Oleh : Mohamad Khaidir
dakwatuna.com – Bila memandang langit terasa biasa saja, mungkin kita perlu introspeksi diri lagi dan lagi. Belakangan ini penulis lebih sering mengawali gagasan dengan membahas sedikit tentang langit. Oleh karena bagi orang-orang yang hidup di belantara perkotaan akan lebih senang memandang langit, dan menengok tumbuhan-tumbuhan hijau, sebab beton serta tembok perkotaan sudah sedikit membuatnya jenuh karena peliknya aktivitas sehari-hari di rimbunnya beton belantara perkotaan. Tetapi sekali lagi dari setiap aktivitas yang kita jalani sehari-hari akan menjadi durhaka seorang hamba bila tidak dibarengi dengan rasa syukur setinggi-tingginya. Cara bersyukur setinggi-tingginya adalah dengan menyelamatkan manusia dari jilatan api neraka, itulah dakwah. Bukan wajah dan dagu yang congkak, tetapi hamba yang merunduk serta bersyukur. Belajar merasai setiap nikmat yang telah diterima agar setiap nikmat dan puji syukur menjadi kekuatan iman. Atau mungkin kita terlalu sering mencela hari? Mengobral peluh? Sehingga setiap kondisi terasa menyesakkan? Barangkali kita perlu untuk menelisik lagi hati kita, apakah hati yang menjadi pengendali diri ini sudah lebih dominan kepada hal-hal yang menjauhkan diri dari mengingat Allah? Mau sampai kapan jauh dari Allah? Atau mungkin saja setiap hari engkau mendengar kumandang adzan, mendengar ajakan dakwah, tetapi pura-pura tak tahu atau masa bodoh dengan ajakan tersebut.
Dakwah adalah satu-satunya jalan! Percayalah! Sering muncul di kalangan intelektual pemahaman yang kaku dan sok intelektual tentang keilmuan. Seperti penulis sendiri yang berlatar belakang pendidikan Akuntansi, untuk apa menulis begitu banyak tulisan tentang renungan dan dakwah? Lalu apa yang salah dengan itu semua? Apakah dengan berdakwah melalui tulisan membuat penulis sendiri meninggalkan disiplin ilmu akuntansi? Nyatanya tidak, karena profesi penulis sendiri adalah seorang akuntan yang terus menerus belajar tentang akuntansi dan keuangan, pada saat yang sama juga terus belajar ilmu agama melalui majelis tarbiyah dan halaqah. Lalu muncul wacana pemisahan bidang-bidang disiplin ilmu yang digeluti dan dipelajari dengan persoalan dakwah dan keummatan. Bahwa sarjana pertanian hanya boleh bicara dan membuat tulisan persoalan pertanian saja? Bahwa sarjana pertanian hendaknya tidak berusaha mengaitkan ilmunya dengan ajaran Islam. Seorang sarjana kehutanan juga hanya boleh bicara persoalan kehutanan saja? hanya boleh membuat tulisan-tulisan dan artikel terkait bidang kehutanan saja? Lalu merasa tabu bila mengaitkan tentang hutan dengan ajaran islam, padahal tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman, senantiasa memuji Allah SWT. Hanya saja penulis yakin orang-orang yang ingin memisahkan Islam dari bidang pertanian atau bidang kehutanan ini tak akan mempercayai tentang seluruh alam semesta yang senantiasa memuji Allah SWT, termasuk tumbuh-tumbuhan. Meskipun mereka yang cenderung memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama ini sombong dengan ilmu yang mereka miliki, meskipun sebenarnya ilmu mereka tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Ilmu Allah SWT.
Ketika forum-forum ilmiah berlangsung, ketika rapat-rapat umum berjalan, dan ada orang-orang yang berbicara tentang kebaikan, tentang agama, maka dengan ketus mereka menjawab, “Jangan bawa-bawa agama dalam forum ini!”, “Jangan bawa-bawa agama di sini!”. Sungguh sangat disayangkan mereka yang masih memiliki pemahaman seperti ini lalu merasa sombong dengan ilmu serta karya-karya yang telah mereka hasilkan, merasa telah berbuat sesuatu, tetapi sungguh amal mereka hanya bagai sawah yang sempat subur lalu seluruh padinya gugur dan layu. Mereka sedang kehilangan pijakan? Ya, itu kemungkinan terbesar yang dapat penulis simpulkan untuk sementara. Melalui tulisan ini penulis akan menyampaikan yang seharusnya, mengingatkan mereka akan Ke-Maha Besaran Allah, serta mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Sebab seberapapun banyak muatan kebaikan pada tulisan seorang hamba yang hina ini, betapapun lihai retorika dan sastra dalam tulisan seorang hamba yang tengah mengembara ini, Allah lah yang memegang hati para hambaNya, Allah lah yang memiliki kuasa atas segala makhlukNya.
Dakwah adalah satu-satunya jalan! Percayalah! Adalah sebuah gerakan dakwah yang membuat penulis kagum, gerakan dakwah yang merangkul semua kalangan, sebab gerakan ini sadar tengah mengemban amanah yang besar, amanah dakwah, dakwah yang sejati, tentang peradaban dan alam semesta. Maka yang bergabung dalam gerakan ini tidak hanya para lulusan ilmu agama saja, tidak hanya para Ustadz yang bergelar Lc saja, tidak hanya lulusan perguruan tinggi agama saja. Hampir semua disiplin ilmu memilih bergabung dalam gerakan ini, mereka yang sarjana ekonomi pembangunan, sarjana akuntansi, sarjana manajemen, sarjana ilmu sosial, sarjana administrasi, sarjana sosiologi, sarjana psikologi, sarjana pertanian, sarjana kehutanan, sarjana pendidikan geografi, sarjana pendidikan kimia, sarjana pendidikan matematika, sarjana pendidikan bahasa inggris, sarjana kimia, sarjana sains, serta ratusan bidang disiplin ilmu yang tak akan cukup bila disebutkan satu persatu pada tulisan ini. Sebagaimana nilai-nilai Islam yang universal, menyentuh segala aspek hidup, intelektual muda yang bergabung dalam gerakan ini berdakwah meskipun ia adalah seorang karyawan swasta, tetap berdakwah meskipun ia seorang guru sekolah, tetap berdakwah meskipun ia seorang arsitek, tetap berdakwah meskipun ia seorang akuntan, tetap berdakwah meskipun ia seorang politisi, tetap berdakwah meskipun ia seorang penyanyi, tetap berdakwah meskipun ia seorang apoteker, tetap berdakwah meskipun ia seorang auditor, tetap berdakwah meskipun ia seorang dokter, tetap berdakwah dan terus berdakwah. Mereka tengah mempersiapkan kemenangan Islam di masa mendatang, tengah mempersiapkan generasi yang profesional dalam setiap bidangnya, sehingga lahirlah para pejuang dakwah dari bemacam-macam profesi serta dari berbagai kalangan.
Masih memilih untuk berpijak pada teori-teori konvensional tentang bagaimana berkarya dan menjalani hidup? Masih sering terjebak dalam kegiatan-kegiatan organisatoris namun tidak dilandaskan pada niat yang baik? Ingatlah bahwa niat yang baik saja belum cukup, sebab Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik-baik saja. Niat yang baik, disertai dengan cara yang baik, proses yang baik, bukan terbaik menurut dirimu sendiri, tetapi menurut ukurun penciptaMu. Ibarat sebuah pabrik yang memiliki bahan baku yang baik, mesin yang optimal, karyawan yang disiplin, manajemen yang baik, proses produksi yang baik, maka produk yang dihasilkan akan menjadi baik. Cara yang terbaik di era modern seperti sekarang ini adalah dengan terlibat dalam aktivitas dakwah dan tarbiyah.
Dakwah adalah satu-satunya jalan! Percayalah! Dari dakwah kita bisa belajar dari para pewaris nabi tentang dakwah sebagai jalan hidup, tentunya diawali dengan niat yang baik. Ukuran niat yang baik, cara yang baik, serta proses yang baik tak akan kau dapatkan dari para selebritis atau artis-artis terkenal. Indikator niat yang baik, cara yang baik, serta proses yang baik hanya dapat engkau dapat dari Rasulullah SAW, sepeninggal Rasulullah SAW pun Ummatnya masih dapat mengambil saripati kebaikan dari para salafunash shalih dan dari para ‘alim’ulama. Indikator kebaikan bukan didapat dari para orang-orang yang katanya aktivis tapi kerjanya hanya menjelajahi harakah, mengkritisi gerakan-gerakan dakwah tanpa melihat diri sendiri yang begitu kecil karena tak mau berjama’ah, mau berdakwah atau hanya main-main ?! Jangan sampai niat yang baik terkotori oleh setitik noda, tidak menjamin meskipun dia adalah seorang aktifis di lembaga dakwah, sebab bisa jadi chatting yang berlangsung di dunia maya antara lawan jenis lalu membahas urusan-urusan yang tidak penting?! Lalu orang-orang yang katanya ingin berdakwah lewat sosial media dengan bebasnya saling mengomentari status, bercanda, saling tegur sapa secara berlebihan?! Ingatlah bahwa hal ini dapat membuat hatimu tertutupi segunung noktah noda dosa!! Lalu engkau menganggap masih menjalani aktivitas dakwah?! Na’udzubillah. Untuk membentuk niat yang baik diperlukan latihan terus menerus, untuk mengetahui cara dan proses yang baik bergurulah kepada para ‘alim ‘ulama.
Dakwah adalah satu-satunya Jalan! Percayalah! “Dakwah akan terus berjalan, dengan atau tanpa kita”, begitu ucap Syaikh Mustafa Masyhur. Dakwah akan terus bergaung ke seluruh tempat di bumi ini, dakwah akan terus meluas menembus tebalnya tembok belantara perkotaan, dakwah akan terus menyebar sampai ke pelosok-pelosok terpencil, dakwah akan terus bergema dari tepi sungai hingga puncak gunung, dakwah akan terus tersebar dari tepi pantai hingga hutan belantara, dakwah akan terus diserukan hingga Islam tegak di hati manusia, dakwah akan terus berjalan meskipun para ‘ulama dan pemimpinnya terus dibunuhi dan dipenjara, dakwah akan terus ditulis hingga bertumpuk-tumpuk kitab, dakwah akan terus ditulis hingga berbanyak-banyak artikel, dakwah akan terus diucap dari lisan para dai yang berbeda-beda latar belakang, dakwah akan terus diserukan lisan para dai dari berbagai bidang disiplin ilmu, dakwah akan terus dikoarkan dari lisan para dai yang berasal dari semua kalangan, dakwahlah akan menghantarkan manusia dari penghambaan kepada sesama menjadi penghambaan hanya kepada Allah SWT. Percayalah dengan sebenar-benarnya percaya, dengan segenap Iman, Iman yang menghujam nurani dan mengejawantah dalam sikap dan perilaku, bahwa Allah akan terus menyempurnakan CahayaNya meskipun para musuh Allah tidak menyukainya. Percayalah pada Dakwah!
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/06/10/69914/percayalah-pada-dakwah/#ixzz3coDdaC4N
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 komentar:
Posting Komentar