dakwatuna.com – Langit Subuh di Kota Daeng begitu indah, mungkin tak semua orang sempat menyaksikannya, karena menjadi tantangan besar bagi sebagian besar orang untuk terbangun di subuh hari. Menyaksikan langit subuh yang indah, dengan udara yang masih bersih, adalah satu kenikmatan yang seharusnya senantiasa kita syukuri. Istilah langit subuh ini terbersit ketika sedang membacarecent updates Blackberry Messengers (BBM) salah seorang sahabat baik kami di Kota Palu. Sahabat kami yang pernah menjadi bagian dalam perjalanan mengenal dakwah kampus, ia hanya bisa berkomentar tentang langit subuh, “Sahabat saya dulu itu mengatakannya, tapi dia sekarang sudah pergi jauh..”. Kalimat yang tampaknya sederhana namun menyimpan kerinduan akan kebersamaan dan persaudaraan, persaudaraan yang di ikat oleh Aqidah. Bila ingin berkisah tentang memori dakwah, sungguh tak akan habis untuk di kenang, kaya akan hikmah. Maka pada kesempatan kali ini kami ingin menuliskan memoar dakwah di tahun 2011.
Sekitar empat tahun silam, saat masih aktif menjadi Relawan Kemanusiaan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), tepatnya tahun 2011. Memori yang sangat membekas, ketika orang-orang lain sibuk menyalurkan bantuan logistik, PKPU pun terus bekerja untuk umat dan bangsa ini dengan menerjunkan beberapa relawan kemanusiaan di lokasi bencana banjir bandang. Bukan hanya bantuan logistik tetapi PKPU juga akan mengadakan Trauma Healing bagi anak-anak di sekitar lokasi bencana banjir bandang. Tepatnya di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Pengalaman yang cukup menegangkan dan mengasyikkan, mulai dari melewati jalan berliku yang lumayan ekstrem, tepi kanan jalan adalah jurang dan tepi kiri jalan adalah tebing. Beberapa saat sebelum turun di lokasi banjir bandang bersama Relawan Kemanusiaan PKPU, kami juga sudah sempat menuju lokasi bencana sebelumnya bersama rekan-rekan Mahasiswa dari Lembaga Dakwah Fakultas Mahasiswa Pencinta Mushalla (MPM) Al-Iqra’ Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Membawa bantuan yang di himpun dari civitas akademika di Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako, menyentil sisi kemanusiaan para mahasiswa dan dosen juga merupakan pengalaman tak terlupakan selama kami beraktivitas di lembaga ini meskipun dari sisi jumlah mungkin tidak begitu banyak , namun yang paling penting dari semua itu adalah tentang kepedulian para kaum intelektual terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab kepedulian sosial juga adalah bagian dari substansi ajaran Islam.
Banjir bandang yang tak disangka-sangka membelah jalanan dan perumahan warga di Kecamatan Kulawi, dampak yang sangat hebat sampai-sampai kulit pohon terkelupas. Untuk pertama kali kami menyaksikan batu sebesar rumah ada di lokasi tersebut. Air yang deras membelah perumahan warga, jalan trans Sulawesi, dan lingkungan sekitarnya. Sekalipun korbannya tidak memiliki kesamaan agama pun menurut kami harus kemudian dibantu semampunya. Begitulah Islam mengajarkan kepada kami, relawan kemanusiaan PKPU pun tiba di lokasi sekitar jam 9 malam, membawa para relawan kampus, alumni, dan trainer untuk trauma healing esok hari. Bersama-sama anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah Periode 2009-2014 Daerah Pemilihan Kabupaten Sigi, Ibu Sakinah Al-Jufri, S.Ag.briefing persiapan trauma healing di mulai tak begitu lama setelah kami tiba di lokasi. Di rumah salah seorang penduduk desa, berbagai macam alat dan bahan untuk trauma healing dipersiapkan malam itu juga. Konsep trauma healing untuk anak-anak yang berada di lokasi bencana pun sudah di persiapkan dengan matang, termasuk kesiapan peserta yang terlebih dahulu sudah berkomunikasi dengan pemerintah setempat. Kami yang masih pemula sebagai relawan kemanusiaan pun di tunjuk sebagai instruktur yang harus mengondisikan diri bergembira dan tersenyum ceria ketika bertemu anak-anak nanti.
Trauma healing pun di mulai keesokan harinya dan tak disangka-sangka jalan menuju lokasi trauma healing cukup menantang, membelah lembah hutan dan kaki gunung, menyusuri jalan setapak, sampai melintasi sungai nan jernih, pemandangan dan pengalaman yang sungguh tak terlupakan karena tak pernah sekalipun bisa di rasakan ketika hidup di belantara beton perkotaan. Anak-anak dan masyarakat setempat sangat antusias dengan kedatangan relawan kemanusiaan PKPU di lokasi. Sang instruktur trauma healing, kanda Nuralam begitu ceria membawakan setiap sesi dari acara tersebut, kami para asisten instruktur pun tak jarang tergelak tawa dengan gaya beliau membawakan dan mengarahkan acara. Acara terbilang cukup sukses melihat antusiasme masyarakat setempat dan kegembiraan yang sudah di bawa jauh-jauh dari Kota Palu oleh kakak-kakak instruktur dari relawan kemanusiaan PKPU.
Kebahagiaan yang kami bawa tersebut semoga menjadi suatu hal yang berkesan dan semoga menjadi pemberat timbangan amal di akhirat kelak, sebab ketika setiap tindak-tanduk yang kita lakukan di dunia ini kita sandarkan hanya kepada Allah SWT maka sungguh engkau tak akan pernah merugi. Begitulah transaksi orang-orang beriman kepada Allah SWT. Untuk daerah-daerah terpencil yang penduduknya dominan non-muslim pun perlu menjadi prioritas dakwah oleh para pegiat dakwah ilallah. Menyeru akan kebaikan berpedoman Al-Quran dan Sunnah sungguh adalah perkerjaan yang sangat teramat mulia. Bagaimana tidak mulia bila bentuk empati terbesar manusia kepada sesama manusia adalah menyelamatkan mereka dari jilatan api neraka. Kami pun kagum dengan Yayasan yang mengonsentrasikan kegiatan dakwahnya pada pendidikan, anak yatim, dan dakwah secara umum. Yayasan ini bernama Asia Muslim Charity Foundation (AMCF). Menyebar dai-dainya di berbagai pelosok di Indonesia untuk memperkenalkan Islam dan mengajak orang-orang untuk masuk dan memeluknya. Sampai pada daerah yang tak terjangkau sinyal handphone pun para dai AMCF tetap berdakwah, sampai pada daerah yang tak begitu mengenal bahasa Indonesia pun para dai AMCF tetap menyebarkan cahaya Allah dengan berdakwah.
Tentu bukan hanya eksistensi PKPU dan AMCF saja yang dibutuhkan untuk menyebarkan cahaya Allah di seluruh penjuru Indonesia bahkan penjuru dunia, tetapi berbagai elemen umat yang masih berserakan dan belum tertata rapi pun dibutuhkan kontribusinya untuk kemajuan umat ini. Dan tentu saja kami menyadari bahwa potensi-potensi yang begitu besar untuk mengubah tataran peradaban dunia menjadi lebih baik masih ada, potensi-potensi umat ini masih tertidur lelap dan masih menunggu untuk di bangunkan agar sadar dan siap menghadapi realitas umat manusia. Potensi-potensi tersebut sangat besar dan potensial sehingga perlu di tata dengan rapi agar kebangkitan umat manusia yang hakiki akan semakin dekat masanya, di mana manusia hanya berhukum dengan hukum Allah SWT semata.
Secangkir white coffee di siang hari tadi mungkin menjadi pemicu hingga ide dan hikmah yang sangat sederhana ini menjadi tulisan yang utuh. Sungguh kami yang menuliskan ide ini masih harus banyak belajar dalam hal dunia kepenulisan, masih harus banyak belajar pada Lembaga seperti PKPU dan Yayasan seperti AMCF, yang tak berhenti bekerja dan beramal untuk umat ini, untuk bangsa ini. Mungkin ini yang bisa kami persembahkan, berbagi ide, berbagi inspirasi melalui tulisan tak elok kami. Namun kami meyakini bahwa setiap upaya untuk perbaikan umat ini apapun bentuknya tentu sedikit atau banyak efeknya setidaknya bisa membantu. Diibaratkan bila setiap individu yang berdakwah adalah batu bata peradaban, maka tunggulah bangunan indah itu akan tegak kelak, insya Allah. Sambil menunggu mari kuajak engkau menikmati secangkir white coffee, lalu ikut bekerja untuk umat ini, untuk bangsa ini, belajar dari PKPU dan AMCF. (dakwatuna.com/hdn)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/02/23/79228/secangkir-white-coffee-dakwah-belajar-dari-pkpu-dan-amcf/#ixzz412p99ZRL
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 komentar:
Posting Komentar