“Mimpi adalah kunci..
Untuk kita menaklukkan dunia..
Berlarilah tanpa lelah..
Sampai engkau meraihnya..”
(NIDJI, Laskar Pelangi)
Ada seorang bocah yang belum lama
menginjak usia ideal remaja, usianya sekitaran 17-18 Tahun. Bocah ini masih
terus mencari apa yang harus dicari, masih sering terombang-ambing dalam
gelombang tinggi nilai-nilai sekulerisme.
Ia sedang mencari apa keidealan itu sebenarnya, apakah memang hanya
materi yang menjadi indikator utamanya. Apakah masih harus memandang sesuatu
yang keren dan gagah itu berdasarkan persepsi orang-orang yang sesungguhnya
belum utuh memahami dirinya. Apakah harus kemudian sekedar menjadi followes para orang-orang yang katanya
beken dan eksis tapi sangat tidak pantas untuk dijadikan teladan. Bocah ini
sedang berada di penghujung masa studi SMA-nya dan tengah mencari hakikat
kebenaran. Beberapa kali mencoba untuk meraih peluang kebaikan itu namun
sekelompok orang yang berasal dari kalangan
organisasi intra, sepertinya memang sengaja tak memberikan kesempatan
itu padanya.
Dengan tidak diberi kesempatan untuk berkontribusi
dalam kebaikan, bocah ini pun ingin mencari arti hidup yang sesungguhnya dari
sumber yang lain. Atas berbagai realita, muncullah worldview yang baru dalam gejolak pemikiran pemuda ini tentang
masih begitu banyak peluang kebaikan di luar sana. Entah datang dari momen seperti apa, mungkin
karena sering berada di Masjid. Muncul secercah gairah dan keinginan yang
menggebu-gebu, semangat bocah ini semakin membuncah ketika peluang kebaikan
yang akan ia ambil adalah dalam bentuk partai politik. Dengan pikiran yang
masih sedikit kekanak-kanakan peluang kebaikan ini di ambil dengan segala
prasangka baik. Dalam pertemuan tiap pekanan yang sebelumnya sudah pernah di
ikuti pada masa SMP-nya, bocah ini kemudian mengenal tentang sebuah institusi
peradaban dengan kompleksitas permasalahan yang bernama partai dakwah.
Saat itu pikiran bocah ini mulai mencari-cari
tentang kebenaran absolut atau minimal jalan terjal dan jalan alternatif menuju
kebenaran tunggal tersebut. Dari pertemuan pekanan yang rajin ia ikuti,
terbentuk sebuah pemahaman visioner tentang dakwah dan peradaban namun gagasan
ini masih terlalu besar dan berat menurut bocah ini. Pikirnya, perlu mengenal nama Presiden, Wakil Presiden
dan Menteri-menterinya adalah salah satu bagian dari standar ilmu pengetahuan
yang tak terlalu penting. Masa itu adalah masa-masa kampanye dan bagi bocah ini
politik hanya perlu untuk diketahui saja tak penting untuk berkontribusi dan
terlibat aktif, cukup belajar agama saja dari partai dakwah ini dan selanjutnya
hidup akan beres dunia akhirat. Sebuah pemahaman yang sangat sederhana dan
masih cenderung memisahkan antara urusan agama dan negara. Yang ternyata ini
adalah salah satu poin dari sekulerisme yaitu desacralization of politics, memisahkan antara agama dan negara.
Kontestasi politik semakin memanas saat semakin dekatnya hari pemilihan umum
tersebut. Ditengah carut marutnya konstestasi ini, ada seorang tokoh yang
tiba-tiba menarik perhatian bocah ini. Tokoh tersebut adalah tokoh pemuda yang
berasal dari Sulawesi Tengah, tepatnya kelahiran Donggala. Tokoh muda ini
sepertinya menjadi idola baru baginya, karena tokoh muda ini memberanikan diri
untuk maju menjadi calon anggota legislatif DPR-RI Daerah Pemilihan Sulawesi
Tengah bersama sebuah gerbong partai dakwah. Bocah ingusan tadi secara sadar
bercita-cita dan bermimpi suatu saat akan bertemu dengan tokoh muda tersebut,
perkenalkan tokoh muda yang sangat menginspirasi bocah tersebut bernama Bapak
Adhyaksa Dault.
Mimpi untuk bertemu Bapak Adhyaksa Dault dari bocah
ini sepertinya biasa-biasa saja, namun kehendak Allah dan kekuatan mimpi, serta
semangat perubahan berkata lain. Bocah ingusan ini mengalami perubahan drastis
dalam hidupnya. Mungkin saja faktor dominan yang membuat bocah ini berubah
adalah karena secara istiqomah mengikuti
agenda pekanan yang bernama liqa’.
Agenda pekanan ini terlihat melelahkan dan membosankan namun secara nyata membentuk karakter
bocah itu sebagai pribadi yang bersemangat dan mau terus menerus untuk belajar.
Singkat cerita setelah pemilihan Presiden dan
pembentukan Kabinet Indonesia bersatu Jilid I Bapak Adhyaksa Dault terpilih
sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga RI.
Bocah ingusan tadi kemudian terpicu semangatnya untuk terus berproses, aktif
dalam kegiatan kemahasiswaan dan terus berusaha menjadi yang terbaik secara
akademik maupun organisatoris. Di awal Tahun 2011 bocah yang mulai beranjak
menjadi pemuda ini diberi amanah yang luar biasa untuk memimpin organisasi.
Organisasi Lembaga Dakwah Fakultas yang bernama MPM Al-Iqra’. Untuk pertama
kalinya diberi kesempatan untuk berkontribusi secara besar yaitu sebagai pimpinan
lembaga. Karena tak mempunyai pengalaman memimpin sebelumnya, maka pemuda ini
harus menjadi quick learning. Dengan
metode learning by doing dan
bimbingan para senior pemuda ini terus berusaha mewujudkan mimpinya.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI pun
beralih kepemimpinan kepada salah seorang Putra terbaik Sulawesi, Bapak Andi
Malaranggeng. Di Tahun ini pula, pemuda ini merasa bahwa mimpinya untuk bertemu
dengan Menteri Pemuda dan Olahraga RI akan tercapai, pemuda ini terpilih
sebagai salah satu peserta perwakilan Sulawesi Tengah untuk mengikuti Training Of Trainer (TOT) penanggulangan
faktor destruktif remaja lebih spesifik bidang pornografi dan pornoaksi yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Tetapi
sekali lagi takdir berkata lain, kesempatan untuk bertemu Pak Menteri harus
tertunda karena berbagai kesibukan dan padatnya jadwal acara Pak Menteri,
sehingga beliau tidak sempat menghadiri acara TOT yang kami ikuti di Taman
Wiladatika Cibubur.
Pupusnya harapan untuk bertemu Menteri ini tidak
kemudian menjadikan pemuda ini menyerah dan menyudahi upayanya dalam mengejar
mimpi. Ia masih meyakini bahwa para pahlawan penuntas mimpi harus mengalami
banyak kegagalan baru kemudian bisa mewujudkan mimpinya. Di Tahun 2012 pemuda
ini kemudian terpilih sebagai Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UPIM
Universitas Tadulako. Aktualisasi dirinya untuk perbaikan ummat terus dilakukan
secara totalitas dan optimal karena sejatinya Dakwah akan terus meminta
perhatianmu, jiwa, dan ragamu, semua demi Ummat yang engkau cintai.
Sambil terus menjalani proses, pemuda ini terus
mengeluarkan segala potensinya bahkan ketika ia sudah tidak menjadi ketua
lembaga lagi. Baginya tak penting posisi atau jabatan, yang paling penting
masih bisa berkontribusi sekuat tenaga. Di momen inipun ia banyak belajar dan
sedikit memahami tentang karakteristik Generasi yang Rabbani. Kata Ibnu Jarir Ath-Thabari atau yang sering dikenal
dengan Imamul Mufassirin, pemimpin para ‘Ulama Tafsir, Generasi Rabbani itu memiliki 5 karakteristik.
Yang pertama faqih ; memahami Islam
dengan sangat baik, kedua ‘alim ; memiliki
ilmu pengetahuan yang mumpuni, ketiga bashir
bi as-siyasah ; tahu perkembangan
politik, keempat bashir bi at-tadbir ;
memiliki kemampuan manajemen dan strategi yang baik, dan kelima qaim bi syu’uni ar-ra’iyah bimaa yuslihuhum
fi dunyahum wa diinihim ; melaksanakan segala urusan ummat yang
mendatangkan kemaslahatan mereka baik dalam urusan dunia maupun agama.
Sampai pada Tahun 2014 ia bersama
kawan-kawan seperjuangannya harus kemudian siap mengimplementasikan ciri
generasi rabbani, menjadi salah satu garda terdepan dalam pemenangan
partai dakwah. Ia menikmati peran ini dengan segenap potensi dan kemampuannya
sampai menjadi tim inti pemenangan salah satu pasangan Capres-Cawapres di Kota
Palu.
Menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang
akan dilaksanakan sekitar 8 hari lagi, malam itu di tanggal 1 Juli 2014, seusai
Shalat Tarawih pemuda ini seperti telah dibukakan pintu takdirnya agar mimpinya
terwujud. Ia mendapat telefon dari Bapak Ibnu Hasan,S.Pd.,M.Pd yang saat itu
menjabat sebagai asisten deputi di Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia. Pemuda ini beserta salah seorang sahabatnya dipilih mewakili
Sulawesi Tengah sebagai peserta TOT Character Building Sekolah Karakter
Kebangsaan Tingkat Nasional Tahun 2014. Sampai kemudian mimpi pemuda ini di
wujudkan dengan cara dan skenario yang begitu indah dari Allah SWT. Ia terpilih
sebagai salah satu peserta terbaik TOT Character Building Sekolah Karakter
Kebangsaan Tingkat Nasional Tahun 2014 dan berkesempatan untuk bertemu dan
bersua dengan Menteri Pemuda dan Olahraga RI yang sedang menjabat, Bapak Roy
Suryo bersama istri.
Kawan-kawan sekalian, segores tulisan
ini hanya sekedar ingin berbagi tentang pengalaman dan perjuangan. Tentang mimpi yang harus begitu besar dan
visioner, tentang harapan dan motivasi, tentang tekad yang harus kokoh
melampaui kekokohan logam mulia, tentang potensi yang harus selalu
dikembangkan, tentang semangat untuk tak pernah jera menuntut ilmu, tentang
semangat untuk menginspirasi banyak orang, tentang sebaik-baiknya manusia
adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Mimpi, ketika ditanamkan dan diresapi dalam jiwa,
pikiran, hati, dan perasaan maka akan menstimulus diri ini. Sehingga terbentuk mindset bahwa mencapai mimpi
tersebut bukan sesuatu yang mustahil dicapai. Mimpi yang akan kita rumuskan
langkah-langkah realistis untuk menggapainya, mimpi yang tak serta merta di
capai dalam waktu yang singkat, tetapi membutuhkan proses yang panjang. Jangan pernah
takut untuk bermimpi, Seperti 3 tabiat jalan dakwah ini, thulut thariq (panjang jalannya), katsirul aqabat (banyak timpaannya), qilaturrijaal (sedikit orangnya). Bahkan jika Surga adalah salah
satu mimpimu, pantaskanlah dirimu untuk mencapainya.
0 komentar:
Posting Komentar