Baju Zirah itu nampaknya telah rusak, luluh hancur,
luntur dan pudar, berbeda jauh saat pertama kali di
nobatkan.
Tubuh ini masih mampu, raga ini cukup tahan, jiwa ini
takkan kalah, semangat ini takkan padam.
Saat Baju Zirah terbaik menanti kita, dengan Gamang
dan galau, terseok-seok menantang Kedzoliman,
namun dengan cara yang lebih waspada.
Mengintai setiap tebasan pedang, terjangan anak
panah, dentuman keras. Tanpa Baju Zirah pun, aku
rela hancur lebur, Syahid Di JalanMu.
0 komentar:
Posting Komentar