Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
“Nothing Impossible, Its Possible if you know How.”
(Soundtrack Zokkomon, Walt Disney Production)
dakwatuna.com -
Tak ada yang tidak mungkin jika engkau mengetahui caranya, sebuah
penggalan lirik yang menarik menggambarkan tentang keoptimisan seseorang
dalam berusaha menerobos belantara ketidakmungkinan. Soundtrack dari Film Zokkomon, produksi Walt Disney.
Bercerita tentang anak Superhero yang melawan tirani di daerahnya,
negeri India. Sebuah tirani yang masih sangat mempercayai hal-hal yang
bersifat takhayul dan masih mengkultuskan salah seorang tokoh yang
dipercayai memberi keberkahan dan rezeki bagi masyarakat di suatu
daerah, desa terpencil di India. Tokoh ini kemudian diagung-agungkan,
disanjung secara berlebihan, bahkan mendapat iuran-iuran dana dari
masyarakat setempat. Sehingga, hanya segelintir orang di desa itu saja
yang menikmati kemewahan. Di satu sisi film ini memiliki maksud tertentu
untuk mensosialisasikan budaya-budaya tradisional India di mana Agama
merupakan produk dari kebudayaan, sesuai dengan pemikiran para kaum
penganut liberalisme. Dan secara tidak langsung, film ini juga
mempromosikan nilai-nilai Liberalisme.
Lanjut kisah, rupa-rupanya
ayah dari Pemeran utama Zokkomon ini adalah korban karena ingin
membongkar kedok orang-orang yang menikmati kemewahan karena membodohi
masyarakat setempat yang masih percaya akan takhayul. Yang apabila tidak
memberikan sesajian dan rutin membayar iuran kepada sang tokoh, akan
terkena kutukan dan kemarahan dewa. Ayah Zokkomon terbunuh dengan tragis
karena sudah mengetahui modus sebenarnya dari sang tokoh yang
diagung-agungkan masyarakat ini. Dan Zokkomon yang dalam kisah ini
sebagai Super Hero tampil untuk membalas dendam atas kematian ayahnya.
Perubahan yang terjadi begitu cepat dan instan dengan beberapa konflik
penghias, yang pada intinya adalah balas dendam. Begitupun dengan Kisah
Superhero lainnya.
Alkisah seorang anak muda bernama Thor hidup di
Negeri Asgard, negeri yang katanya negeri para dewa. Putra dari Raja di
Negeri Asgard dan memiliki saudara bernama Loki yang sesungguhnya tidak
berasal dari Asgard. Loki lahir dari Negeri Jotenheim, negeri tempat
bersemayam para iblis es. Yang konon dimasa lalu para iblis es pernah
ingin menjajah dan mengeksploitasi planet bumi namun kemudian di
gagalkan oleh para tentara Asgard dengan keadilan dan keberanian mereka.
Sehingga raja Asgard dan para prajuritnya pernah mendapat tempat di
hati masyarakat planet bumi sebagai pahlawan yang membela mereka di masa
lalu. Sejatinya film ini juga ingin mensosialisasikan budaya bangsa
Viking di abad pertengahan yang merupakan zaman yang sering di sebut Dark Age.
Zaman dimana peradaban Islam berjaya dan daratan Eropa tengah
diselimuti oleh kegelapan dan kehinaan atas kebodohan mereka. Thor
pemuda agresif dan temperamen berbuat kesalahan dengan melanggar
larangan ayahnya untuk menyerang Jotenheim sehingga ia diasingkan ke
bumi. Loki yang sejak dari kecil merasa di anak tirikan mengambil
kesempatan ini dan meyakinkan Thor agar tak kembali ke Asgard agar ia
kemudian menjadi pewaris tunggal tahta kerajaan Asgard. Yang pada
akhirnya, kisah ini diakhiri dengan pertarungan antar Thor dan Loki,
bukannya Super Hero pembela kebenaran dan keadilan yang digambarkan
dalam promosi film. Pertarungan Thor dan Loki yang penuh intrik soal
kekerasan, bukan tentang serial kepahlawanan.
Pada dasarnya,
film-film yang beredar di layar kita adalah media untuk mentransfer
ideologi. Tergantung siapa pembuat dan inisiator film tersebut, kalau
yang bersangkutan menyenangi paham-paham sekulerisme, maka nilai-nilai
sekuler-lah yang ingin disampaikan melalui film. Begitupun bila sang
pembuat film menganut paham liberalisme, maka nilai-nilai liberal-lah
yang ingin ditransfer melalui film yang dibuatnya. Di luar konteks
durasi penayangan film yang dibatasi, ternyata film-film superhero yang
beredar di layar kita, menyajikan perubahan-perubahan yang terlalu
cepat. Balas dendam sepertinya menjadi suatu hal yang wajar, sangat
kontradiktif dengan konsep kepahlawanan. Begitu banyak keburukan yang
diperbuat oleh Sang Superhero, tenggelam dalam aksi-aksi heroik dengan
kekuatan yang luar biasa yang juga mengakibatkan dampak kerusakkan yang
luar biasa. Menurut penulis pribadi, ini lah medan ghazwul fiqr.
Pertarungan ideologi di era layar, pertarungan ideologi di era terbuka,
pertarungan ideologi di era Gelombang Ketiga Indonesia. Maka siapa yang
tak segera menjadi penganut ideologi tertentu, bersiap-siaplah menjadi
mangsa para pejuang ideologi. Dari hati yang terdalam, kami bangga bisa
memperjuangkan ideologi Islam dalam setiap tulisan, tindak tanduk, dan
dalam kehidupan kami.
Dalam kaidah dakwah, bila kita terlalu
buru-buru dalam menghendaki perubahan, perubahan yang terjadi memang
bisa cepat, tetapi kebanyakan perubahan yang cepat terjadi malah
menghasilkan perubahan yang rapuh. Para pejuang dakwah hendaknya
memahami kaidah ini, dan senantiasa merujuk pada manhaj dakwah yang ada
bila menghendaki perubahan. Dan yang sering kita dengar dan baca dalam
berbagai sumber, bahwa karakteristik dakwah ini ada 3 yaitu: Thulut
thariq (panjang jalannya), katsirul aqabat (banyak timpaannya),
qilaturrijaal (sedikit orangnya).
Sebenarnya sangat banyak
kisah-kisah inspiratif di dalam Al-Qur’an tentang perubahan apabila kita
mau rajin untuk membaca, mentadabburi, memahami, dan mempraktekannya.
Salah satunya adalah kisah tentang Ashabul Kahfi yang memberi pelajaran
pada kita tentang perubahan yang bertahap dan tidak instan. Allah SWT
kemudian menidurkan dan menjaga para pemuda ashabul kahfi selama kurang
lebih 300 tahun. Dan pada saat mereka terbangun, kondisinya berbeda jauh
saat sebelum mereka ditidurkan oleh Allah SWT di dalam gua. Sebelum
para pemuda ashabul kahfi ditidurkan oleh Allah SWT, kondisi negerinya
pada saat itu tengah dipimpin oleh tirani kezoliman. Kondisi negeri
setelah para pemuda ashabul kahfi dibangunkan, negerinya dipimpin oleh
pemimpin yang bertakwa kepada Allah SWT, adil dan bijaksana dalam
memimpin negerinya. Perubahan drastis yang tidak terjadi dalam waktu
yang singkat. Maka berlakulah karakteristik dakwah yang pertama, thulut
thariq (panjang jalannya).
Perjuangan menegakkan kebenaran dan
keadilan para pejuang dakwah tentunya tidak mulus-mulus dan adem-adem
saja. Pastinya akan mendapatkan banyak halang dan rintang yang siap
menghadang, Para Nabi dan Rasul saja tetap diuji dengan begitu banyak
tindakan zhalim, kemalangan, intimidasi, pengusiran, pengasingan,
pembunuhan, dan timpaan-timpaan lainnya. Untuk menguji di antara mereka
siapakah yang benar-benar sabar dan berjuang di jalan Allah, sebagaimana
firman Allah SWT:
“Dan sungguh, kami benar-benar menguji kamu
sehingga Kami Mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan
bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu” (QS.Muhammad: 31).”
Ujian
adalah sebuah keniscayaan bagi yang tengah berjuang dan menisbatkan
diri sebagai pejuang dakwah, menyibak jenggala kebodohan dan semak
belukar keterbelakangan masyarakat dalam memahami agama yang mulia ini,
Islam Rahmatan lil’aalamiin. Maka seharusnya para pejuang dakwah
menyiapkan diri dengan persiapan yang benar-benar matang. Banyaknya
timpaan harus siap dihadapi, maka berlakulah karakteristik dakwah yang
kedua, katsirul aqabat (banyak timpaannya).
Para pejuang dakwah
juga harus memahami bahwa bisa jadi dari begitu banyak orang-orang yang
diserunya untuk menjalankan agama ini sebagaimana mestinya, tidak
sedikit penolakan yang diterima. Sehingga para pejuang dakwah hendaknya
memahami karakteristik dakwah yang ketiga, qilaturrijaal (sedikit
orangnya). Tapi, bukan berarti orang-orang yang menjadi pejuang agama
ini akan terus-terusan berjumlah sedikit. Mari kita pahami realitas
sesungguhnya bahwa bila ingin dakwah ini tersebar ke seluruh penjuru
dunia, membutuhkan banyak orang. Belajar dari Sirah Rasulullah SAW,
ketika jumlah kaum Muslimin yang terus meningkat pasca peristiwa fathul
makkah bahkan sampai pada ekspansi ke Persia, Syria, Mesir, Damaskus,
yang memberikan pelajaran pada kita bahwa kaum muslimin terus meningkat
karena perjuangan yang tulus dan sungguh-sungguh mengharap ridha Allah
SWT.
Dari ketiga karakteristik dakwah tersebut, hendaknya memberi
pemahaman yang menyeluruh kita akan keniscayaan kemenangan dakwah ini.
Sekalipun para pembuat makar sedang berjuang di layar-layar kita,
memenuhi tayangan-tayangan televisi kita dengan ghazwul fiqr bukan berarti kita berdiam diri saja.
Satu
kisah lagi dari Sirah Rasulullah SAW tentang kisah kepahlawanan yang
benar-benar nyata, ketika di zaman kekhalifahan Amirul Mu’minin, ‘Umar
bin Khaththab ra. Kaum muslimin menyadari peta kekuatan mereka yang
semakin besar dan merasa perlu untuk menguasai Persia agar agama ini
tersebar di seluruh penjuru bumi Allah. Kisah kepahlawanan Qa’qa Ibn Amr
At-Tamimi yang memimpin pertempuran di Qaddisiyah selama beberapa hari.
Sa’ad bin Abi Waqash yang diamanahkan sebagai panglima perang sedang
sakit keras, ia kemudian mengatur strategi perang dan memberikan
instruksi dari tempat pembaringannya. Sambil menunggu kedatangan bantuan
pasukan Islam yang dipimpin oleh Hisyam Ibn Utbah, Qa’qa Ibn Amr
At-Tamimi mengatur pola kedatangan tentaranya yang berjumlah ribuan
untuk datang secara bertahap 100 orang dan tiap rombongan 100 orang
pasukan Muslim yang tiba di Qaddisiyah agar menjaga jarak, dimaksudkan
agar pasukan musuh kemudian menjadi gentar karena mengira bantuan untuk
pasukan Muslim terus berdatangan. Dan terbukti, pasukan Persia yang
diunggulkan oleh kehadiran beberapa gajah menjadi gentar. Diawali dengan
pertempuran satu lawan satu, Qa’qa Ibn Amr At-Tamimi melawan Bahman
Jazawiyah dan dimenangkan oleh Qa’qa Ibn Amr At-Tamimi. Musuh sudah
gentar duluan dalam alam pikirannya sebelum peperangan fisik yang
sesungguhnya. Kaum Muslimin pun berhasil menaklukkan tentara Persia
dengan jatuhnya beberapa panglima perang ternama dari Persia, Rustum dan
Al-Fairuzan.
Kisah-kisah heroik Islami ini hendaknya disebarkan
kepada seluruh orang-orang bahwa memang ada pahlawan yang nyata dan
pernah membuktikan keberhasilan serial kepahlawanannya. Bukan para
pahlawan fiktif di tayangan kita yang begitu banyak disusupi nilai-nilai
sekuler dan liberal. Marilah para pejuang dakwah, turut berjuang di Era
Layar ini. Dimulai dengan mencerdaskan diri dalam mengambil setiap
hikmah dan ibrah dari kisah-kisah di tayangan televisi kita. Semoga kita
termasuk orang yang diberi hidayah oleh Allah untuk senantiasa bersabar
terhadap panjangnya jalan ini. Selamat datang di Era Layar!
0 komentar:
Posting Komentar