rasa cemburu sangat bergantung pada
kadar kekuatan cintanya.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
kepada siapa engkau mesti cemburu? Karena kadar cemburu bergantung pada
kadar kekuatan cinta. Maka bila cinta itu menuntut kesetiaan terhadap
satu kekasih, yakinlah bahwa yang paling engkau cintai adalah yang akan
engkau ikuti, engkau bela, engkau taati, engkau teladani, engkau kagumi,
pantas untuk engkau cemburui, bahkan di padang mahsyar nanti engkau
akan bertemu dengan yang paling engkau cinta. Kepada siapa engkau mesti
cemburu? Pertanyaan ini dapat menjadi renungan yang mendalam bagi para
penikmat cinta sejati, orang-orang yang sedang jatuh cinta, mereka yang
sedang terbakar rindu dan ingin bertamasya.
Kepada siapa engkau
mesti cemburu? Sikap cemburulah yang akan mendorong si pecinta untuk
berkorban jiwa, harta, dan kehormatannya demi yang dicintai. Mungkin
sebagian dari kita begitu kagum dengan sosok Lionel Messi. Pemain sepak
bola berkebangsaan Argentina, bernomor punggung sepuluh di klub papan
atas Liga Spanyol, tiga kali berturut-turut menyabet gelar pemain
terbaik dunia. Mungkin engkau menganggap rasa ini adalah rasa yang biasa
saja sebagai seorang fans, rasa kagum yang biasa saja sebagai seorang
penggemar. Ya, semua rasa itu tampak seperti biasa saja. Rela mengurangi
waktu tidur untuk menyaksikan sang idola bermain, secara tidak sadar
sedang berkorban jiwa dengan mengurangi waktu istirahat. Rela
mengeluarkan sejumlah dana untuk ikut nonton bareng di kafe-kafe dan di
warung kopi untuk menyaksikan sang idola beraksi. Keesokan paginya telat
berangkat ke kantor, atau mungkin kinerja menjadi tidak optimal karena
rasa kantuk yang mengusik. Secara tidak sadar, sudah berkorban jiwa,
harta, dan kehormatan demi orang yang dikagumi. Dan tanpa sadar sudah
mencintai Lionel Messi layaknya para pecinta.
Kepada siapa engkau
mesti cemburu? Sudikah engkau di hari perhitungan yang tidak ada satupun
yang bisa ditutupi, engkau masuk dalam barisan penggemar Lionel Messi,
karena secara tidak sadar di dunia engkau bukan sekadar mengaguminya?
Tetapi juga mencintainya? Mungkin, kita perlu muhasabah diri
lagi, sudahkah menyandarkan cinta pada cinta yang sejati? Atau malah
menyandarkan cinta pada cinta yang bersifat semu? Mari merenung bersama,
kagumlah pada seseorang dengan rasa kagum yang sewajarnya saja, boleh
saja mengagumi makhluk tetapi jangan sampai berlebihan, kelola rasa
kagum itu dengan proporsional. Kagumlah dengan sewajarnya saja, jangan
sampai ia menjadi cinta, apalagi cinta yang sedang engkau kejar sekarang
adalah cinta yang semu, cinta yang akan membinasakanmu di akhirat
nanti.
Kepada siapa engkau mesti cemburu? Bagi sebagian besar
kawula muda, mungkin tidak asing bila mendengar nama Justin Bieber.
Seorang musisi berkebangsaan Kanada yang sukses menyihir perhatian
kawula muda dengan talenta dan kemampuan musiknya. Para pemuda dan
pemudi rela mengorbankan waktunya, berdesak-desakkan di arena konser,
bercampur-baur pria maupun wanita mengorbankan kehormatan, barangkali
orang-orang ini perlu membaca hadits berikut. Diriwayatkan bahwa pada
khutbah shalat sunat gerhana matahari Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai
umat Nabi Muhammad, demi Allah tidak ada seorang pun yang lebih cemburu
dari Allah Swt. manakala ada hamba-nya laki-laki atau hambanya yang
perempuan melakukan perbuatan zina.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kepada
siapa engkau mesti cemburu? Pertanyaan ini perlu ditanyakan kembali
kedalam hati nurani kita, sudahkah dapat membedakan rasa kagum dan rasa
cinta? Sudahkah mendedikasikan cinta ini kepada Rasulullah Sang Teladan
sebagai implementasi kecintaan kepada Allah Swt. pemilik segala cinta?
Masih dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak
ada sesuatu pun yang lebih cemburu dari Allah Swt. oleh karena itulah
Allah Swt. mengharamkan berbagai kekejian baik yang nyata maupun yang
tersembunyi.”
Kepada siapa engkau mesti cemburu? Ats-Tsauri
meriwayatkan dari Hammad bin Ibrahim dari Abdullah, dia berkata,
“Sesungguhnya Allah Swt. benar-benar cemburu demi seorang muslim, oleh
karenanya hendaklah dia juga mempunyai rasa cemburu.”
Diriwayatkan dari Abdullah r.a. dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. cemburu, oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memiliki rasa cemburu.” (H.R. Thabrani).
Dari Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya
Allah itu memiliki rasa cemburu dan orang mukmin juga memiliki rasa
cemburu. Kecemburuan Allah Swt. adalah manakala seorang mukmin melakukan
apa yang diharamkan atas dirinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang mukmin itu pencemburu, dan Allah Swt. lebih pencemburu lagi.” (H.R. Ibnu Hibban).
Kepada
siapa engkau mesti cemburu? Sepertinya semakin cerah arah dan tujuan
dari pertanyaan ini, tentang kepada siapa kita mesti cemburu. Bahwa yang
berhak dicemburui oleh seorang Muslim, khususnya seorang Mukmin adalah
Allah Swt. Sebab, dengan mencemburui Allah Swt. maka seharusnya membuat
kita semua sadar bahwa segala kekejian baik nyata maupun tersembunyi
adalah hal yang diharamkan. Manakala seorang mukmin melakukan apa yang
diharamkan atas dirinya, maka Allah Swt. akan cemburu sebagai bentuk
cinta kepada hambanya.
Kepada siapa engkau mesti cemburu? Tentu
saja tak ada perdebatan lagi tentang kepada siapa kita mesti cemburu.
Tentu saja yang berhak dicemburui adalah Allah Swt. Yang berhak dicintai
adalah Allah Swt. dengan segenap cinta, mewujud dalam ketaatan dan
menjauhi segala hal yang diharamkan. Sebab tak akan dapat engkau
pungkiri bahwa hari di mana pertemuanmu dengan Allah Swt. akan tiba.
Siapkah engkau bertemu dengan Allah Swt. sementara Allah Swt. tak peduli
karena dalam hatimu tak ada sedikitpun rasa cemburu kepada-Nya? Siapkah
engkau yang terlena akan dunia, segala kecintaan yang semu, kecemburuan
yang tidak pada tempatnya menyebabkan engkau dilupakan oleh Allah Swt.
di akhirat? Sama seperti dirimu yang sering melupakan Allah Swt. ketika
hidup di dunia, salah mempersepsikan cinta sehingga cintamu berujung
pada cinta yang semu, sehingga kecemburuanmu salah sasaran dan tak ada
artinya lagi.
Kepada siapa engkau mesti cemburu? Jawabannya
adalah, kepada Allah Swt. hendaknya kita mesti cemburu. Sebagai bukti
cinta sejati kepada hanya satu kekasih, kekasih yang berhak memperoleh
kecemburuan itu, the One and Only, kepada Allah Swt. Di akhir
tulisan ini, sungguh elok apabila kita merenungi pesan Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah. Beliau berpesan, Allah Swt. akan sangat cemburu kepada
hamba yang di dalam hatinya tidak terdapat rasa cinta, takut, dan harap
kepada-Nya. Terlebih apabila hati tersebut diisi oleh sesuatu
selain-Nya. Allah Swt menciptakan manusia untuk menyembahnya, dan
menjadikannya sebagai makhluk pilihan di antara makhluk-makhluk-Nya yang
lain. Sekarang, kepada siapa engkau mesti cemburu? Jawablah dengan
mantap, penuh keyakinan dan pembuktian, hanya kepada Allah Swt.
0 komentar:
Posting Komentar