Sabtu, 20 Juli 2013

Makalah Akuntansi Keperilakuan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Tentang Pengantar Akuntansi Keperilakuan
2.      Metode Penelitian Akuntansi Keperilakuan
3.      Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
4.      Aspek Keperilakuan pada Perencanaan Laba dan Penganggaran
5.      Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan




1.3  Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini merupakan syarat ujian mid semester dari mata kuliah Akuntansi Keperilakuan pada semester enam. Selain merupakan syarat ujian semester, banyak kemudian manfaat yang kita dapatkan ketika membaca, menelaah, dan membutuhkan informasi dari makalah ini. Makalah ini juga merupakan ringkasan dari beberapa hasil diskusi kami dalam perkuliahan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan informasi seluas-luasnya kepada mahasiswa, dosen, civitas akademika tentang adanya aspek keperilakuan yang turut mengambil andil penting dalam akuntansi. Terlebih lagi dari makalah ini dapat memberikan informasi ke masyarakat pada umumnya.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Akuntansi Keperilakuan
A.    Akuntansi Keperilakuan – Tinjauan Umum
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.

Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi, dan audit. Banyaknya volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodic, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
1.      Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenalkan.
2.      Membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.
3.      Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui subbidang akuntansi.

Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntasi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan tekhnik berikut ini, yaitu :
1.      Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan.
2.      Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis.
3.      Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.

Akuntansi Konvensional
Ada banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti yang merupakan pakar dibidang akuntansi. Salah satu diantaranya, Siegel dan Marconi (1989), mendefinisikan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambila keputusan ekonomi.

Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi
Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan system social kita. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha lainnya seringkali ditentukan oleh penggunanya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.

Akuntansi adalah Sistem
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah merupakan bagian integral dari kesuksesan suatu system informasi. Keterlibatan pemakai ini seharusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan system. Tahap tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi, dan pascaimplementasi.

Akuntansi adalah Informasi
Informasi yang digunakan oleh menejemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keuggulan kompetitif.

B.     Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :
1.      Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2.      Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak.
3.      Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

C.     Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggung jawaban, dan masalah harga transfer.

Dari Pendekatan Universal ke Kontijensi
Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset argyris di tahun 1952, hopwood (1972), dan otley (1978). Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidag riset, yaitu pendekatan kontijensi (contingency approach).

Berbagai riset yang meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan tujuan megidentifikasikan berbagai variable kentijensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas, berbagai variable kontijensi yang memengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Ketidakpastian (uncertainty).
2.      Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).
3.      Industry, perusahaan, dan unit variable.
4.      Strategi kompetitif (competitive strategy).
5.      Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).

2.2 Metode Riset Akuntansi Keperilakuan
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.
Ketika mendengar kata ‘etika’, yang terlintas dalam pikiran adalah suatu hal yang berhubungan dengan sopan santun atau adat istiadat. Secara sederhana, Nicholas Walliman menyatakan bahwa etika adalah aturan yang diperlukan dalam melakukan riset dan para peneliti diharuskan untuk mengetahui sekaligus mengerti terlebih dulu tentang etika ini sebelum melakukan penelitian. Sementara itu, David B. Resnik berpendapat bahwa etika merupakan metode, prosedur, atau perspektif dalam memutuskan bagaimana melakukan dan menganalisis isu atau problema yang kompleks dalam realitas sosial. Dalam hal ini, perlu digarisbawahi bahwa apa yang dimaksud etika dalam penelitian bukan berbicara pada ranah benar-salah (right and wrong) tapi lebih pada etis-tidaknya tindakan yang dilakukan peneliti dalam setiap proses penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tata nilai yang harus dipegang dan dilaksanakan oleh peneliti, karena dalam penelitian pun terdapat etika penelitian (etika research).
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan kadar taat asas dalam setiap aspek penelitian yang dilakukan. Menurut Resnik, setidaknya terdapat lima alasan mengenai pentingnya etika penelitian, pertama, etika penting guna menunjang tujuan penelitian itu sendiri, yaitu demi mencapai pengetahuan dan kesahihan. Hal ini akan meminimalisir fabrikasi, falsifikasi, dan misrepresentasi data. Kedua, untuk menjamin adanya kegiatan kolaboratif dalam penelitian baik antar maupun sesama peneliti dalam satu disiplin atau lembaga tertentu. Ini memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hasil karya orang lain. Ketiga, menjamin akuntabilitas terhadap publik, hal ini terutama penelitian yang dananya bersumber dari pendanaan public, seperti penelitian yang dilakukan oleh instansi pemerintahan. Dengan demikian, etika yang ada dapat memberikan guidance bagi peneliti untuk benar-benar akuntabel dalam penelitiannya. Keempat, dengan adanya etika maka kualitas dan integritas peneliti sudah terkualifikasi sehingga akan sangat mudah dalam memperoleh dukungan public, karena public yakin akan kualitas dan integritas peneliti tersebut. Dan terakhir, etika dapat membangun dan memajukan tata nilai moral dan sosial yang ada, seperti tanggung jawab social, taat hukum, dan hak asasi manusia. Dengan demikian maka nilai tersebut akan tertanam di dalam diri peneliti dalam setiap proses penelitian yang ia lakukan. Dinamika yang diharapkan adalah lahirnya tanggung jawab moral akademik maupun non-akademik dari dalam diri peneliti untuk bisa mempertanggungjawabkan apa yang ia tulis.
Apa yang dinamakan etika research dalam ilmu sosial, masih belum terkodifikasi secara jelas karena setiap disiplin ilmu memiliki standar tersendiri, selain bahwa dunia sosial merupakan fenomena yang kompleks dimana manusia merupakan subjek penelitian. Namun, setidaknya terdapat etika yang secara general dapat dipakai sebagai prosedur atau patokan yang bisa diterima sebagai etika research pada umumnya di dunia sosial, yaitu Kejujuran, peneliti harus menekankan aspek kejujuran dalam penelitiannya, seperti dalam penggunaan metode, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menuliskan laporan penelitian. Jangan memfabrikasi dan falsifikasi data. Objektifitas, peneliti harus objektif dalam setiap proses penelitian sehingga laporan yang dihasilkan merupakan hasil interpretasi empiris terhadap data bukan interpretasi subjektif peneliti. Sehingga ini dapat menghindarkan bias maupun self-deception. Integritas, peneliti harus memiliki sifat konsekuen dalam setiap tindakan maupun pemikiran ketika meneliti. Kehati-hatian, etika ini diperlukan untuk menghindarkan peneliti terjebak dalam kealpaan dan kesalahan dalam penelitian, seperti mengumpulkan data, menulis hasil wawancara, mencatat data dari korespondensi, dan lain-lain. Keterbukaan, peneliti harus memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan masukan mengenai penelitiannya. Penghormatan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, etika ini memberikan guidance agar peneliti menghormati dan menghargai karya orang lain dengan tidak mengutip atau parafrase tanpa izin maupun mencantumkan sumbernya, karena kalau tidak, peneliti telah melakukan plagiarisme. Konfidensialitas, peneliti harus menjamin kerahasiaan data-data yang off the record, selain menjaga kerahasiaan nara sumber yang tidak ingin dipublikasikan. Tanggung Jawab Publikasi, penelitian selayaknya bukan merupakan ambisi pribadi atau untuk kepentingan pribadi semata tapi penelitian selayaknya memberikan nilai manfaat bagi publik, dan untuk itu harus dipublikasikan pada khalayak. Penghargaan pada Kolega, hormati kolega dan perlakukan mereka sama dalam setiap proses penelitian. Tanggung Jawab Sosial, penelitian selayaknya dilakukan untuk memajukan publik dan mencegah kekacauan sosial. Non-Diskriminasi, hindari diskriminasi terhadap co-peneliti dan informan dalam basis seks, ras, etnis, maupun faktor lain yang tidak berhubungan dengan kompetensi dan integritas keilmuan mereka. Kompeten, peneliti harus memiliki kompetensi di bidangnya sehingga penelitian tersebut membuahkan laporan yang kredibel dan maksimal. Kompetensi ini dapat dibangun dengan terus belajar dan memperbanyak referensi yang berada dalam skop disiplinnya. Legalitas, peneliti harus mengetahui aspek-aspek legal yang diatur dalam hukum dan kebijakan pemerintah setempat. Perlindungan Terhadap Manusia, penelitian yang dilakukan jangan sampai menimbulkan bahaya, resiko, dan side-effect terhadap populasi manusia dimana peneliti mengambil sampel penelitian. Konflik Kepentingan, peneliti harus bisa membatasi dan menghindari konflik kepentingan yang mungkin muncul dalam proses penelitiannya, jadilah peneliti yang profesional.
Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan di dunia menjadi gempar. Cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Desain riset berhubungan dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain penelitian/riset (research design) merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui desain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumber daya yang dibutuhkan. Desain penelitian yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian masing-masing adalah desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah membantu merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang secara sistematis untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi telah dirumuskan secara jelas dan akurat. Proses perumusan masalah meliputi pula spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk melaksanakan penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk pengumpulan data, cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research questions samapi dengan model analisis yang dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melaui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh informasi lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya, pengumpulan data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi fisik seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita mengacu pada tinggi dan berat badan seseorang. Namun, ketika kita tertarik untuk mengukur sifat dan perilaku seseorang, alat ukur apa yang akan kita gunakan? Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk mengukur fenomena-fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku, yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah (validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak representatif (andal). Dua hal tersebut dinilai dengan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya. Peneliti ingin melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus jika digunakan di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu pada konsistensi  dari suatu alat ukur. Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak tergantung pada alat ukur yang tidak andal.
Validitas ada beberapa jenis, yaitu (1) validitas isi—konsep masalah yang diukur; (2) validitas prediktif—pengujian prediksi perilaku; (3) validitas konkuren—alat ukur kruteria sekarang atau masa lalu; dan (4) validitas konstruksi—pengukuran sesuai dengan teori atau tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.

2.3 Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan jasa maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula.  
Namun dari semua perbedaan tersebut  hal yang terpenting adalah bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil bentuk-bentuk kepentingan tersebut  demi tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan  yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas perusahaan atau organisasi. 
Dalam akuntansi keperilakuan  yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana  merupakan  penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang  yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum  pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban  memberikan suatu kerangkah kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan untuk manusia , peran mereka serta tugas yang dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan dan bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi  dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat dan fungsinya dan tdak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan pada  akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan deviasi  apapun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan  suatu kerangka untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada akuntansi pertanggung jawaban dilibatkan  dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Akuntansi pertanggung jawaban memperkecil penyelewengan dana  karena biaya dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis tanggungjawaban, sehingga dengan begitu laporan yang diterima oleh pihak manager segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja dan alokasi penghargaan. 
Bisa dikatakan bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu kajian dalam ilmu akuntasi yang lebih memfokuskan  diri aspek tanggungjawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan , bagian atau segmen tertentu. Akuntansi pertanggung jawban juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi . yang menyebabkan akuntansi pertanggung jawaban dapat dipandang  sebagai alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap individu, kelompok, maupun devisi dapat dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implememntasi akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan keprilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu  dan organisasi. Perilaku menyimpang  dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan tidak layaknya para menejer pusat pertanggungjawaban adalah contoh - contoh  dari gagalnya pusat pertanggung jawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan secara tepat.
Sistem pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak  hanya melihat perilaku menyimpangnya tapi juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan menjadi wabah pada tiap karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya ketidak puasan, hal ini merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa dinafikkan ketika terjadi ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga memunculkan ketidak puasan baru.
Salah satu faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak sesuainya tenaga dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi  tiap karyawan merupakan salah satu solusi dari penyimpangan tersebut namun yang jadi masalah betul tidak motifasi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan, dan betul tidak hal tersebut bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap kinerja yang baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi juga harus menjadi solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem pengendalian dan fungsi dari pada akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana dengan optimal maka kesenjangan ekonomi tidak perlu lagi dicari solusinya bila gaji karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan kaum buruh bukan menjadi mimpi lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang kesenjangan ekonomi antara kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap kaum buruh masih menjadi mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu. 
Bila segala sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan sendirinya akan memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik  dan pasti visi dan misi perusahaan akan menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa penghargaan yang mendorong untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan  segalah bentuk kecurangan, kemalasan dan hal - hal yang menyimpang lainya itu muncul karena adanya kekecewan yang berarti pengendalian terhadap karyawan itu tidak terlaksana secara optimal, meskipun optimal belum menjamin para karyawan akan bekerja sesuai kebutuhan perusahaan karena tidak ada kepuasan yang diterima oleh karyawan, harusnya akuntansi pertanggung jawaban menjadi ukuran tinggi rendahnya gaji karyawanm dan tidak hanya berfokus pada arus kas perusahaan dan penilaian terhadap kinerja tanpa imbalan yang berarti.
Sangat tidak adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik dari para karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa pujian dan bonus yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap hari memberikan laba dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya katakan akuntansi pertanggung jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan justru menjadi bentuk nyata  penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum buruh yang hanya bertujuan untuk peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas kaum lemah.
2.4 Aspek Keperilakuan pada Perencanaan Laba dan Penganggaran
Pada dasarnya aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran.
Beberapa fungsi anggaran yaitu:
  1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
  2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
  3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi yang satu dengan lainnya.
  4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual yang dapat dibandingkan.
  5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan.
  6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.
Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk meencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi.
Pandangan Perilaku terhadap Proses Penyusunan Anggaran
Ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran yaitu;
  1. Penetapan tujuan.
  2. Implementasi.
  3. Pengedalian dan evaluasi kinerja.
Untuk menyusun suatu anggaran atau rencana laba, terdapat langkah-langkah tertentu yang harus diambil;
  1. Manajemen puncak harus memutuskan apa yang menjadi tujuan jangka pendek perusahan dan strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya.
  2. Tujuan harus ditetapkan dan sumber daya dialokasikan.
  3. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian disetujui oleh manajemen puncak.
  4. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang masalah dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hasil kinerja aktual dengan tujuan yang telah dianggarkan secara periodik.


Konsekuensi Disfungsional dari Proses Penyusunan Anggaran
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengedalian, dan mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti rasa tidak percaya, resistensi, konflik, internal, dan efeksamping lainnya yang tidak diinginkan.
Relevansi Konsep Ilmu Keprilakuan dalam Lingkungan Perencanaan
Dampak dari lingkungan perencanaan
Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya atauu iklim organisasi.
Ukuran dan struktur organisasi
Ukuran dan strutur pada organisasi mempengaruhi prilaku manusia dan pola interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dann pengendalian serta evaluasi terhadap proses perencanaan.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan organisas. Teori X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secara ketat, dimana kebutuhan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Berbeda dengan Teori Y yang dikemukakan oleh McCregor dan gaya kepemimpinan Likert mendorong tingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengembilan keputusan.
Stabilitas lingkungan organisasi
Faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi lingkungan perencanaan yang meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur industri yang melayani organisasi, hakikat persaingan, dan lain-lain.

Konsep –Konsep Keprilakuan Yang Relevan Dalam Proses Penyusunan Anggaran
Tahap penetapan tujuan
Selama tahap penetapan tujuan baik tujuan umum ataupun tujuan khusus dari manajemen puncak diterjemahkan kedalam target-target yang pasti dan dapat diukur bagi organisasi serta bagi setiap submit utama.
Keselarasan Tujuan
Masalah utam dalam penetapan tujuan adalah  mencapai suatu tingkat keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-tujuan organisasi,  subunit-subunit, dan anggota-anggota yang turut berpartisipasi.
Partisipasi
Adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya.
Manfaat Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjadi terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan mereka. Pada dasarnya partisipasi dapay meningkatkan moral dan mendorong insiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen.
Batasan dan Permasalahan Partisipasi
Bahkan dalam kondisi yang paling ideal sekalipun, partisipasi dalam penetapan tujuan mempunyai keterbatasan tersendiri. Karena proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan hasil  isi dari anggaran mereka, kekuasaan ini bisa digunakan dengan cara yang memiliki konsekuensi disfungsional bagi organisasiitu sendiri.


Tahap implementasi
Setelah tujuan organisasi ditetapkan, maka direktur perencanaan mengkonsolidasikaannya ke dalam anggaran formal yang kmprehensif. Cetak biru untuk tindakan ditingkat perusahaan ini kemudian disetujui oleh dewan direksi, komisaris, . anggaran tersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada karyawan kunci dalam organisasi.
Pengkomunikasian Anggaran
Kontroler atau direktur perencanaan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan anggaran. Hal ini dicapai dengan cara mengkomunikasikan sasaran operasional yang disetujui kepada orang-orang tingkat organisasi yang lebih rendah. Hal ini disebut juga sebagai ”menjual” anggaran kebawah.
Kerja Sama dan Koordinasi
Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-orangdengan beraneka ragam ketrampilan dan bakat. Koordinasi adalah seni menggabungkan secara efektif seluruh sumber daya organisasi. Dari sudut pandang keprilakuan, hal ini berarti menggabungkan bakat dan kekuatan dari setiap partisipan organisasi dan membuatnya berjuang untuk mencapai tujuan yang sama.
Tahap Pengendalian dan evaluasi Kinerja
Tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawan secara continue terhadap pencapaian tuuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja, kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna menentukan bidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan yang sesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.
Laporan-laporan Kinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan menjaga agar karyawan termotivasi ke arah pencapaian sasaran,laporan kinerja sebaiknya disusun dan didistribusikan paling tidak secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasil kinerja telah berulang kali ditunjukkan dalam studi empiris. Penerbitan laporan kinerja secara berkala dan tepat waktu akan mempengaruhi dan mendorong pada moral karyawan.
2.5 Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan
Definisi Pengambilan Keputusan
o   Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai alternatif, evaluasi dan pemilihan alternatif pemecahan masalah (George Huber).
o   Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian).
o   Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir, mengelola, dan memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada, masing-masing digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih dari antara program alternatif tindakan yang mempengaruhi masa depan.
1.      Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang, pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan, keuangan, dan operasi.
2.      Pencarian atas tindakan alternatif.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.
3.      Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.
Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.
4.      Penerapan dan tindak lanjut.
Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi dari pelaksanaannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

Motif Kesadaran
Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:
a.       Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
b.      Motif kompleksitas dan keragaman.
Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan.

Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a.       Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.
b.      Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan motivasi utama.
c.       Satisficing Model
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar.

Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
            Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia secara berurutan.       Perilaku rasional dari individu dalam situasi pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara alternatif-alternatif yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah pasti.

Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga komponen:
1.      Pengujian Informasi
2.      Integrasi pengamatan dan temuan
3.      Pertimbangan

Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
            Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi.
            Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
            Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya ditentukan.
            Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
            Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui  informasi kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya.
           
Ketika  informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
            Informasi akuntansi memainkan  peran yang lebih penting dalam keputusan jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi sekarang.
            Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi ekternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.

Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
            Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat dihindari.
            Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.

























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang cakupan akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi. Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users). Sebagaimana dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal dimaksudkan untk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.

Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi akuntansi, dan audit.

Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset, banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang peneliti dalam melakukan riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya etika dalam riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benar-benar berada dalam koridor siklus keilmuan.








DAFTAR PUSTAKA
Arfan, Ikhsan Lubis. “Akuntansi Keperilakuan.” Jakarta : Salemba Empat, 2005.

Hamel, Gary. “Bringing Silicon Valley Inside.” Harvard Business Review, Januari-Februari 2001.

Slyvatski, Adrian. Digital BusinessModels. Boston: Harvard Business School Press, 2001.

Prahalad, C.K., dan Gary Hamel. Competing for the future. New York: The Free Press, 1995.






0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

Posting Komentar