BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengendalian manajemen merupakan
keharusan dalam suatu organisasi yang mempraktikkan desentralisasi. Sistem
pengendalian manajemen merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi.
Strategi yang dipilih sebuah perusahaan adalah bagian dari lingkungan yang
mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen. Tiap organisasi memiliki
strategi yang berbeda-beda, dan pengendalian harus disesuaikan dengan syarat
strategi spesifik. Strategi yang berbeda memerlukan prioritas tugas berbeda,
faktor penentu keberhasilan berbeda dan keterampilan, perspektif, dan perilaku
yang berbeda pula. Oleh karena itu, yang seharusnya diperhatikan dalam desain
sistem pengendalian adalah apakah perilaku yang didorong oleh sistem tersebut
merupakan perilaku yang diperlukan oleh suatu strategi.
1.2
Rumusan
Masalah
Strategi
adalah rencana-rencana untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
makalah ini akan mendeskripsikan konsep strategi serta tujuan-tujuan umum dalam
organisasi. Selanjutnya akan dibahas strategi-strategi pada dua tingkatan dalam
suatu organisasi. Tingkat korporat atau perusahaan (corporate level) dan tingkat unit bisnis (bussiness unit level). Strategi menyediakan konteks luas dimana
seseorang dapat mengevaluasi optimalitas unsur-unsur sistem pengendalian
manajemen. Membahas tentang bagaimana membedakan bentuk dan struktur sistem
pengendalian sesuai dengan perbedaan dalam strategi korporat dan strategi unit
bisnis.
1.3
Tujuan Umum
Dalam
beberapa hal, kita sering mengacu pada apa yang disebut sebagai tujuan-tujuan
perusahaan, namun secara esensial suatu perusahaan tidak mempunyai tujuan.
Hakikatnya perusahaan adalah satuan artifisial yang tidak memiliki pikiran
maupun kemampuan mengambil keputusan sendiri. Tujuan perusahaan ditentukan oleh
pemimpin manajemen puncak (chief
executive officer-CEO) perusahaan yang bersangkutan, dengan
mempertimbangkan nasihat yang diberikan oleh para manajer senior lainnya, dan
biasanya kemudian diratifikasi oleh dewan direksi. Pada banyak perusahaan,
tujuan-tujuan perusahaan biasanya dirancang oleh para pendirinya serta berlaku
untuk generasi-generasi selanjutnya. Sebagian besar perusahaan yang masih
mewariskan tujuan-tujuan yang dirancang oleh
para pendirinya adalah perusahaan-perusahaan besar yang mendunia, seperti Henry
Ford, Ford Motor Company; Alfred P.Sloan, General Motors Corporation; Walt
Disney, Walt Disney Company; George Eastman, Eastman Kodak; serta Sam Walton,
Wal-Mart.
BAB
II
PEMBAHASAN
MEMAHAMI
STRATEGI
2.1
Tujuan
Tujuan adalah hasil
akhir yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan dapat dikelompokkan menjadi
tujuan finansial dan non-finansial / keuangan. Tujuan keuangan adalah untuk
mendapatkan laba yang memuaskan bagi pemilik dan pihak-pihak yang terkait
dengan organisasi. Sedangkan tujuan non keuangan dapat berupa, seperti
menyediakan lapangan kerja, membantu pemerintah menghasilkan devisa,
mensejahterakan masyarakat sekitar, memperbaiki lingkungan, dsb. Adapun tujuan yaitu (1) tujuan Profotabilias,
kapasitas perusahaan menghasilkan laba, (2) memaksimalkan nilai pemegang saham,
(3) risiko, ada profitabilitas berarti terdapat kemauan perusahaan untuk
mengambil risiko.
Profitabilitas
“Profitabilitas”
mengacu pada laba dalam jangka panjang, bukan laba kuartal atau tahun berjalan.
Banyak pengeluaran pada periode berjalan(misalnya,jumlah uang yang dikeluarkan
untuk iklan atau penelitian dan pengembangan) mengurangi laba saat ini namun
meningkatkan laba jangka panjang.
Sejumlah CEO hanya menekankan sebagian dari persamaan profitabilitas tersebut. Jack Welch, CEO dari General Electric Company, secara terus terang memfokuskan diri pada pendapatan; dia mengatakan bahwa General Electric jangan bergerak pada bidang bisnis yang tingkat pendapatan dari penjualannya tidak menempati posisi teratas atau setidaknya masuk dalam dua besar. Hal ini tidak berarti bahawa welch mengabaikan komponen –komponen lain dari persamaan tersebut.
Profitabilitas
dapat dihitung dengan menggunakan formula Return on Investment ( ROI ), yaitu:
ROI = Laba operasi ( penjualan – beban) / Penjualan X Penjualan / Investasi
Laba operasi / Penjualan = Profit Margin
Penjualan / Investasi = Investment turnover (perputaran investasi).
Contoh:
Penjualan = Rp 1.000.000,--
Beban = Rp 800.000,--
Laba = Rp 200.000,-
Investasi = Rp 500.000,-
ROI = (Rp 200.000,- / Rp 1.000.000,- = 20 % ) X ( Rp 1.000.000,-- / Rp 500.000,-= 2X ) = 40 %.
Berdasar rumus ini, profitabilitas perusahaan akan meningkat apabila dua variabel dari rumus ROI tersebut semakin meningkat. Apabila profit margin meningkat dengan tingkat perputaran investasi yang konstan maka ROI akan semakin besar. Atau dengan profit margin yang sama tetapi perputaran investasi naik, maka ROI juga akan naik sehingga profitabilitas perusahaan menjadi semakin baik.
Memaksimalkan Nilai Pemegang Saham
ROI = Laba operasi ( penjualan – beban) / Penjualan X Penjualan / Investasi
Laba operasi / Penjualan = Profit Margin
Penjualan / Investasi = Investment turnover (perputaran investasi).
Contoh:
Penjualan = Rp 1.000.000,--
Beban = Rp 800.000,--
Laba = Rp 200.000,-
Investasi = Rp 500.000,-
ROI = (Rp 200.000,- / Rp 1.000.000,- = 20 % ) X ( Rp 1.000.000,-- / Rp 500.000,-= 2X ) = 40 %.
Berdasar rumus ini, profitabilitas perusahaan akan meningkat apabila dua variabel dari rumus ROI tersebut semakin meningkat. Apabila profit margin meningkat dengan tingkat perputaran investasi yang konstan maka ROI akan semakin besar. Atau dengan profit margin yang sama tetapi perputaran investasi naik, maka ROI juga akan naik sehingga profitabilitas perusahaan menjadi semakin baik.
Memaksimalkan Nilai Pemegang Saham
Pada
tahun 1980-an dan 1990-an, istilah “nilai pemegang saham” (shareholder value) sering muncul dalam literatur bisnis. Konsepnya
adalah tujuan yang semestinya bagi sebuah perusahaan yang mencari laba adalah
memaksimalkan nilai pemegang saham. Akan tetapi diyakini bahwa mencapai tingkat
laba yang memuaskan adalah cara yang lebih baik dalam menetapkan tujuan
perusahaan. Ada dua alasan untuk itu.
Pertama, istilah “memaksimalkan” menyiratkan bahwa selalu ada cara untuk mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
Kedua, meskipun upaya mengoptimalkan nilai pemegang saham mungkin menjadi tujuan utama, namun ini bukan berarti merupakan satu – satunya tujuan bagi banyak organisasi.
Risiko
Tingkat pengambilan resiko sangat bervariasi, tergantung pada kepribadian atas masing – masing individu di jajaran manajemen. Akan tetapi selalu ada batas atas; sejumlah organisasi perusahaan secara terang – terangan menyatakan bahwa tanggung jawab utama manajemen adalah menjaga aset – aset perusahaan, sedangkan profitabilitas menjadi tujuan kedua.
Pertama, istilah “memaksimalkan” menyiratkan bahwa selalu ada cara untuk mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
Kedua, meskipun upaya mengoptimalkan nilai pemegang saham mungkin menjadi tujuan utama, namun ini bukan berarti merupakan satu – satunya tujuan bagi banyak organisasi.
Risiko
Tingkat pengambilan resiko sangat bervariasi, tergantung pada kepribadian atas masing – masing individu di jajaran manajemen. Akan tetapi selalu ada batas atas; sejumlah organisasi perusahaan secara terang – terangan menyatakan bahwa tanggung jawab utama manajemen adalah menjaga aset – aset perusahaan, sedangkan profitabilitas menjadi tujuan kedua.
2.2 Konsep Strategi
Walaupun
definisi berbeda satu sama lain, ada kesepakatan umum bahwa strategi
mendeskripsikan arah umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai
tujuannya. Setiap organisasi yang dikelola dengan baik mempunyai satu strategi
atau lebih, walaupun mungkin tidak dinyatakan secara eksplisit. Selebihnya dari
bab ini membahas jenis – jenis umum strategi yang dapat membantu organisasi
mencapai tujuannya.
Strategi
dapat ditemukan pada dua tingkatan: (1) strategi untuk organisasi keseluruhan,
dan (2) strategi untuk unit bisnis dalam organisasi. Sekitar 85% dari
perusahaan industri Fortune 500 di AS memiliki lebih dari satu unit bisnis dan
sebagai akibatnya merumuskan strategi pada kedua tingkatan.
A.
Strategi Tingkat Korporat
Strategi
korporat adalah mengenai keberadaan di tengah- tengah bauran bisnis yang tepat.
Oleh karena itu, strategi korporat lebih berkenaan dengan pertanyaan dimana
sebaiknya bersaing dan bukannya bagaimana bersaing dalam industri tertentu;
yang merupakan strategi unit bisnis. Pada tingkat korporat masalahnya adalah :
(1) definisi bisnis dimana perusahaan akan berpartisipasi, dan (2) penguasaan
sumber daya antarbisnis- bisnis tersebut. Analisis strategi tingkat korporat
menghasilkan keputusan yang melibatkan bisnis yang akan ditambah, bisnis yang
akan dipertahankan, bisnis yang akan ditekankan, bisnis yang akan dikurangi
perhatiannya, dan bisnis yang di investasi (dijual).
Pada tingkat korporat, salah satu dimensi yang paling signifikan dimana konteks strategis berbeda adalah tingkat dan jenis diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan yang berbeda. Ada 3 jenis strategi di level korporat, yaitu:
1. Single industry Firms (Perusahaan dengan Industri Tunggal)
Yaitu
perusahaan akan berpartisipasi dalam bisnis tunggal, seperti yang diterapkan
oleh MCDonalds, Ayam Bakar Wong Solo, Ayam Ny. Suharti.
2. Related Diversified Industry (Perusahaan dengan Diversifikasi yang Berhubungan)
Yaitu
perusahaan berpartisipasi dalam bisnis yang beragam tetapi masih saling terkait
produk yang dihasilkan, misal, bisnis produk kesehatan, seperti Procter &
Gamble’s, Unilever.
3. Un-Related Diversified Industry (Perusahaan dengan Diversifikasi yang Tidak Berhubungan)
Yaitu
perusahaan berpartisipasi dalam bisnis yang beragam yang tidak saling terkait antar
produk yang dihasilkan, misalkan, usaha bank, asuransi, manufaktur,
perdagangan, perkebunan, peternakan, hotel, dan lain-lain.
Pemilihan strategi masing-masing di atas dapat mempengaruhi perancangan sistem pengendaliannya. Misal, dari segi organisasi, single industry akan berbeda dengan related diversified maupun un-related diversified industry.
B. Strategi Unit Bisnis
Strategi
unit bisnis berkenaan dengan bagaimana menciptakan dan memelihara keunggulan
kompetitif dalam masing-masing industri yang telah dipiliholeh suatu perusahaan
untuk berpartisipasi. Strategi unit bisnis tergantung pada dua aspek yang
saling berkaitan, yaitu (1) misinya dan (2) keunggulan kompetitifnya.
Misi Unit Bisnis
Dalam
perusahaan dengan diversifikasi, salah satu tugas dari manajemen senior adalah
mengalokasikan sumber daya, yakni membuat keputusan mengenai penggunaan kas
yang dihasilkan dari beberapa unit bisnis untuk mendanai pertumbuhan dalam unit
bisnis lain. Beberapa model perencanaan telah dikembangkan untuk membantu
manajer tingkat korporat dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Model-model ini menyarankan bahwa perusahaan memiliki unit-unit bisnis dalam
beberapa kategori, yang diidentifikasi dengan misinya; strategi yang tepat
untuk setiap kategori tentu berbeda. Empat misi bisnis menurut Boston
Consulting Group (BCG) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Build (Bangun)
Misi
ini menyiratkan suatu sasaran untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) dimana
pertumbuhan pasar relatif tinggi, tetapi sumber kasnya rendah, sehingga
penggunaan kasnya tinggi karena dana dibutuhkan untuk meningkatkan pangsa pasar.
Hold (Pertahankan)
Misi
strategik ini melindungi dan mempertahankan pangsa pasar unit bisnis dan posisi
bersaingnya di pasar.
Harvest (Panen)
Misi
strategik ini mempunyai sasaran untuk maksimisasi laba jangka pendek dan arus
kas. Dalam misi strategik ini, perusahaan telah mempunyai pangsa pasar yang
tinggi walaupun dalam keadaan pertumbuhan industri yang relatif rendah.
Divest (Divestasi)
Misi
strategik ini mengindikasikan suatu keputusan untuk membubarkan bisnisnya atau
melaui likuidasi perlahan-lahan atau penjualan unit bisnis ke lauar. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya suatu fakta perkembangan selama beberapa periode, di
mana pangsa pasar yang selalu rendah sementara pertumbuhan pasar industrinya
juga rendah, sehingga perusahaan tidak dapat tumbuh secara sehat dan
menguntungkan. Dengan demikian, strategi yang memungkinkan adalah keluar dari
bisnis yang dijalankan sekarang.
Keunggulan Kompetitif
Unit Bisnis
Tiga
pertanyaan yang saling berkaitan harus dipertimbangkan dalam mengembangkan
keunggulan kompetitif unit bisnis. Pertama, apa struktur industri di tempat
unit bisnis beroperasi? Kedua, bagaimana unit bisnis seharusnya mengeksploitasi
struktur industri? Ketiga, apa yang akan menjadi basis keunggulan kompetitif
unit bisnis? Ada dua pendekatan sebagai bantuan dalam mengembangkan keunggulan
kompetitif yang lebih superior dan berkesinambungan.
Analisis Industri
Penelitian
mengungkapkan peran penting yang dimainkan oleh kondisi industri dalam kinerja
perusahaan individu. Studi menunjukkan bahwa rata-rata profitabilitas industri
sejauh ini merupakan prediktor paling signifikan dari kinerja perusahaan.
1. Intensitas persaingan diantara para pesaing yang ada
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persaingan secara langsung adalah pertumbuhan industri,
perbedaan produk, jumlah dan keanekaragaman pesaing, tingkat biaya tetap,
kapasitas intermiten yang berlebihan, dan kendala untuk keluar dari industri.
2. Daya tawar pelanggan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi daya beli adalah jumlah pembeli, biaya peralihan pembeli,
kemampuan pembeli untuk mengintegrasikan kembali, dampak produk dari unit
bisnis pada biaya total pembeli, dampak produk unit bisnis pada
kualitas/kinerja produk pembeli, dan signifikansi volume unit bisnis bagi
pembeli.
3. Daya tawar pemasok
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan pemasok adalah jumlah pemasok, kemampuan pemasok
untuk melakukan integrasi ke depan, kehadiran input subtitusi, dan pentingnya
volume unit bisnis bagi pemasok.
4. Ancaman dari barang subtitusi
Faktor-faktor
mempengaruhi ancaman barang subtitusi adalah harga/kinerja relatif barang
subtitusi, biaya peralihan pembeli, dan kecenderungan pembeli untuk menggunakan
barang subtitusi.
5. Ancaman pendatang baru yang masuk industri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kendala untuk masuk ke dalam industri adalah persyaratan
modal, akses terhadap saluran distribusi, skala ekonomis, diferensiasi produk,
kompleksitas teknologi dari produk atau proses, tindakan balasan yang
diperkirakan dari perusahaan-perusahaan yang sudah ada, dan kebijakan pemerintah.
Keunggulan Bersaing
Generik
Menurut
Porter, unit bisnis mempunyai cara generic untuk merespons terhadap kesempatan
dalam lingkungan eksternal dan mengembangkan keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan yaitu biaya rendah dan differensiasi.
Biaya rendah
Kepemimpinan
biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti skala ekonomis dalam
produksi, pengendalian biaya yang ketat dan minimalisasi biaya.
Differensiasi
Fokus
utama strategi ini adalah melakukan differensiasi penawaran produk yang
dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang unik.
Diferensiasi dapat dilakukan pada “brand
loyalty” seperti coca cola di minuman ringan, product design dan features,
keamanan, pelayanan, teknologi informasi, seperti pada produk HP electronic,
mobil BMW, Mercedez, jam rolex, dan sebagainya.
Analisis rantai nilai
Secara
teoritis, keunggulan kompetitif dipasar pada intinya berasal dari penyediaan
nilai pelanggan lebih baik untuk biaya yang sama atau nilai pelanggan yang sama
untuk biaya yang lebih rendah. Rantai keunggulan kompetitif tidak diperiksa
secara berarti pada tingkat unit bisnis secara keseluruhan, namun memisahkan
perusahaan kedalam kegiatan strategisnya yang berbeda.
Pertanyaan
yang diarahkan pada aktivitas yang menambah nilai, seperti:
1. Dapatkah kita mengurangi biaya,
sementara nilai / penghasilan konstan?
2. Dapatkah kita meningkatkan revenue pada
aktivitas ini, sementara biaya konstan?
3. Dapatkah kita mengurangi asset pada
aktivitas ini, sementara biaya dan penghasilan konstan?
4. Yang paling penting, apakah kita dapat
melakukan point 1,2,3 secara bersama-sama?
Untuk
meningkatkan nilai kepada pelanggan, maka setiap bagian yang dapat menciptakan
nilai tambah harus dioptimalkan kinerjanya, seperti pada aktivitas pengembangan
produk yang dilakukan pada bagian riset dan pengembangan, kemudian rancangan
produk yang sesuai dengan harapan konsumen, bahan yang berkualitas, proses
produksi dengan teknologi produksi yang efisien, pemasaran dan penjualan serta
pelayanan kepada pelanggan. Untuk menciptakan nilai tambah, maka diperlukan
kegiatan lain sebagai aktivitas pendukung, seperti kegiatan keuangan, sumber
daya manusia, dan teknologi informasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap
organisasi mempunyai satu atau lebih tujuan.
Profitabilitas merupakan tujuan yang penting, tetapi perusahaan juga
harus mengadopsi tujuan melalui karyawan, pemasok, pelanggan, dan masyarakat.
Perusahaan
dengan diversifikasi melakukan formulasi strategi pada dua tingkatan, tingkatan
korporat dan tingkat unit bisnis. Tiga alat bantu dalam mengembangkan strategi
unit bisnis; matriks portofolio, analisis struktur industri, dan analisis
rantai nilai. Matriks portofolio secara khusus, memposisikan unit bisnis pada
kotak dimana “daya tarik pasar” merupakan salah satu sumbu dan “pangsa pasar”
sebagai sumbu lainnya. Matriks-matriks seperti ini berguna dalam mengambil
keputusan tentang unit misi bisnis.
Analisis
struktur industri adalah alat untuk secara sistematis menilai kesempatan dan
ancaman di pasar eksternal. Ini dilakukan dengan menganalisis kekuatan dan
ancaman dari lima kekuatan bersaing, pesaing yang ada, pembeli, pemasok, barang
subtitusi, dan pendatang baru.
Rantai
nilai untuk bisnis adalah seperangkat kegiatan penciptaan nilai untuk menghasilkan
produk, dari sumber bahan mentah dasar untuk pemasok komponen pada produk
penggunaan akhir pokok yang dikirim ke tangan konsumen akhir. Setiap unit
bisnis harus dipahami dalam konteks keterkaitan penciptaan rantai nilai
keseluruhan yang menjadi kerangkanya. Analisis rantai nilai merupakan alat yang
berguna dalam mengembangkan keunggulan persaingan yang didasarkan pada biaya
rendah, atau diferensiasi, atau diferensiasi bersama pengurangan biaya (cost-cum-differentiation).
DAFTAR
PUSTAKA
-
Hamel,
Gary. “Bringing Silicon Valley Inside.” Harvard
Business Review, Januari-Februari 2001.
-
Slyvatski,
Adrian. Digital BusinessModels. Boston:
Harvard Business School Press, 2001.
-
Prahalad,
C.K., dan Gary Hamel. Competing for the
future. New York: The Free Press, 1995.
0 komentar:
Posting Komentar