Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com - Secarik kertas sederhana kutemukan di tumpukan berkas clearing akademik.
Kertas itu hanya berukuran kecil, ujung-ujungnya pun sudah robek
sedikit demi sedikit karena lipatan-lipatan kecil. Kuingat kembali di
beberapa tahun yang lalu, kertas ini pernah menjadi sangat berguna.
Karena kami lupa membuat absen rapat yang rapi. Mungkin karena sebentar
lagi kami akan menghadapi musyawarah besar Mahasiswa Pencinta Mushallah
(MPM) Al-Iqra’, sibuk mempersiapkan laporan pertanggungjawaban pengurus
periode itu. Saat itu, penulis masih menjabat sebagai Ketua Umum MPM
Al-Iqra’ Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Sulawesi Tengah. Kertas
itu nampaknya kusut, namun beberapa tulisan di kertas itu masih dapat
terbaca. Kertas itu berisikan absen rapat pengurus MPM Al-Iqra’ sebelum
periode kami berakhir. Tampak nama-nama pengurus yang sempat hadir di
rapat terakhir kami berjumlah sembilan orang.
Jangan lihat dari
betapa sederhananya kertas yang kami deskripsikan di awal paragraf
tulisan ini. Sebab, banyak hal-hal yang semoga bisa menginspirasi kita
semua dari kertas sederhana ini. Hari itu Kamis 15 Desember 2011,
beberapa saat setelah Shalat Ashar di Mushallah Al-Iqra’ Fakultas
Ekonomi Universitas Tadulako, kami Pengurus MPM Al-Iqra’ Periode
2010-2011 mengadakan Rapat yang sebenarnya mengundang seluruh Pengurus.
Harapan besar sebagian besar pengurus MPM Al-Iqra’ dapat hadir di rapat
tersebut. Dan ternyata yang hadir pada saat itu hanya sembilan orang.
Ada kekecewaan yang sempat terbersit dalam relung hati karena ini adalah
rapat koordinasi yang amat penting, namun realitanya adalah kami harus
kemudian lebih banyak bersabar akan setiap alasan. Sebagai manusia yang
punya hati sudah sewajarnya merasakan kekecewaan yang begitu mendalam.
Namun, jangan sampai kekecewaan ini berlarut-larut apalagi sampai
menghadang laju gerak menuju cita-cita mulia kami, menuju kampus yang
madani.
Muncul di benak penulis bahwa orang yang berdakwah pasti
punya alasan dan tujuan mengapa ia harus berdakwah, begitupun yang tidak
berdakwah pasti punya alasan juga mengapa sampai saat ini masih memilih
untuk tidak bergabung dalam barisan dakwah ini.
Terkadang ada beberapa alasan yang harus dimaklumi, tetapi pada dasarnya dakwah adalah pergerakan yang ketika kita terlambat sedikit saja maka akan mengurangi kontribusi kita terhadap dakwah. Dari hati yang terdalam ingin berkata, “Duhai para pejuang dakwah, betapa ruginya engkau melewatkan dengan percuma kesempatan menuju surga. Duhai para pewaris Nabi, betapa ruginya engkau tak sepenuh hati mengemban amanah ini. Duhai para agen perubahan, betapa beruntungnya orang-orang yang maksimal dalam beramal.”
Saat
itu kami mempunyai begitu banyak masalah, tetapi sekali lagi kami
berprasangka baik kepada Allah SWT. Sebagaimana Hadits Qudsi yang sering
kita dengar dan baca bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.
Seharusnya masalah bukan untuk dihindari, tetapi dihadapi dan
diselesaikan dengan segera meskipun pasti akan menyisakan sedikit luka
bathin. anggap saja kalau ada organisasi yang tidak mempunyai masalah
maka sesungguhnya organisasi tersebut sedang bermasalah. Sering pula
tentunya kita mendengarkan tentang bagaimana rumus untuk menghadapi
masalah. Rumusnya adalah Hadapi, Hayati, dan Nikmati (HHN). Rumus HHN
ini kali pertama penulis dapatkan ketika mengikuti training of mentor saat masih menjadi mahasiswa baru.
Melanjutkan
cerita, pada saat itu, dengan sisa-sisa semangat yang ada kami terus
bergerak menjalankan program kerja dan terus saling mengingatkan dalam
kebaikan. Bahwa di MPM bukan sekedar Program kerja biasa yang akan
meluluhlantahkan sum-sum tulang belakangmu, bahwa program kerja di MPM
tidak harus di evaluasi dengan idealisme yang begitu tinggi sampai
melupakan kemanusiaan. Bukankah agama Islam adalah agama yang paling
menghargai nilai-nilai kemanusiaan? Bukankah Dakwah ini mengajarkan kita
tentang menjadi teladan sebelum menyampaikan? Bukankah Dakwah ini
membimbing kita tentang menyentuh hati sebelum menyampaikan?
Masih
melanjutkan kisah tentang menuju kampus madani, pada saat itu tak
serius seperti rapat biasanya, kami mencoba berdinamisasi agar suasana
rapat menjadi enjoy. Agar beban dakwah yang memang sangat berat
ini kami bagi ke pundak-pundak seluruh pengurus MPM, minimal agar ia
terasa ringan. Dan agar amanah tersebut terasa menjadi semakin ringan,
kami menikmati setiap amanah yang dibebankan kepada kami. Bahkan tak
jarang di periode kepengurusan ini kader-kader maupun penguruslah yang
kemudian meminta amanah. Mungkin ada kesadaran implisit yang memahami
bahwa kami bukan sekedar The Agent Of Change lebih dari itu, kami adalah The Agent Of Allah.
Terkadang
kami begitu bingung ketika idealisme kami bertentangan dengan realitas
yang ada. Di satu sisi kami ingin mematuhi setiap kesepakatan rapat,
serta isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Tetapi pada akhirnya
pun kami semakin menyadari bahwa ada kondisi dimana Dakwah sejatinya
memang berlandaskan Syariat Islam di atas segala-galanya. Bahwa Al-Quran
dan As-Sunnah adalah pedoman hidup dan tindakan.
Ini hanya
sekadar goresan kecil dari tinta nurani penulis yang semoga semakin
menginspirasi dan memotivasi kita semua sebagai orang yang sangat
dibangga-banggakan oleh Allah dan juga orang yang namanya disebut-sebut
oleh para malaikat karena banyak berkumpul dalam rangka mengingat Allah.
Berkumpul dalam rangka menuntut ilmu, berhimpun dalam rangka
melanjutkan tugas para Nabi dan Rasul yang mana tidak semua orang
menyadari bahwa tugas ini adalah kewajiban setiap insan manusia. Maka
tugas kami adalah menyadarkan mereka tentang kemuliaan tugas ini.
Beda
zaman, beda pula masalah yang di hadapi. Tetapi hal ini jangan sampai
menjadi argumen utama kita untuk menolak masukan dari para senior dan
para pendahulu.
Karena terkadang kita harus membuka kembali lembar
sejarah Rasulullah SAW dan para sahabat, generasi setelah sahabat,
orang-orang shalih serta sejarah dari para pendahulu. Agar kita dapat
mengambil hikmah dari setiap kisah. Agar kita dapat mengambil ibrah dari
sejarah tersebut, sehingga ke depan kita tidak akan terjatuh dalam
lubang kesalahan yang sama dan bertindak dengan lebih waspada.
JAS
MERAH Kata Bung Karno!! Jangan sekali-kali melupakan sejarah!!Karena
visi tidak dibangun dalam waktu yang singkat, karena dakwah adalah
pekerjaan membangun sebuah peradaban, karena dakwah kampus adalah
tentang pewarisan visi dan misi, perlahan tapi pasti menuju kejayaan dan
kemenangan, Ini masih tentang menuju kampus yang madani.
0 komentar:
Posting Komentar