Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com – Episode dakwah kampus akan terus
berlanjut, dalam narasi perjuangan pemuda-pemudi yang memilih jalan
hidupnya berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Para pemuda-pemudi
yang mungkin saja sengaja memilih jalan yang tak dilalui oleh orang
banyak. Mungkin jalan ini juga tak ditengok para kawula muda perkotaan
yang disibukkan oleh kegiatan mengejar perkembangan zaman yang
diidentikkan dengan lifestyle. Bahkan kawula muda pedesaan pun
menganggap perlu untuk meniru pemikiran kawula muda perkotaan. Namun,
baik kawula muda perkotaan maupun kawula muda pedesaan, di antara mereka
ada pula yang memilih menulis narasi mereka dengan narasi perjuangan.
Sebuah narasi yang kelak akan menjadi tinta emas sejarah, meskipun pada
saat ini belum banyak yang memahaminya. Episode dakwah kampus adalah
serangkaian jalan yang telah dipilih oleh para pemuda-pemudi ini.
Pemuda-pemudi
yang memilih untuk berkontribusi ini, menganggap bahwa saat ini tak ada
waktu lagi untuk mengeluh, meratap, mengutuk kegelapan, mencerca
kondisi tak ideal, dan tak optimis memandang realita. Pemuda-pemudi ini
lebih memilih secara perlahan untuk mengubah lifestyle mereka
yang cenderung sekuler dan materialis. Perlahan tapi pasti, karena
perubahaan itu bertahap, dan perubahan itu adalah sebuah keniscayaan.
Karena perubahan itu adalah keniscayaan, berarti hanya ada dua hal yang
menjadi arah perubahan. Arah perubahan dalam diri manusia hanya ada dua
kemungkinan, berubah menjadi lebih baik atau berubah menjadi semakin
buruk. Life is a choice kawan! Pilihlah perubahan mana yang
pantas untuk engkau pilih lalu engkau tempuh jalannya. Perubahan ke arah
lebih baik, kebanyakan terjadi di usia-usia produktif. Salah satu
faktor penyebab perubahan ini adalah dakwah kampus. Celupan dan sentuhan
dakwah kampus merubah pola pikir para pemuda-pemudi ini, perubahan yang
cukup drastis.
Sungguh beruntung mereka yang telah tersentuh
dakwah kampus, lalu kemudian menjadi pejuang-pejuangnya. Pejuang yang
tak kenal lelah. Meskipun kerja-kerja mereka terkesan monoton, lebih
suka kegiatan-kegiatan seremonial. Mungkin inilah yang perlu dievaluasi
di kalangan aktivis dakwah kampus. Aktivis dakwah kampus yang penulis
amati luar biasa semangatnya untuk perubahan, tetapi substansi dari
dakwah kampus itu sendiri masih sulit untuk dipahami dan dipraktekkan.
Meskipun seperti itu kondisinya, para pejuang-pejuang dakwah kampus ini
tetap mampu menjadi sumber inspirasi.
Dakwah kampus itu sensasi
inspirasi, mampu memberikan sensasi di kalangan akademisi dan civitas
akademika dan pada saat yang sama mampu menjadi sumber inspirasi. Tiga
lini utama dakwah kampus barangkali perlu untuk diketahui dan dipahami
kembali bagi yang sudah mengetahuinya. Lini yang pertama adalah lini
da’wi, lini untuk mencetak kader-kader dakwah kampus yang militan dan
kapasitas ilmu agama yang mumpuni. Lini kedua adalah lini siyasih,
selain menghasilkan kader-kader dakwah kampus yang mumpuni di bidang
agama, kader-kader dakwah kampus tipe siyasih juga dibutuhkan dan perlu
dijaga keberlangsungan regenerasinya. Kader-kader dakwah kampus tipe
siyasih adalah mereka para politikus kampus, para aktivis dakwah yang
memiliki kapasitas untuk mengambil peran di badan eksekutif mahasiswa,
himpunan mahasiswa, dan unit-unit kegiatan mahasiswa lainnya. Lini
ketiga adalah lini ‘ilmi, dimana goals dari lini ini adalah mencetak sebanyak mungkin Dakwah Kampus Permanen (DKP).
Sensasi
inspirasi dakwah kampus tidak sampai di situ saja, karena dakwah kampus
sejatinya adalah dakwah yang bersifat original. Orisinalitas dakwah
kampus tak perlu untuk diperdebatkan lagi, sebab dengan kembali kepada
keaslian dakwah akan semakin memacu dan mengakselerasi menuju tujuan
utama dari dakwah kampus itu sendiri. Dalam buku Menuju Kemenangan
Dakwah Kampus yang ditulis oleh Ahmad Atian, setidaknya ada lima poin
tentang back to originality. Kelima hal itu adalah Islam,
Tarbiyah, Dakwah, Fiqih Dakwah, dan Manhaj Dakwah. Agar pemahaman kita
semua semakin mendalam terkait kelima hal tersebut, penulis menganjurkan
membaca buku Menuju Kemenangan Dakwah Kampus karya Ahmad Atian dan buku
Fiqih Dakwah karya Al-Ustadz Jum’ah Amin Abdul Aziz.
Dakwah
kampus itu memang harus punya sensasi, mengapa harus punya sensasi?
Karena sebagian besar objek dakwahnya adalah orang-orang yang tergolong
usia produktif. Objek dakwah yang seperti ini membutuhkan cara berdakwah
yang tidak biasa, cara yang penuh sensasi namun tetap dibatasi oleh
syariat Islam. Sensasi yang membuat semua mata terpana, sensasi yang
menggali dan menganalisa potensi kader dakwah, tentunya dengan
mempelajari realitas kekinian. Sensasi bisa dalam bentuk prestasi,
kreatifitas, sifat organisatoris, pantang menyerah, bertanggungjawab,
dan menjadi teladan dalam perilaku. Sensasi prestasi hendaknya
diwujudkan dalam kapasitas kader dakwah kampus yang mumpuni dalam bidang
akademik. Minimal indeks prestasi kumulatif yang dimiliki seorang kader
dakwah kampus menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Sensasi
kreatifitas dapat diwujudkan dalam kreatifitas. Kader dakwah kampus yang
kreatif, yang tak mudah menyerah, yang kreatif dalam memecahkan setiap
persoalan. Sehingga dengan sensasi tersebut dakwah kampus mampu menjadi leading innovation dan trendsetter bagi lembaga-lembaga kemahasiswaan lainnya.
Dakwah
kampus itu memang harus menjadi sensasi inspirasi, segala sensasi yang
telah diciptakan hendaknya menjadi inspirasi bagi para objek dakwah,
bagi orang-orang banyak. Sensasi inspirasi yang mampu menyentuh hati
para objek dakwah, karena salah satu indikator keberhasilan dakwah
kampus adalah tentang bagaimana menyentuh hati. Mengapa di awal-awal
dakwah Rasulullah SAW, beliau tidak langsung menghancurkan patung-patung
berhala? Rasulullah SAW tidak langsung mengubah kebiasaan-kebiasaan
jahiliyah secara frontal? Karena Beliau sangat memhami bahwa dakwah
adalah persoalan hati. Bagaimana caranya bisa menyentuh hati orang-orang
agar kemudian hidayah yang datang dari Allah dengan diri kita yang
menjadi penyebabnya, menggerakkan orang tersebut karena telah terpatri
dalam hati.
Dakwah kampus itu sensasi inspirasi yang mampu
menyentuh hati. Setelah menyentuh hati, maka muncul pola pikir yang
baru. Karena ketika asal perubahannya dari hati, akan mengubah secara
perlahan pola pikir manusia. Pola pikir yang tidak tercemari oleh paham
kapitalis dan sosialis, cukup mengambil hal-hal baik dan penting dari
kedua paham itu saja. Pola pikir yang telah tershibgah dengan shibgah yang paling baik. Shibgah manakah yang paling baik selain shibgah Allah?
Pola pikir yang benar-benar meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa
sumber dari segala sumber kebenaran adalah Islam. Pola pikir yang
menentang segala macam bentuk nilai-nilai liberalisme yang membuat semua
hal menjadi liberal, menjadi bebas sebebas-bebasnya, tidak lagi
dibatasi oleh nilai-nilai moral dan etika, bebas dari nilai-nilai agama.
Selanjutnya pola pikir para kader dakwah kampus akan mewujud nyata
dalam perilaku sehari-harinya.
Dakwah kampus memang sensasi
inspirasi yang telah menyentuh hati, mengubah pola pikir, lalu terwujud
nyata dalam perilaku. Perilaku yang baik, menjadi teladan, akhlak yang
baik, teladan di atas teladan mahasiswa –mahasiswi yang ada, teladan
dalam perilaku adalah teladan yang optimal untuk merubah. Betapa
bahagianya mereka para kader dakwah kampus dengan segala sensasi
inspirasinya, yang mampu menginspirasi dan mengubah banyak orang. Contoh
konkretnya adalah jilbab syar’i yang menjadi trend di kalangan
perempuan, shalat berjamaah di Masjid yang perlahan menjadi kebiasaan
civitas akademika. Itulah beberapa contoh sensasi inspirasi yang akan
kita rumuskan, kita diskusikan, kemudian kita wujudkan bersama. Ingat,
dakwah kampus adalah juga tentang pewarisan visi dan misi. Pewaris tugas
mulia para Nabi dan Rasul.
Memang, sensasi inspirasi ini terlihat
sangat ideal bila disandingkan dengan realitas kemasyarakatan yang ada.
Tetapi, teruslah bergerak mengejar keidealan tersebut! Kapan lagi ada
peluang untuk menjadi semakin baik kalau bukan sekarang? Sekali lagi
karena perubahan adalah keniscayaan. Apa anda akan betah menjadi orang
yang jauh dari Allah sampai akhir hayat? Waktunya bagi dakwah kampus
untuk menjadi sensasi inspirasi bagi semua umat manusia, dimulai dari
diri sendiri, keluarga, lingkungan kampus, masyarakat, bangsa, dan
negara.
0 komentar:
Posting Komentar