Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com - Nikmat yang begitu besar karunia
dari Allah SWT, memberikan nikmat waktu. Waktu yang mempunyai
perhitungan dan bilangan, waktu yang terus berjalan mengiringi kita
semua, waktu yang oleh manusia banyak disia-siakan dengan hal-hal tak
bermanfaat, waktu yang oleh manusia digunakan untuk bermaksiat dan
berbuat dosa, menyalahi tujuan hidup sebenarnya, tidak mempedulikan
eksistensi sebenarnya tentang penciptaan manusia yang seharusnya tunduk,
patuh, serta beribadah kepada Allah SWT. Begitulah manusia dengan dua
kecenderungannya, alangkah beruntungnya hati mereka yang cenderung
kepada ketakwaan dan ketaatan dan alangkah celakanya hati mereka yang
cenderung kepada kemaksiatan dan kesia-siaan. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Bulan
adalah nikmat Allah yang luar biasa yang senantiasa mengitari bumi.
Bumi yang dihuni oleh makhluk ciptaan Allah yang di antaranya adalah
manusia. Bumi juga merupakan makhluk Allah di antara sekian banyak
planet di galaksi bima sakti. Bumi adalah salah satu planet yang
menghuni galaksi bima sakti, yang ukurannya tak sebesar Neptunus dan
Uranus. Bumi yang ukurannya begitu kecil bila dibandingkan dengan
Saturnus dan Jupiter. Alangkah indahnya Jupiter dengan ukurannya yang
besar dan memiliki cincin. Tetapi Bumi tempat tinggal manusia tak pantas
untuk berbangga diri karena ukurannya sangat kecil bila dibandingkan
dengan Jupiter. Jupiter dengan cincinnya yang begitu indah juga tak
pantas berbangga diri karena ukurannya tidaklah seberapa bila
dibandingkan dengan Matahari, pusat galaksi bima sakti. Matahari sebagai
pusat galaksi bima sakti pun tak pantas berbangga karena statusnya
sebagai pusat galaksi bima sakti, ternyata bintang Prosion dan Sirius
besarnya dua kali lipat ukuran Matahari. Matahari tak patut berbangga
diri karena ternyata ada bintang yang besarnya dua belas (12) kali lipat
ukuran matahari, yaitu Capella. Matahari tak patut berbangga diri
karena bintang Arcturus besarnya dua puluh empat (24) kali lipat ukuran
Matahari. Matahari tak patut berbangga diri karena ukuran bintang
Aldebaran empat puluh lima (45) kali lipat ukuran Matahari dan bintang
Betelgeuse yang ukurannya dua ratus tiga puluh (230) kali lipat ukuran
Matahari. Sejauh apa Matahari bisa menyombongkan diri sementara ada
bintang Antares yang ukurannya lima ratus lima puluh (550) kali lipat
ukuran Matahari. Sampai saat ini Antares adalah bintang ke-15 yang
paling terang di angkasa. Jaraknya lebih dari 1000 tahun cahaya dari
bumi, yang dalam skala Antares, Matahari sebagai pusat galaksi bima
sakti hanya sebesar debu. Antares hanyalah salah satu bintang yang ada
dari sekian banyak bintang yang sampai saat ini belum diketahui
jumlahnya saking banyaknya.
Lantas mengapa manusia masih ingin
berbangga diri dengan apa yang dimilikinya sekarang di muka bumi ini?
Lantas mengapa masih ada manusia yang menyombongkan diri dengan harta,
keindahan fisiknya, kecerdasannya? Padahal Matahari sebagai pusat
galaksi bima sakti hanyalah sebesar debu bila dibandingkan dengan
bintang Antares, bintang ke-15 yang paling terang di angkasa. Masihkah
manusia ingin berbangga diri dan menyombongkan dirinya hanya dengan
nikmat-nikmat pemberian Allah SWT? Lantas setelah itu dengan congkaknya
melupakan Allah SWT Sang Pemberi Nikmat. Padahal kata Ustadz Muhammad
Ali Lamu, Lc ., nikmat dari Allah SWT tak akan bisa dihitung
kuantitasnya dan tak akan sanggup diukur kualitasnya. Kuantitas dan
Kualitas nikmat yang tak akan sanggup dihitung dan diukur oleh
sekelompok manusia sekalipun manusia yang dikumpulkan adalah
manusia-manusia cerdas di bidang matematika dan fisika. Maka nikmat
Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Sesungguhnya inilah
kecelakaan besar bagi manusia yang hatinya lalai dari Allah SWT. Inilah
musibah besar saat lebih mengutamakan segala nikmat duniawi dari pada
mempersiapkan bekal menuju akhirat kelak. Barangkali ini adalah
persoalan hati, hati yang mungkin sedang digembok oleh hal-hal yang
bersifat keduniaan sehingga lalai dari Allah SWT. Hal ini pun bisa
terjadi pada orang-orang yang sering membaca Al-Quran namun sulit untuk
memahami dan meresapi isi dan hikmah yang terkandung dalam Al-Quran.
Gembok
hati, bisa jadi ia berupa kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.
Kemaksiatan yang sebenarnya telah diketahui manusia sebagai sebuah
kemaksiatan, namun karena kemaksiatan tersebut telah menggembok hati dan
telah menjadi pola pikirnya, kemaksiatan tersebut terus dilakukan.
Apakah aliran darah tak mampu membendung kemaksiatan tersebut? Bagaimana
bisa, sedangkan darah yang mengalir adalah hasil dari mengkonsumsi
makanan-makanan yang haram. Atau bisa jadi makanan tersebut halal, namun
berasal dari transaksi yang bersifat riba. Jangan heran bila tubuh ini
terus melakukan kemaksiatan.
Barangkali gembok hati ini terbentuk
dari aktivitas keduniaan yang melalaikan manusia dari mengingat Allah
SWT. Bisa jadi aktivitas tersebut adalah kegiatan-kegiatan di kantor, di
sekolah, di tempat-tempat umum, di pusat-pusat perbelanjaan, dan di
berbagai tempat lainnya. Marilah kita semua (termasuk penulis) sejenak
mentadabburi Al-Quran Surah Al-Mujadalah yang bercerita tentang ucapan
perempuan yang mengajukan gugatan kepada Nabi Muhammad SAW tentang
suaminya. Urusan suami istri adalah urusan yang terjadi di dalam kamar.
Betapa komprehensifnya Islam mengatur urusan sederhana yang terjadi di
dalam kamar. Urusan sederhana yang termasuk urusan kecil, urusan
kecilpun ada panduannya di dalam agama Islam. Kata Ustadz Muhammad Ali
Lamu, Lc., urusan kecilpun juga akan berpengaruh terhadap urusan-urusan
besar. Makanya kemudian Islam mengatur dari urusan kamar sampai urusan
parlemen.
Bisa jadi gembok hati itu mewujud dalam kesulitan,
kesulitan untuk menangis mengingat azab Allah, Kesulitan untuk
menitikkan air mata ketika shalat, Kesulitan untuk menjadi sedih
mendengar pedihnya siksaan neraka. Kepada diri penulis pribadi dan para
pembaca Dakwatuna yang dirahmati Allah SWT., marilah kita berusaha
sekuat tenaga untuk membuka gembok yang selama ini mengunci hati kita.
Percayalah dengan sepenuh kepercayaan bahwa yang membolak-balikkan hati
adalah Allah SWT. Namun kita perlu berusaha agar hati ini terkondisikan
untuk banyak-banyak mengingat Allah SWT. Barangkali dalam shalat kita
masih sukar untuk mengkondisikan hati agar menjadi khusyuk, marilah
bersama-sama kita pacu keinginan kita agar dapat membuka segala gembok
yang telah mengunci hati. Gembok hati ini mungkin begitu sukar dilepas
karena rasa cinta terhadap dunia yang berlebihan, tetapi optimislah
dapat membuka gembok hati ini. Agar hati ini tak lagi terpaut pada
nilai-nilai hampa nikmat di dunia, agar hati ini menjadi panutan pikiran
dan raga. Untuk hati yang sedang tergembok, bukalah gembok itu sekuat
tenaga, agar gembok hati tak lagi mengekang hati yang ingin mencinta
Allah SWT. Betapa cemburunya Allah SWT mendapati hati yang tak dekat
dengan-Nya. Betapa cemburunya Allah SWT menyaksikkan hati yang tak
mencinta sarana-sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Betapa
cemburunya Allah SWT mengetahui hati tak lagi berpaut untuk cinta
kepada-Nya karena gembok hati. Bukalah gembok hatimu!
0 komentar:
Posting Komentar