Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com - Padi adalah tumbuhan dengan nama latin Oryza Sativa,
tumbuhan yang memiliki begitu banyak manfaat bagi manusia. Bahkan di
Indonesia dijadikan sebagai bahan pokok makanan yang tak dapat
dipisahkan dengan jenis makanan apapun. Padi dengan filosofinya semakin
berisi semakin merunduk, memberi banyak pelajaran pada kita semua. Sawah
yang begitu banyak menghamparkan tanaman padi ini terlihat hijau dari
kejauhan. Tanaman padi yang begitu banyak terhampar di sawah ini dengan
filosofinya semakin berisi semakin merunduk, menyajikan pemandangan yang
menarik tentang tanaman padi akan tetap hidup bila terus bersama
tanaman padi lainnya. Tanaman padi ini akan tetap dengan filosofinya
semakin berisi semakin merunduk. Hampir tidak ada kita menemukan tanaman
padi yang tumbuh sendiri, subur seorang diri. Begitulah lingkungan
sawah yang terus akan menjaga kesuburan tanaman padi, meskipun kita juga
akan menemukan tanaman padi yang gagal panen. Begitulah lingkungan
mempengaruhi tumbuh kembang padi.
Pemandangan yang cukup aneh
disaksikan oleh penulis beberapa hari sebelum membuat tulisan ini di
kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Tepatnya di sebuah pos ronda dekat
sekolah luar biasa. Anak-anak yang kira-kira seumuran anak-anak sekolah
dasar pada umumnya sedang bercengkrama di pos ronda tersebut sambil
sesekali tertawa. Yang unik, di wajah mereka berjejer jepitan pakaian
yang biasanya dipakai untuk menjemur pakaian. Ternyata mereka tengah
asyik main kartu di pos ronda disaksikan beberapa teman-teman
seumurannya. Entah sudah sampai tahap perjudian atau belum, penulis
sendiri tidak terlalu memperhatikan. Pemandangan yang tidak biasa
tersebut penulis saksikan di sore hari menjelang maghrib. Sebelumnya
pemandangan seperti ini penulis pernah saksikan di tengah malam dengan
pelaku yang berbeda. Beberapa orang tua dan sekumpulan anak muda dengan
jepitan pakaian memenuhi wajahnya, sambil main kartu, sambil bercanda
dan tertawa-tertawa kecil. Berarti, hanya terjadi semacam pewarisan
kebiasaan saja mungkin, kalau di sore hari anak-anak kecil seumuran
sekolah dasar, sedangkan di malam hari sekelompok anak muda dan orang
tua. Sungguh pemandangan yang membuat risau nurani penulis. Apakah tak
ada hal produktif lain yang bisa dikerjakan selain menghabiskan waktu
untuk bermain kartu? Apakah ini juga merupakan pengaruh lingkungan yang
membuat hal-hal kontra-produktif semakin dominan di masyarakat? Apakah
dengan dijaga dan dirawatnya lingkungan di sekitar persawahan sehingga
membuat tanaman padi sebagian besarnya bisa tumbuh subur dan bermanfaat?
Ya, bisa jadi.
Ustadz H.M.Anis Matta, Lc dalam bukunya Momentum
Kebangkitan menjelaskan tentang empat macam pranata sosial yang bisa
mempengaruhi karakter seseorang. Bahkan belakangan ini, memasuki era
Gelombang Ketiga Indonesia berkembang menjadi lima pranata sosial yang
sangat mempengaruhi tumbuh kembang karakter seseorang.
Pranata
sosial yang pertama adalah rumah. Betapa indah dan syahdunya tempat
pembentukan karakter yang pertama ini apabila dikelola dengan baik oleh
orang tua dan terkondisikan dengan hal-hal yang baik. Maka seorang
manusia dalam tumbuh kembang karakternya merasakan rangsangan awal dari
rumah tempat tinggalnya. Dan faktor dominan dalam pranata sosial pertama
ini adalah orang tua. Kapan kedua orang tua memulai dengan pendidikan
karakter yang baik, pembiasaan terhadap hal-hal yang baik, perkataan
yang baik-baik, maka hampir dapat dipastikan manusia akan menjadi baik.
Meskipun terkadang memang harus dibiasakan dengan fluktuasi kondisi agar
memahami gelombang kehidupan sesungguhnya. Penulis sendiri merasa
bersyukur atas setiap nikmat, karena penulis sendiri dibesarkan
dilingkungan rumah yang lumayan kondusif. Penulis sendiri dididik dengan
gaya mendidik semi-militer, meskipun begitu syukur tak terhingga kepada
Allah SWT karena memperkenankan penulis mendapat hidayah dan tersentuh
oleh jamaah dakwah ini sehingga bisa mengambil hikmah dan ibrah sepelik
apapun masalah dan selapang apapun kondisinya. “Anak adalah Peniru yang
baik”, begitu ucap seorang trainer psikologi anak, Ibu Rahmi Dahnan,
S.Psi dalam training of trainer penanggulangan faktor
destruktif pemuda bertempat di Cibubur yang pernah diikuti oleh penulis.
Maka untuk para calon orang tua ataupun yang sudah menjadi orang tua,
jadilah teladan yang terbaik dalam setiap akhlak, perilaku, dan ucapan.
Karena nantinya akan ditiru oleh anak. Kapan yang ditiru oleh anak
adalah hal-hal yang baik maka bersyukurlah dan pertahankan, namun kapan
yang ditiru adalah hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat, berarti ada
beberapa hal yang harus segera dibenahi demi kelangsungan pembentukan
karakter.
Pranata sosial yang kedua adalah sekolah. Dengan sistem
pendidikan di negara kita yang senantiasa berkembang, mengalami
frekuensi pembenahan dan perubahan yang cukup sering, menjadikan
generasi yang juga sering bimbang. Entah tak ada sinergi konsep antara
menteri pendidikan sebelumnya dan penggantinya, itu mungkin saja yang
terjadi. Lahirlah para generasi bimbang yang masih sering kebingungan di
akhir masa studi sekolah menengah atas. Bingung dalam memilih jurusan,
bingung dalam memetakan potensi, minat, dan bakat. Bahkan biasanya hanya
berdasarkan keinginan serta obsesi orang tua dan hanya sedikit
mengetahui potensi, minat, dan bakat anaknya. Generasi dengan fanatik
berlebihan terhadap sekolahnya masing-masing, entah dari siapa mereka
meniru adegan tawuran antar sekolah yang sesungguhnya sangat
kontra-produktif dan merugikan berbagai pihak. Potret buram pendidikan
dinegeri ini yang menjadi tugas kita bersama untuk berkontribusi dan
menjadi bagian dari solusi.
Pranata sosial yang ketiga adalah
masjid atau agama. Masjid di zaman Rasulullah SAW adalah tempat
bermusyawarah yang seharusnya menyadarkan kepada kita semua bahwa
sesungguhnya masjid bukan sekadar tempat ibadah. Masjid hendaknya tidak
hanya dijadikan sebagai tempat ibadah saja. Agama yang menjadi panduan
hidup dalam tumbuh kembang karakter seseorang adalah kewajiban orang tua
untuk memulai pengajaran yang baik kepada anak-anaknya. Tentunya, tak
ada teladan yang lebih baik bagi anak-anak kecuali dilakukan terlebih
dahulu. Karena sesungguhnya teladan yang terbaik itu adalah perbuatan.
Pranata
sosial yang keempat adalah aturan atau hukum. Selain bersumber dari
agama, aturan dan hukum dinegara kita adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945. Sebagian besar dari kita tentunya masih menghafal
dengan baik isi dari Pancasila dan UUD 1945 karena telah dibiasakan di
lingkungan sekolah untuk mendengar dan menghafalkannya. Hanya saja,
dalam tataran pemahaman dan implementasinya masih mengalami hambatan dan
kendala yang luar biasa. Seakan-akan kedua aturan tersebut benar-benar
terlalu ideal untuk alam realita bangsa dan negara kita.
Pranata
sosial yang kelima adalah media. Dalam tulisan sebelumnya berjudul
Dakwah di Era Layar, penulis sempat memaparkan sedikit banyaknya
pengaruh tayangan-tayangan di televisi dalam membentuk karakter
seseorang. Media turut memberikan pengaruh yang dominan terutama
generasi yang hidup di era Gelombang Ketiga Indonesia. Generasi yang
hidup di era ini sangat cepat belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi yang
begitu cepat berubah dan berkembang menuntut generasi ini untuk menjadi quick learning.
Media dengan segala kompleksitasnya menuntut para pejuang dakwah yang
menginginkan perubahan agar juga terlibat aktif didalamnya. Smartphone bukan lagi menjadi sesuatu yang langka di era ini.
Teruntuk
engkau para pejuang dakwah, engkau harus menyadari betapa pentingnya
untuk mengetahui karakter seseorang sebelum menyampaikan dakwah
kepadanya. Betapa pentingnya menjadi teladan sebelum ucapan agar mudah
dipahami dan diimplementasikan. Betapa pentingnya menyentuh hati objek
dakwah dengan memahami kelima pranata sosial yang sangat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang karakter seseorang. Dakwah harus menyentuh
segala aspek agar kalimat tauhid tegak di muka bumi, menyebar di seluruh
penjuru alam semesta. Dakwah juga harus menyentuh kelima pranata sosial
pembentuk karakter seseorang, karena dakwah ini juga tentang karakter.
0 komentar:
Posting Komentar