Oleh : Mohamad Khaidir, S.E.
dakwatuna.com - Rasa-rasanya bila ingin berbicara
dan bercerita tentang kampus madani, tinta imajinasi ini tak akan pernah
kering, tangan ini sepertinya tak akan pernah lelah untuk menuliskan
hikmah, pikiran ini akan menjadi dinamis bergerak mencari ilmu
pengetahuan dan pemahaman tentang agama ini, agar lebih paham tentang
hakikat dan manhaj dakwah, terkhusus bidang dakwah kampus. Mengapa harus
dakwah kampus? Karena di kampus lah tersimpan potensi-potensi para
pemuda yang kelak menjadi penggerak bangsa dan negara ini. Kelak, para
pemuda yang menisbatkan diri menjadi the agent of change ini
akan mengambil peran-peran penting dan posisi strategis bagi bangsa dan
ibu pertiwi yang tengah dirundung duka karena pelbagai permasalahan
pelik. Ini bukan berbicara tentang jabatan atau kedudukan, tetapi
tentang kontribusi yang terbaik untuk tanah air tercinta. Bukannya sok
nasionalis atau sok Islamis, tetapi pada dasarnya kedua hal ini, yaitu
tentang agama dan negara hendaknya tidak dipisahkan. Seperti kata
Prof.Mahfud MD bahwa agama dan negara adalah dua sisi yang tidak dapat
di pisahkan karena nantinya akan saling melengkapi. Jangan sampai
pemahaman tentang memisahkan urusan agama dan negara mewabah di kalangan
pemuda karena ini adalah salah satu propaganda kaum liberalis, yaitu desacralization of politics.
Adalah
Universitas Tadulako, sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada
di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Kampus yang masih tergolong muda,
karena dulunya masih berstatus swasta. Didirikan oleh sejumlah tokoh
masyarakat di Sulawesi Tengah pada Tanggal 8 Mei 1963. Dalam
perkembangan selanjutnya, Universitas Tadulako mendapatkan status
terdaftar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan (PTIP) Nomor : 94/B-SWT/P/1964 tertanggal 12 September 1964,
dan kemudian resmi menjadi Universitas Tadulako Cabang Universitas
Hasanuddin dengan empat fakultas yaitu : Fakultas Ekonomi, Sosial
Politik, Hukum, dan Fakultas Peternakan, berdasarkan SK Menteri PTIP
Nomor 2 Tahun 1966 tertanggal 1 Januari 1966. Setelah kurang lebih lima
belas tahun berjuang membangun sebuah lembaga pendidikan tinggi negeri
dengan status cabang Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan, maka
tepat pada tanggal 18 Agustus 1981 Universitas Tadulako resmi menjadi
Universitas Negeri yang berdiri sendiri di Provinsi Sulawesi Tengah
dengan berdasar pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 1981. Kata Tadulako memiliki dua makna yang berbeda. Pertama,
Tadulako adalah sifat patriotik, kepahlawanan, gigih, dan pantang
menyerah. Kedua, Tadulako adalah salah satu jabatan dalam struktur
pemerintahan di beberapa kerajaan di Sulawesi Tengah. Tadulako bisa
diartikan sebagai panglima perang. Sedangkan Masyarakat madani adalah
masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang
maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Gelora ini
terus menggebu-gebu, dengan personil yang seluruhnya adalah pemuda,
maka wajar saja seperti ini. Tadulako Madani memang terlihat seperti
visi yang lugas, tetapi sesungguhnya sangat kompleks. Yang
memperjuangkan visi mulia ini adalah sekelompok pemuda yang berhimpun
dalam sebuah entitas dakwah kampus. Pemuda dengan tipikal yang
berapi-api, memiliki semangat yang bergelora dan menggebu-gebu untuk
melakukan perubahan. Amat sangat idealis dalam tindak tanduknya, mungkin
karena masih terbiasa di alam idealis dan belum merasakan alam realitas
yang sesungguhnya. Mungkin karena terlalu banyak berteori dan masih
kurang pengalaman untuk praktek di lapangan. Maka, gelora yang terus
menggebu-gebu ini harus di kontrol dengan Takwa. Takwa berasal dari kata
waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. Menurut DR.Hasan
el-Qudsy, orang yang bertakwa artinya orang yang mau menjaga dan
memelihara dirinya dari api neraka dengan selalu menjalankan perintah
Rabb-nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya (QS. At-Tahrim : 6). Oleh
sebab itu, takwa sebagaimana disebutkan dalam sebuah definisi, adalah
merupakan konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang di pupuk
dengan perasaan selalu di awasi oleh Allah SWT., merasa takut terhadap
murka dan azab-Nya, serta selalu mengharapkan limpahan karunia dan
ampunan-Nya. Kalau bukan Takwa pengontrolnya maka gelora yang
menggebu-gebu tersebut akan tak terkendali.
Azzam ini terus
menghujam hingga ke nurani. Azzam adalah tekad yang dengan segenap upaya
akan diwujudkan. Bila tekad ini sudah menyentuh nurani, maka yakinlah
bahwa setiap langkah untuk membuktikan tekad akan diiringi oleh getar
hati nurani. Untuk tekad yang menghujam hingga ke nurani ini, dengan
segenap jiwa dan raga harus dipersembahkan bagi dakwah. Dakwah adalah
jalan yang tepat untuk merealisasikan visi kampus madani. Maka, kalau
bukan dakwah jalannya, maka tekad tersebut akan menjadi anarkis.
Aura
ini terus menyeruak menawarkan solusi. Solusi tentang berbagai macam
permasalahan kompleks di bangsa dan negara tercinta ini. Sekelompok
pemuda ini terus mengeluarkan aura para penuntas mimpi. Bermimpi agar
suatu saat kampus madani bisa tercapai setapak demi setapak, secara
bertahap. Hargailah setiap proses menuju kampus madani, karena ini
adalah visi mulia nan indah para aktifis dakwah kampus. Maka, mereka
membutuhkan nilai yang bisa di jadikan acuan, dan sudah pasti islam akan
senantiasa menjadi panduannya, dengan bersumber dari Al-Quran dan
As-Sunnah. Maka, kalau bukan Islam panduannya, maka ia hanya menjadi
motivasi tanpa nilai.
Ekspansi terus-menerus dilakukan. Ketika
perluasan cakupan dakwah menuju kampus madani terus dilakukan, maka yang
dibutuhkan adalah kekuatan barisan dan eratnya persaudaraan. Barisan
yang kokoh serta persaudaraan yang erat ini perlu penguatan internal
yang berkelanjutan. Bagaimana bisa menyeru orang-orang untuk mentoring
tetapi diri sendiri malas untuk mentoring?! Bagaimana bisa menyeru
orang-orang untuk berbuat baik tetapi diri sendiri saja masih memiliki
akhlak dan perilaku yang buruk?! Bagaimana bisa mengajak orang-orang
untuk berdakwah tetapi diri sendiri belum memahami dakwah karena malas
ikut kajian dan daurah yang bersifat rutin?! Maka, kalau saja penguatan
internal bukan agenda utamanya, maka ekspansi tersebut hanya akan
menjadi pencitraan pribadi atau lembaga yang bersifat hambar.
Hanya
kepada Allah kami meminta semangat yang menggelora namun terkontrol,
hanya kepada Allah kami mengharap aura penuntas masalah dengan Islam
acuan utamanya, hanya kepada Allah kami menerima energi yang besar dan
terus-menerus, kami mensyukuri nikmat itu, kami akan terus perbarui
dengan Takwa dan konsisten. Luruskan niat! Rapatkan barisan! Pererat
ukhuwah! Tuntutlah ilmu! Perjuangkanlah dakwah ini dengan darah dan air
mata! Insya Allah, Tadulako Madani bukan hanya mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar