Palestina, Kelemahan, rendah diri, kecenderungan egoisme, dan nafsu kepentingan sempit pada hakikatnya yang memecah belah dalam lingkup entitas-entitas nasionalisme dan kebangsaan. Semua orang sepakat, pemikir atau orang sederhana bahwa perpecahan ini sumber bencana.
Di awal tahun 1950an – saat itu Menteri Pertahanan Israel dijabat Simon Peres si gagak perdamaian, dan bukan merpati perdamaian seperti yang dipropagandakan barat yang memberinya nobel perdamaian – saat itu Peres bersama Perancis bekerja dengan intens mempersenjatai diri dengan bom atom dan perencanaan pembangunan reaktor nuklir Dimona Israel. Sang guru saat itu, Ben Gurion mengatakan bahwa semua senjata canggih yang dimiliki Israel bahkan senjata nuklir sekalipun hanya menjadi “senjata kedua” dari sisi urgensinya dan efektifitasnya jika dibanding dengan senjata “politik belah bambu” bangsa Arab dan Palestina.
Kemenangan militer Arab dalam perang Oktober 1973 melawan Israel yang saat itu unggul dalam persenjataan, bukan karena mengandalkan berubahnya kemenangan militer kepada kekalahan politik di tengah pimpinan Anwar Sadat, namun yang lebih menakutkan Israel – seperti yang disampaikan oleh elit Israel dalam memo-memonya saat itu – adalah karena Arab semuanya bersatu dengan semangat dan bangga untuk memenangkan pertempuran militer yang dianggap sebagai balasan atas kekalahan telak di perang tahun 1967.
Bangsa Arab belum pernah bersatu sebagaimana saat itu. Setiap warga Arab saat itu berharap bisa menjadi pasukan cadangan dan pasukan sukarela dalam perang tersebut dan setiap pemerintahan saat itu bercita-cita memberikan sesuatu saat itu.
Sejak hari-hari itu, berbagai manuver dan kelalahan politik semakin memperparah perpecahan Arab dan Palestina di tengah sikap memelas dalam solusi perundingan palsu dengan syarat yang ditetapkan Israel dan Amerika.
Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa batas minimal politik Palestina untuk melangkah ke PBB dan mengembalikan isu Palestina ke lingkup dunia internasional dianggap sebagai langkah terpaksa, pesimis dan putus asa. Kenapa? Sebab langkah ini diharapkan ada negara yang masih berada di luar lingkup pengaruh zionis dan barat sehingga bisa mengembalikan nilai-nilai legalitas hukum dan moral serta kemanusiaan internasional.
Pertarungan politik Palestina untuk meminta keanggotaan penuh di PBB sudah berhasil mengembalikan spirit dan simpati terhadap isu Palestina dan manusianya serta bangsa Arab. Bukan berangan-angan jika dikatakan bahwa langkah itu telah menyatukan bangsa Palestina yang berusaha mencari keuntungan politik setelah mengalami kerugian politik dalam perundingan sejak Oslo hingga sekarang. Bisa jadi isu ini juga akan memberikan ruang dan peluang bagi politik Palestina dan Arab untuk membuka alternatif dan cara-cara lebih luas di luar mainstream perundingan. Apalagi di tengah sikap Israel dan Amerika yang terus menerus melecehkan umat demi menghempaskan isu Palestina, alih-alih mencarikan solusi untuk memberikan hak minimal kepada bangsa Palestina.
Arab dan Palestina bersatu dalam sebuah langkah. Rekonsiliasi yang ditekan Hamas dan Fatah beberapa bulan lalu merupakan pondasi langkah politik bagi Palestina untuk melangkah lagi ke PBB. Adapun rekonsiliasi ini yang belum diterapkan di lapangan kami menilai sebagai taktik politik tidak lebih dalam rangka membagi peran untuk meminimalisir permusuhan Israel, Amerika dan barat atas langkah Palestina ke PBB ini, karena jika Hamas menjadi bagian dari otoritas Palestina maka permusuhan mereka akan lebih kuat. Itu menurut kami. Sebab setelah rekonsiliasi otoritas Palestina dan Hamas di Kairo, Israel dan Amerika mengancam tidak akan berinteraksi dengan otoritas Palestina jika Hamas bergabung.
Kesimpulannya, semua negara Arab dengan ikhlas dan serius mendukung tuntutan bergabungnya Palestina menjadi anggota PBB, semua komposisi politik Palestina mendukung langsung atau tidak atas tuntutan ini untuk mengambil hak aksiomatis Palestina yang barangkali membuka harapan lebih baik. Barangkali itu menjadi langkah pertama dari 1000 mil langkah menuju pembebasan Palestina. (Rakan Majali/bsyr/pip)
Jumat, 07 Oktober 2011
Home »
Islam For World
» Palestina Kembali ‘Satukan’ Negara Arab
0 komentar:
Posting Komentar