Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com – “Apalah artinya setangkai mawar
putih tanpa iman sejati”. Sebuah komentar yang langsung merangsang nalar
imajinasi penulis untuk mengambil hikmah dan segera menyampaikan
nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tulisan. Padahal awalnya ini hanyalah
senda gurau dengan salah seorang sahabat penulis yang berasal dari
Batam. Mawar putih adalah bunga yang sangat indah dipandang mata,
menyejukkan tatapan, memberi kesan romantis apapun yang bersanding
dengan mawar putih tersebut. Menimbulkan prasangka pada khalayak ramai
bahwa yang memiliki mawar putih tersebut perasaannya tengah
berbunga-bunga. Padahal itu hanyalah mawar putih dengan berbagai
prasangka dan kesan, dengan keindahan rupa dan tampilannya. Jarang
orang-orang ingin mencari tahu apa saja komponen penyusun mawar putih
tersebut, apakah komponen-komponen penyusun keindahan mawar putih
tersebut juga indah rupa dan tampilannya? Apakah komponen-komponen
penyusun keindahan mawar putih tersebut juga memiliki prasangka dan
kesan sama seperti mawar putih?
Sepertinya sebagian besar
orang-orang hanya ingin menikmati keindahan mawar putih tersebut.
Padahal di tangkai mawar putih itu juga tersimpan duri yang bisa membuat
jari terluka dan berdarah, duri yang bisa menjadi berbahaya bila di
pegang tangkainya, duri yang dengan ketajamannya bisa membuat pemegang
mawar putih akan berhati-hati dalam memegangnya. Itulah kecenderungan
manusia yang akan melihat tampilan luar saja, karena itulah fitrah
manusia yang sesungguhnya sebagaimana firman Allah SWT. :
“Dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta beda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (QS. Ali-‘Imran : 14).”
Tetapi di akhir
ayat ini Allah SWT menyampaikan bahwa di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik, untuk mengingatkan kita bahwa segala keindahan di dunia ini
termasuk keindahan mawar putih adalah kesenangan dan keindahan yang
bersifat sementara saja. Keindahan dan kesenangan yang sesungguhnya
adalah di sisi Allah SWT., hanya saja selama di dunia Allah belum
memperlihatkan kepada hamba-Nya untuk menguji dan menyeleksi siapa di
antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar pantas mendapatkan kesenangan
dan keindahan tersebut.
Bila berbicara mengenai keindahan, kita
bisa tengok sejenak keindahan kacang kastor. Kacang kastor adalah sebuah
kacang yang tak kalah indah dari setangkai mawar putih. Kacang yang
kecil dan berbentuk bulat lonjong, warna coklat dengan motif
bintik-bintik coklat muda. Tetapi tahukah kita di balik keindahan kacang
kastor tersebut ternyata kacang kastor tersebut mengandung racun yang
dapat menyebabkan kematian. Di balik keindahannya, ternyata kacang
kastor tersebut pernah menyebabkan kasus keracunan sampai kematian di
dua puluh lima negara bagian di Amerika Serikat.
Bunga belladona dan akar hemlock pun
sangat indah dipandang mata. Bunga belladona dengan warna hitam
keunguan pada buahnya, seperti anggur. Tetapi bunga belladona ini tak
memiliki rasa seperti buah anggur, sebaliknya bunga belladona mengandung
racun yang dapat mematikan manusia dalam waktu yang singkat. Begitupun
keindahan akar hemlock dengan bunga-bunga putih kecil yang tumbuh di pucuknya, ternyata akar hemlock ini
juga dapat menyebabkan kematian yang seketika apabila manusia
mengkonsumsinya. Gejala yang dialami apabila mengkonsumsi akar hemlock ini adalah kejang-kejang, mual dan muntah, bahkan yang dapat bertahan hidup dari dahsyatnya racun akar hemlock ini
biasanya akan mengalami amnesia atau hilang ingatan. Apalah arti semua
keindahan tersebut kalau ternyata ujung-ujungnya adalah menyengsarakan.
Apalah
artinya setangkai mawar putih tanpa iman sejati. Kata-kata tersebut
sepertinya dapat mewakili analogi tentang keindahan yang di puja-puji
oleh manusia tetapi sesungguhnya tidak berarti apa-apa. Apalah gunanya
paras yang elok, postur tubuh yang ideal, tetapi tidak dibarengi dengan
iman yang kokoh serta perilaku yang baik. Padahal begitu mulia kedudukan
dan kemuliaan seseorang bukan dengan tampilan luarnya tetapi dengan
keimanan dan ketakwaannya.
Sebuah kisah inspiratif tentang jangan
meremehkan penampilan luar, coba saya kutip dari negeri sakura, Jepang.
Di suatu daerah di Jepang ada sebuah toko kuliner yang menjual kuliner
khusus kalangan menengah ke atas atau orang-orang yang berduit. Suatu
ketika, tidak seperti biasanya, toko kuliner yang sering didatangi oleh
kalangan menengah ke atas itu, kedatangan seorang pembeli yang
penampilannya biasa saja, tampak sekali dari tampilannya kalau orang ini
tergolong kurang mampu. Karena melihat itu, karyawan toko kuliner
tersebut berniat untuk melayani pembeli yang satu ini tidak dengan
pelayanan terbaik. Melihat kejadian itu, sang pemilik toko kuliner
langsung turun tangan untuk melayani pembeli yang berasal dari kalangan
kurang mampu tersebut. Ia siapkan packing terbaik untuk
produknya, kemudian sang pemilik toko kuliner memberikan langsung produk
makanannya kepada pembeli tersebut. Dengan pelayanan terbaik, sang
pemilik toko kuliner tersebut memberikan pelayanan terbaiknya, lalu
diakhiri dengan salam penghormatan khas Jepang, yaitu membungkukkan
badan. Hanya saja kali ini berbeda, sang pemilik toko melakukan salam
hormat kepada pembeli yang kurang mampu tadi membungkukkan badan dengan
derajat yang berbeda seakan-akan pembeli tadi adalah orang yang paling
istimewa. Karyawan toko kuliner keheranan kemudian bertanya kepada
pemilik toko kuliner tadi tentang mengapa ia sangat mengistimewakan
konsumen yang sepertinya kurang mampu tadi. Dengan jawaban yang lugas,
sang pemilik toko kuliner menjawab bahwa yang datang tadi adalah
konsumen yang sangat istimewa. Kalaulah pelanggan mereka dari kalangan
menengah ke atas membeli produk dengan pengorbanan yang sedikit, maka
konsumen yang kurang mampu tadi tentunya melakukan pengorbanan yang
begitu besar agar dapat membeli produk yang biasanya hanya di konsumsi
kalangan menengah ke atas. Maka konsumen yang kurang mampu itu adalah
konsumen yang sangat istimewa yang harus dilayani dengan sangat baik dan
diberi penghormatan. Sungguh kisah yang sangat inspiratif tentang
jangan meremehkan penampilan luar seseorang.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Raudhatul Muhibbin wan Nuzhatul Musytaqin
keindahan itu ada dua macam, yaitu keindahan lahir dan keindahan batin.
Keindahan batin adalah kekasih yang dicintai karena dzatnya seperti
ilmu, akal, kemurahan hati, keberanian dan sebagainya. Keindahan batin
inilah yang menjadi fokus pandangan Allah SWT dalam mencintai hambanya.
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda :
“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada rupa dan
harta kalian, tetapi Allah SWT. memandang hati dan amal kalian.” (H.R.
Muslim dan Ibnu Majah).
Keindahan batin ini, lanjut Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah, akan menghiasi penampilan lahir, meskipun lahirnya tidaklah
cantik. Orang yang indah batinnya sama dengan mengenakan pakaian
keindahan, kemuliaan sekaligus kewibawaan, dan itu tergantung pada
seberapa kuat sifat-sifat itu tertanam di dalam ruhnya. Orang mukmin
memperoleh kemuliaan dan kewibawaannya berbanding lurus dengan tingkat
keimanannya. Orang yang melihatnya akan merasa segan, dan orang yang
berinteraksi dengannya, maka ia akan mencintainya.
Keindahan batin
yang ada pada manusia hendaknya menjadi fokus perhatian dalam
pembenahan diri kita (diri penulis juga), bukan hanya memperhatikan
keindahan lahir saja. Karena yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah
persoalan ketakwaannya. Keimanan sejati lah yang harus kita kejar,
seberapa percaya kita betapa tidak berartinya keindahan lahir semata.
Betapa mulianya seseorang di hadapan Allah SWT dengan hati dan amalnya
yang merupakan keindahan batin.
Apalah artinya setangkai mawar
putih tanpa iman sejati. Teruntuk para pecinta sejati, muliakanlah
dirimu di hadapan Allah dengan keindahan batin. Teruntuk para pejuang
dakwah, angkatlah derajatmu dengan membenahi hati dan amalmu. Semoga
kelak Allah SWT mengumpulkan kita semua di akhirat dalam keadaan wajah
yang berseri-seri karena keimanan kita. Semoga kelak Allah SWT
memberikan hidayah kepada insan yang belum menyadari keutamaan keindahan
batin dari pada keindahan lahir. Semoga kelak Allah SWT berkenan dengan
rahmat-Nya memberikan kepada kita nikmat yang bisa membuat nikmat di
surga tak ada artinya lagi, nikmat keindahan sejati, memandang Sang
Pencipta langit, bumi, alam semesta, serta keindahan itu sendiri,
memandang wajah Allah SWT tanpa terhalang suatu tabir apapun. Insya
Allah.
0 komentar:
Posting Komentar